✩ 3

434 38 1
                                    

Empat belas hari

Sheena berjalan menyusuri taman. Taman yang semasa kecil sering ia kunjungi bersama azka. "Sendiri aja neng?" Tanya petugas yang biasa membersihkan taman itu. "Temennya yang cowok kemana? Biasanya berdua?"

Sheena tersenyum sangat tipis. "Lagi pergi pak"

Petugas itu mengangguk. "Semoga cepet pulang ya neng. Biar kesini lagi"

Sheena hanya tersenyum. Ia harap pun begitu. Ia harap azka akan cepat pulang dan ke taman ini bersamanya.

Sheena berjalan menuju ayunan dan duduk disana. Ayunan ini yang pernah menjadi saksi bisu kisah mereka. Saat azka jatuh waktu kecil. Saat mereka mengunjungi taman itu lagi setelah beranjak remaja. Semua terulang lagi di kepala sheena. Rasanya masih tak percaya kalau azka sudah pergi jauh. Sangat jauh.

Tak tergapai dan tak akan pernah bisa digapai.

Sheena mengeluarkan handphonenya dan mengetik sesuatu disana.

To: olaaan❤️
"Hai olan! Hari ini dua minggu olan pergi. Naila masih suka ngechat olan kayak gini, supaya naila gak terlalu ngerasa sepi karna udah baca chat kita sebelumnya."

"Besok naila ujian lan! Seharusnya olan juga ikut! Supaya kita bisa jadi kakak kelas seutuhnya. Gak ada kak alexa dan temen-temennya yang bakal ganggu nai lagi hehe! Tapiii, pasti makin banyak yang suka olan. Karena adek kelasnya nambah, huft!"

"Olan gimana disana? Bahagia kan? Udah gak ngerasain sakit lagi kan? Semoga doa nai selama ini nyampe ke olan ya."

"Naila lagi main ayunan kita waktu itu. Masih kebayang banget gimana olan jatuh waktu kecil. Lucu.. oh iya, Nai sayang bangetttt lho sama olann. Maaf kalau selama olan ada, nai gak pernah nyampein hal itu. Tapi nai akan selalu sayang olan. Sampe kapanpun"

Sheena menghela nafas lalu mematikan handphonenya. Ia mulai melakukan itu sejak dua hari yang lalu dan menurutnya itu sedikit membantu untuk merasakan lagi rasanya bercerita pada azka.

Biarpun hanya lewat handphone.

———————————— ✩ —————————————

Empat belas hari memang bukan waktu yang lama, tetapi ketika dirinya pergi, rasanya seperti empat belas tahun.

Berlebihan? Tidak.

Bagaimana bisa dinyatakan berlebihan saat kamu sudah menghabiskan seluruh waktumu bersama dirinya. Tak ada hari libur, ataupun tanggal merah.

Bagaimana bisa dinyatakan berlebihan saat setiap hari matanya yang kamu tatap.

Bagaimana bisa dinyatakan berlebihan saat kamu sudah terlalu banyak menerima cintanya. Kamu pun sudah tumbuh bersamanya. Dan ketika kamu sampai pada waktunya ia direnggut,

Pahit? Memang.

Tapi bisa apa? Kamu bukan Tuhan ataupun malaikat yang bisa protes. Marah. atau tak terima.

Terkadang mengikhlaskan memang selalu menjadi pilihan tersulit dari semua pilihan yang harus dipilih. Tak akan ada insan yang dapat ikhlas dalam jentikkan jari.

Mereka, kamu dan semua yang ditinggalkan butuh usaha. butuh ruang..




Dan butuh waktu.

AstrophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang