✩ 32

220 21 0
                                    

Sheena masih cukup gelisah setelah kejadian kemarin, tapi setidaknya sheena sedikit bersyukur ada bian yang menemaninya saat itu. Menjadi pendengar yang baik dan membantu sheena menghapus semua terror yang ada.

"Lo sakit beneran ya? Dari matkul pak asman diem aja. Makan red velvet cake slice sama vanilla milkshakes di sirius yuk?" Ajak yura.

Baru saja sheena ingin menolak, yura langsung ngomong "gak boleh nolak. Itukan kesukaan lo. Gue lagi gak bawa mobil nih. Gue yang nyetir deh. Mana kunci mobil lo"

Sheena menghela nafas lalu memberikan kunci mobilnya pada yura. "Yes! Semangat dong! Gak boleh lesu gini" kata yura sembari menggandeng tangan sheena.

———————————— ✩ —————————————

Bunyi lonceng yang terdapat di pintu, berbunyi saat yura dan sheena masuk. "Gue yang pesen. Maneh duduk aja. Beres pokoknya" kata yura.

Sheena berjalan menuju meja yang dekat dengan jendela. "Sheena? Lo disini? Lo baik-baik aja kan?" Tanya bian yang baru turun dari lantai dua.

Sheena mengangguk. "Makasi ya"

Bian tersenyum. Entah sudah berapa kali dirinya bertemu dengan sheena dengan sengaja atau tidak. Tapi yang jelas dirinya senang atas hal itu. "sebentar gue ambil hp dulu" kata bian lalu kembali ke lantai dua.

Yura datang dengan membawa pesanan miliknya dan sheena. "Ini tuan putri. Gak boleh lesu lagi ya tuan putri. Gak enak dipandang soalnya" kata yura yang membuat sheena tersenyum.

"Btw. Lo ada apa sih sama kak bian. Gue perhatiin kalian keliatan deket" tuduh yura tiba-tiba.

Sheena yang sedang minum milkshakes langsung tersedak. Ia baru ingat yura menyukai bian, bukan?

"ra. sumpah gue gak ada apa-apa sama bian. Percaya sama gue"

Yura mengernyit lalu tertawa. "Gue tebak. Lo pasti ngiranya gue suka sama kak bian ya? HAHA enggak na. Gue cuma kagum. Abisnya ganteng plus pinter gitu siapa yang gak kagum?"

"Siapa ganteng plus pinter?" Sahut bian dari belakang yura.

Yura langsung menoleh dan tersenyum. "ada tadi tukang parkir kak"

"Emang ada ya tukang parkir ganteng plus pinter? Mana sih?" Tanya bian sembari melihat ke luar. "Btw. lo masih aja panggil gue kak. Sheena aja udah enggak. santai aja ra"

Yura cuma senyum canggung. Sheena tertawa melihat kekonyolan mereka berdua. Melihat sheena tertawa, hati bian ikut tenang. "Di lantai dua aja yuk? Disini lumayan rame. Kalau diatas bener-bener sepi" kata bian.

"Yaudah yuk! Gue langsung naik duluan ya!!!" Ujar yura yang masih malu sembari membawa makanannya ke lantai dua.

"Kalau lo ngerasa sepi dirumah, kesini aja ya na. Gue juga lagi sering disini kok" kata bian sembari membantu sheena membawa minumannya.

Sheena mengangguk. Kehadiran bian benar-benar penyelamat bagi sheena. Bian seperti azka yang selalu menemaninya.

———————————— ✩ —————————————

Mereka bertiga benar-benar menikmati waktu santai mereka. Tak ada kata canggung lagi. Bahkan mereka terlihat bukan seperti teman lagi tapi seperti saudara.

"HAHA iya! Gue tuh gak sadar kalau ternyata gue lulus! padahal gue udah nangis-nangis. Mata udah bengkak kayak abis operasi plastik" kata yura sambil tertawa.

"Emang tau bengkak operasi plastik kayak gimana?" Ledek sheena.

"Tau. Gue sering liat di youtube"

Bian tersenyum melihat wajah sheena yang berdecak tapi selang beberapa detik senyum bian tiba-tiba memudar saat melihat siapa yang baru saja datang.

"Haii sheenaa" ujar seseorang lalu sedikit mengacak rambut sheena.

Sheena menoleh dan melihat kala. "Lho?! Pulang hari ini?! Kok gak ngabarin?"

"Gapapa, surprise" kata kala lalu tersenyum "Lagi ngapain? Seru banget?"

"Hai kala!" Sapa yura.

kala tersenyum. "Perasaan lo manggil kala pake kak deh" bisik sheena.

"Bian aja gak mau dipanggil kak lagi. Jadi, pasti kala juga gak mau kan hehe" balas yura

Kala tertawa melihat mereka berdua "udah gapapa, santai aja" balasnya lalu duduk disamping bian. "kalian disini udah lama?"

"Lumayan lama" balas sheena lalu tersenyum.

Saat melihat senyum itu, bian tahu. Sekeras apapun usahanya untuk menggantikan posisi kala, ia tetap tak akan bisa.

"Gue ke toilet sebentar" ujar bian.

Yura melirik bian yang sedari tadi ekspresi wajahnya sulit diartikan saat kala datang. Tapi yura sadar. Ada rasa yang bian tinggalkan untuk sheena.

Bian membasuh wajahnya pakai air berulangkali. Entah saat melihat kala, rasa kesal dan sakit bercampur menjadi satu. Ia sadar kalau ia juga tak bisa menyalahkan kala atas apa yang mungkin nadine perbuat. Tapi ia juga tak bisa selalu saja mencintai dalam diam.

Bian menghela nafas lalu mengambil beberapa lembar tissue dan mengelap wajahnya.

'Please bian, lo udah bukan anak kecil yang harus cemburu, marah-marah gak jelas saat milik lo diambil orang lain' batin bian.

Ia juga sadar kalau kala tak salah. Dirinya saja yang memang terlambat menyadari kalau sheena benar-benar sudah mendapatkan hatinya.

Setelah membuang tissue itu kedalam tong sampah, bian keluar dan berjalan kembali ke meja mereka.

"Eh? Jadi disini ada bian juga? Hai bian!" Ujar seseorang yang membuat bian terdiam seketika.

AstrophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang