✩ 41

195 26 0
                                    

Mereka masih memastikan satu persatu rumah sakit yang berada tak jauh dari bandara untuk memastikan keberadaan kala. Meskipun mereka sudah mendengar bahwa kala bukan pilot dari pesawat yang hilang kontak tersebut, tetap saja kekhawatiran mereka masih berlanjut.

Mereka sudah mengunjungi dua rumah sakit yang sekiranya paling dekat dari bandara. Tetapi sama sekali tak ada pasien yang bernama kala atau mungkin seseorang yang memakai seragam pilot.

Bian menepikan mobilnya sejenak. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. Bian pun sudah memberitahukan andra bahwa kala tidak berada dalam penerbangan itu untuk sedikit mengurangi kekhawatiran andra saja. Ia pun berjanji akan segera menghubunginya saat sudah bertemu dengan kala.

Hujan sudah berhenti. Mereka keluar dari mobil dan bersandar di atas kap mobil. Menghirup udara malam sembari melihat map yang menunjukan rumah sakit mana lagi yang berada di sekitar itu.

Sheena menatap bintang-bintang yang muncul selepas hujan berhenti. 'Kamu dimana kal?' Batinnya.

Melihat bintang-bintang itu, sheena jadi merasa sesak. Begitu banyak kisah yang baru ia buat bersama kala. Jika diberi satu permintaan, Sheena ingin sekali melihat bintang-bintang itu lagi bersama kala.

"Ini ada dua rumah sakit lagi" ujar yura.

Sheena dan bian langsung mendekat. "Disini sama disini. Jaraknya rada jauh. Jadi kita harus kemana dulu?" Tanyanya lagi.

"Kita ke rumah sakit ini aja" sahut bian lalu menunjuk rumah sakit yang lumayan tidak jauh dari posisi mereka sekarang.

"Sebentar" ujar sheena.

Bian dan yura menoleh. "Kayaknya kita harus ke rumah sakit itu" ujarnya lagi.

"Mungkin gak sih, kala sebenarnya udah cukup jauh dari bandara. Tapi dia baru sadar kalau handphonenya ketinggalan. Jadi kemungkinan terbesar, kala ada dirumah sakit itu" lanjut sheena.

"Masuk akal sih. Tapi emang lo yakin kala beneran disitu?" Balas yura.

"Ya gue gak tau feeling gue bener atau enggak. Tapi gak ada salahnya buat coba kan?"

Bian mengangguk. "ayo kita kesana sekarang"

Mereka kembali masuk kedalam mobil dan menuju rumah sakit yang ditunjuk sheena. Sheena juga terus berharap semoga ia tidak salah kali ini dan bisa langsung secepatnya menemukan kala.

Yura yang duduk depan bersama bian saling pandang menatap sheena yang terus saja melihat langit.

"Dia pasti khawatir banget ya bi" bisik yura.

Bian mengangguk setuju. Matanya melirik dari spion dan memang ekspresi sheena sudah menunjukkan perempuan itu cukup lelah. Hari ini terasa begitu berat. Tak hanya bagi sheena. Tapi bagi bian juga.

"Lo tidur aja na. Nanti kalau udah sampe gue bangunin" ujar bian.

Sheena menoleh lalu tersenyum tipis. "Gapapa. Kalau lo capek, lo bisa bilang ya bi. Kita bisa gantian"

Bian hanya mengangguk. Mana mungkin ia tega membiarkan sheena menyetir larut malam seperti ini. Di situasi seperti ini pula.

Yura melirik bian yang terus mencuri pandang menatap sheena melalui kaca spion. Ia sadar bahwa sejak awal situasi dirinya memang paling asing disini.

'Please sadar yura. Ini bukan saatnya lo cemburu gak jelas' batin yura.

Yura merutuki dirinya sendiri. Tentu ia sadar, bahwa ia tak boleh egois. Apalagi di situasi seperti ini.

"Lo kalau ngantuk, tidur aja ra. Istirahat." sahut bian.

"a-ah iya. Gue gak ngantuk kok. Gue nemenin lo aja" kata yura yang hatinya sudah berdebar mendengar kalimat itu keluar dari mulut bian.

Bian kembali fokus menyetir lalu sesekali membesarkan volume radio agar tidak terlalu sepi.

"Itu rumah sakitnya kan?" Tunjuk yura.

Sheena mengangguk. Ia makin gugup saat mulai mendekati rumah sakit. Ia takut bahwa pemikirannya salah dan jadi hanya membuang waktu saja.

Setelah memarkirkan mobilnya, mereka turun dan langsung berlari menuju lobby rumah sakit.

"Maaf mba saya mau nanya. Apa ada pasien bernama kala najandra atau pasien kecelakaan lain hari ini? Mungkin yang pakai seragam pilot?" Tanya bian.

"Sebentar ya mas" perempuan itu mencari informasi yang dimaksudkan bian di komputer. "Gak ada pasien yang bernama kala mas. Tapi memang ada laki-laki yang baru kecelakaan. Sudah dibawa klinik terdekat untuk pertolongan pertama, tapi karna peralatan yang belum lengkap dan kondisinya yang cukup parah jadi dikirim kesini"

"Pihak rumah sakit juga belum mengabari keluarganya karna gak ada identitas yang ditemukan" lanjutnya.

"Pasien itu di ruangan mana ya mba?" Sahut sheena.

"Di ruang melati 2 lantai 2. Tiga jam yang lalu baru saja menjalani operasi" balas perempuan itu.

"Terimakasih ya mba" kata bian.

Mereka langsung menuju lift. "Semoga itu beneran kala ya" sahut yura.

Sheena dan bian langsung mengangguk. Begitu lift berhenti dan terbuka, mereka langsung keluar dan menuju ruang yang sudah disebutkan.

Ketika pintu itu sheena buka, Wajah kala yang masih dalam pengaruh bius menjadi yang pertama kali mereka lihat.

Mereka masuk dan langsung menghela nafas lega. "Akhirnya kita nemuin lo kal" kata bian.

"Keluarga pasien?" Sahut seseorang yang tak lain adalah dokter jaga.

"Iya dok"

"Tiga jam yang lalu baru saja selesai operasi karna terdapat pecahan kaca yang cukup dalam di perutnya. Tapi syukur, keadaan pasien baik-baik saja. Pasien masih dalam pengaruh bius jadi mohon bersabar ya" katanya lalu tersenyum.

"Baik dok. Makasih ya dok" sahut yura.

"Gue kabarin ayahnya kala dulu deh sekalian tanya urusan administrasi kala kapan bisa dibayar, malam ini atau besok" ujar bian.

"Gue ikut lo bi" balas yura yang dibalas anggukan bian.

Begitu bian dan yura keluar, tersisa mereka berdua. Sheena mendekat pada kala dan duduk disampingnya sembari menatap wajah damai kala.

Hari ini begitu terasa panjang baginya. Semuanya terasa nyata di matanya hari ini. Termasuk rasa, jika ia memang sampai benar-benar kehilangan kala.

Sheena meraih tangan kala, menggenggam dan meletakkan di pipinya. Air matanya baru menetes.

Air mata yang sedari tadi tak dapat keluar karna begitu kalah dengan rasa khawatirnya, akhirnya turun juga kali ini.

Situasinya benar-benar hening. Hanya detak jarum jam dan sesekali isak tangis kecil sheena yang menghiasi ruangan itu.

Ia kembali menatap wajah kala. Satu hal yang ia sadari hari ini.

Hatinya sudah terlanjur mencinta.

AstrophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang