✩ 23

265 32 5
                                    

Entah apa yang sudah digariskan semesta untuknya atau sebuah takdir yang sudah jadi miliknya, Hubungan sheena dengan kala berubah. Semakin hari sampai pada dua minggu ini, keduanya semakin dekat. Padahal selama tiga tahun terakhir, sheena sangatlah skeptis. Ia kurang percaya lagi dengan yang namanya kenyamanan saat sang pemeran utama pergi untuk selamanya.

Tak perduli seberapa keras sheena menolak untuk peduli dan bersikap apatis, hatinya tetap saja selalu tak sejalan dengan kemauannya. Dan sheena menyerah atas hal itu. Ia tak bisa kembali berbohong seolah ia benar-benar tak peduli.

"Lo mau minum apa? Vanilla milkshakes?" Tanya kala.

Sheena berdecak lalu tersenyum "kalau udah tau kenapa nanya?"

Kala tertawa lalu turun ke lantai bawah untuk memesan minum. Kini sheena berada di lantai dua sirius coffee shop. Kala yang mengajaknya kesini, karena langit sedang dihadiri banyak bintang malam ini.

Sheena memandang langit yang menampakkan bintang dengan jelas. "Lho? ternyata ada sheena disini" Ujar bian yang keluar dari ruangan yang ada di lantai dua.

"eh kak bian"

"Hai" ujar bian lalu tersenyum "Kan gue udah bilang, panggil bian aja"

"Eh iya" sheena tertawa "Kayaknya udah lama banget kita gak ketemu"

"Haha iya. Gue lagi sibuk banget. Sama siapa kesini? Kala ya?" Tanya bian.

Saat melihat sheena mengangguk bian hanya diam saja. "Nih pesanan lo" sahut kala yang baru datang dengan membawa minuman kesukaan mereka masing-masing.

Bian menoleh "yaudah gue turun dulu ya" katanya lalu dengan cepat meninggalkan kala dan sheena.

"Gimana seneng gak? Bintang yang itu terang banget ya?" Kata kala sembari menunjuk satu bintang.

"Seneng. Kok bisa ya kita sama-sama astrophilia gini" Balas sheena lalu tertawa.

"Itu juga yang jadi alesan kenapa gue suka banget kalau dapet jadwal terbang malem"

Sheena tersenyum. "Lo udah lama bikin coffee shop ini bareng kak bian?" Tanya sheena.

Kala mengangguk. "Cukup lama"

"Lo dapet ide darimana bisa punya konsep kayak gini?" Tanya sheena.

"Gak tau tiba-tiba muncul aja" ledek kala.

Sheena berdecak. "Mama gue sampe muji tempat ini terus lho. Dia sampe bilang kalau gue harus dateng kesini karena disini ada jodoh gue" kata sheena keceplosan.

Kala langsung tertawa mendengar itu. Ia mengeluarkan foto 3x4 dari kantongnya yang sempat ia ambil tadi. "Ini foto lo kan?"

Sheena terkejut "kok bisa ada di lo?!"

"Ketinggalan. Waktu itu mama lo sempet nunjukin foto lo tapi abis itu dia buru-buru pergi" kata kala.

'Jadi waktu itu mama ketemu kala? Dan maksud mama jodoh gue itu.. kala?!' Batin sheena.

"Ternyata mama lo udah jodohin gue sama lo ya?" Ledek kala saat melihat perubahan ekspresi sheena.

"Enggak, dia bercanda aja kok" kata sheena sembari menutup wajahnya "tapi dunia sempit banget ya, kita bisa ketemu gini"

"Dunia yang sempit atau emang udah takdirnya kita ketemu ya na?" Kala tersenyum "tapi untung juga kenal sama lo. Soalnya akhir-akhir ini bian sibuk ngurus revisi dari sidang dia kemarin" katanya lalu tertawa. Sheena memang sering bertemu kala disini.

"Jadi Tuhan bikin kita ketemu dan kenalan, supaya gue nemenin lo di sini doang?" Ledek sheena lalu mengaduk-aduk vanilla milkshakesnya.

Kala sempat diam sebentar.

"Gak cuma nemenin aku. Kamu memang udah punya ruang sendiri disini" kata kala yang membuat sheena langsung menoleh.

"Apa boleh aku ngajak kamu untuk berpetulang bareng sama aku? Bukan cuma untuk sesaat tapi untuk waktu yang gak bisa ditentukan" Ucapan kala sukses membuat irama jantung sheena tak teratur.

Sheena tak bisa mengeluarkan suaranya sembari menatap manik mata kala yang indah itu. "Aku.. belum bi-bisa. Maaf kala.." akhirnya kata itu yang terucap dari bibir sheena.

Kala masih menatap mata sheena dengan lembut. Tak ada rasa amarah saat mendengar penolakan itu.

Setelah dirasa siap, mengalirlah semua cerita tiga tahun lalu yang paling menyakitkan bagi sheena. Entah mengapa jika dengan kala, sheena bisa seterbuka itu.

Sembari sheena bercerita, tangan kala terus mengelus punggung tangan sheena. Mencoba untuk menguatkan perempuan itu. Mata kala masih saja tak lepas dari sheena. Pandangan lembut itu benar-benar terasa tulus bagi siapapun yang melihatnya.

Kala tersenyum lalu mengelus puncak kepala sheena yang sedang menangis. Sheena tetap dan akan selalu menangis jika menceritakan hal tersebut.

"It's okay.." kata kala "makasih ya udah mau cerita. Makasih juga udah mau bertahan"

Sheena yang mendengar itu lantas memeluk kala. Ia benar-benar beruntung dipertemukan dengan laki-laki sebaik ini.

"Gapapa, sheena. Gak harus sekarang. Kamu gak harus bales perasaan aku sekarang. Pelan-pelan ya. Sesuatu yang terburu-buru itu gak baik dan aku disini bakal selalu nungguin kamu pulang" ujar kala sembari mengelus punggung sheena.

"Sheena.. masih nangis yaa?" Ledek kala. Mereka masih berpelukan. Tangan kala pun masih mengelus punggung sheena.

"Ma-masih" balas sheena terbata-bata.

Kala tertawa "Udah dong jangan nangis terus ya, nanti kepalanya sakit"

Sheena mengangguk. Lalu keadaannya menjadi hening. Hanya ada suara sesegukan milik sheena. Mereka masih saja berpelukan. Tak ada yang enggan melepas tautan tersebut.

"Sheena.." panggil kala lembut.

"I-i-iyaa"

"Jadiin aku rumah sebagai tempat kamu untuk pulang ya? Izinin aku ngelanjutin tugas azka tanpa gantiin posisi dia"

———————————— —————————————

Yaallah mas kala. Kamu baik banget mas🥺
Wkwkwk. Kamu team siapa nih?!
#biansheena atau #kalasheena

AstrophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang