✩ 13

281 24 0
                                    

"Assalamualaikum semuanyaaa!!" Ujar yura yang baru masuk kelas lalu duduk di kursi sebelah sheena.

"Semangat amat lo. Sekarang bener dosennya pak asman kan?" kata sheena. Pak asman termasuk dosen killer disana. Gak usah macam-macam kalau masih mau jadi calon dokter.

Yura tersenyum lebar. "Bener kok. Tapi yang ngajar bukan pak asman"

Sheena mengernyit, "terus siapa?"

"Pagi semuanya" salam seseorang yang baru masuk ke dalam ruangan itu. Sheena menoleh dan menatap laki-laki muda yang baru masuk itu.

"Dia orangnya. Ganteng ya?" Bisik yura.

"Dia siapa?" Tanya sheena.

Belum sempat yura menjawab, laki-laki itu sedikit melangkah kedepan. "Saya biandra arga, Disini saya gantiin pak asman sementara karena beliau ada urusan keluarga yang mendesak" ujar bian.

"Dia asdosnya pak asman?" Kata sheena terkejut. Karena jika menjadi asisten dosen pak asman, sudah dipastikan kepintaran otaknya harus melebihi rata-rata.

Yura mengangguk. "kakak tingkat. Udah mau sidang tuh kayaknya . Udah semester akhir soalnya"

Sheena cuma mengangguk lalu menoleh lagi ke yura "jadi ini, alesan lo semangat" ledek sheena.

"Ya emang kenapa sih na. Sekali-kali cuci mata kan gak salah"

Sheena geleng-geleng melihat kelakuan yura lalu kembali memperhatikan bian yang sedang menjelaskan dengan detail. Keren.

———————————— ✩ —————————————

"Ayo sheena! Temenin gue ketemu asdos idaman" ujar yura ketika baru saja sheena ingin pulang.

"Hah? Ngapain?!" Keluh sheena.

"Gue mau ngasih tugas gue waktu itu. Niatnya mau kasih hari ini ke pak asman, tapi kan dia gak ada"

"Ya kenapa gak kasih tadi?"

"Kan gue mau fokus belajar" kata yura.

Sheena memicingkan matanya, "fokus belajar apa fokus merhatiin mukanya"

Yura tertawa, "kalau itu bonus"

Sheena geleng-geleng "calon dokter macam apa. Udah ah lo pergi sendiri aja"

Baru saja sheena jalan satu langkah, yura langsung dengan cepat menarik tangan sheena  yang membuat dirinya hampir jatuh. "Yaudah iya iya!"

Yura tersenyum menang lalu langsung menggandeng tangan sheena, alih-alih takut dia kabur nanti.

"ngapain dipegang gini sih, gue gak kabur"

"jaga-jaga"

Sheena berdecak "emang dia dimana?"

"Menurut intel yang gue sewa, dia lagi di perpustakaan"

Sheena mengernyit "lo beneran udah setress kuliah kedokteran ya ra?"

Yura tak menjawab sheena dan langsung menariknya masuk kedalam perpustakaan. "Tuh orangnya. Aduh dari belakang aja udah keren"

Sheena lagi-lagi ditarik yura, dia bener-bener udah pasrah dapet temen kayak yura. "Permisi kak" ujar yura.

Bian mengadahkan kepalanya "iya?"

"Saya yura, saya mau kasih tugas saya ke pak asman, tapi ternyata pak asman gak ada. Jadi tugasnya saya kasih ke kakak boleh?"

"Kenapa gak dikasih tadi?" Tanya bian.

Yura kikuk "iya maaf kak, saya lupa"

Bian mengangguk lalu mengambil beberapa lembar tugas yura. "Nanti saya sampaikan"

Yura langsung tersenyum lebar yang membuat sheena benar-benar yakin temannya itu menaruh hati. "Udah? ada lagi?" Tanya bian lalu menatap sheena.

Yura langsung menggeleng "Gak ada kak. Itu aja kok. Terimakasih"

Bian mengangguk. Baru saja satu langkah yura dan sheena berjalan, "Sebentar" kata bian yang membuat yura dan sheena berhenti "Tadi siapa namanya? Yura?"

Yura langsung mengangguk.

"Lalu sebelahnya?"

Yura menoleh. "saya?" Tanya sheena.

Bian mengangguk. "Dia sheena kak" balas yura.

"Oke kalau gitu"

Yura mengangguk lalu keluar bersama sheena, "Kok dia nanyain nama lo ya?" kata yura.

"Ya kan gue juga ada di kelas dia tadi"

"iya juga ya" kata yura "oh iya! Berhubung lo udah nemenin gue, gimana kalau gue traktir lo makan dessert kesukaan lo"

Sheena langsung tersenyum. "deal"

Yura berdecak lalu berjalan mendahului sheena "tadi aja susah ngajakinnya terus mukanya cemberut lagi. Giliran soal makanan langsung cepet"

Sheena tertawa. Makanan memang harus jadi prioritas utama bukan?

AstrophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang