✩ 30

247 24 0
                                    

Langkah kaki bian terus menerus bergerak. Sudah dua puluh menit ia mondar-mandir tak jelas di sirius coffeeshop. Ia sedang berpikir sembari memegang handphonenya. Perihal kejadian kemarin, apa ia harus menuruti perkataan sheena untuk tidak memberitahu kala?

Bian menghela nafas. Ia benar-benar tak habis pikir. Siapa orang yang tega mengirimkan kotak menakutkan itu?

Bian terus berpikir sampai tidak sadar lonceng yang tertempel di pintu berbunyi. Langkah kaki yang mendekat padanya pun ia tak sadari.

"Bian?" Panggil seseorang.

Bian tersadar dari lamunan lalu berdiri "iya?"

Perempuan dihadapannya tersenyum sedangkan raut wajah bian berubah. "Nadine?"

Senyum nadine semakin mengembang. "Hai! Apa kabar?"

"Ba-baik kok! Lo gimana? Kapan pulang? Kala udah tau?" Tanya bian.

Nadine masih tersenyum "whoa, lo keliatan excited banget ya? Naja udah tau kok" balas nadine "Gue perhatiin lo lagi ngelamun tadi. Ada apa?"

Bian menggeleng "gak ada apa-apa. Lo mau minum apa?"

Nadine tersenyum. "Kesukaan gue masih sama kayak dulu kok. Gue duduk disana ya"

Bian mengangguk. Nadine berjalan menuju meja yang terletak di ujung. Ia mengedarkan pandangannya. Usaha naja benar-benar sukses sekarang, Pikirnya.

"Nih" kata bian sembari meletakkan secangkir caramel macchiato kesukaan nadine. "Gue traktir"

"Ternyata lo masih inget kesukaan gue apa" balasnya sembari tersenyum "thanks ya"

Bian tersenyum tipis lalu duduk di hadapan nadine. "Lo udah ketemu kala?"

Nadine menoleh, "hm? Udah kok" katanya lalu meletakkan cangkir itu. "naja.. sedikit berubah ya?"

Bian terkekeh. "Kala gak berubah. Lo yang terlalu lama gak ketemu dia"

"Dia.. udah ada pengganti gue ya? Siapa, bian?" Tanya nadine lagi.

Bian terdiam. "lo bisa langsung tanya kala kalau dia pulang nanti"

Nadine mengangguk sembari tersenyum. "Tapi bian.. kalau emang naja udah punya perempuan lain, apa dia beneran serius sama perempuan itu?"

"Maksud lo?" Tanya bian.

Nadine terkekeh. "Lo tau kan? Kalau naja secinta apa sama gue? Lo juga tau meskipun gue nyakitin naja berkali-kali, dia tetep akan nerima gue"

Tangan bian sedikit mengepal dibawah meja. "Gak ada yang tau perasaan orang lain, nadine. Kala mungkin udah gak akan kayak gitu lagi. Kala yang gue kenal gak suka mainin perasaan orang"

Nadine langsung tersenyum. "Itu poinnya! Gak akan ada yang tau perasaan orang lain kan? Jadi gak ada jaminan juga kalau naja gak akan mainin perasaan perempuan itu, bian"

Bian mengetuk jari-jemarinya di atas meja lalu menghela nafas. "Sampe kapan nadine?"

"Hm?"

"Sampe kapan lo mainin perasaan kala terus kayak gini?" Tanya bian.

Nadine bingung."kok gue? Gue gak pernah ngerasa mainin perasaan naja"

"Gak pernah mainin?" Bian tertawa kecil "Lo gak lupa kan? Siapa yang selalu buat kesalahan di hubungan kalian berdua dulu."

"Maksud lo apa sih?" Tanya nadine.

"Jadi lo beneran lupa? atau emang sengaja lupa? dimulai dari lo yang suka ngilang gak ada kabar yang akhirnya bikin kala khawatir, lo juga sering dengan santainya pergi sama teman cowok lo yang bikin kala jadi cemburu. Lo pasti inget itu, nadine. Dan dari semua kesalahan lo itu, kala selalu nerima lo lagi. Tapi sampe akhirnya—lo ketauan selingkuh—kala tentu gak bisa nerima itu. Apa kali ini lo juga gak bisa berhenti buat mainin perasaan kala lagi?"

Nadine terdiam. Matanya berkaca-kaca. Ia tak percaya, perkataan bian bisa menusuk hatinya seperti itu. "Gue gak selingkuh!"

Bian menghela nafas. "Gue emang gak ngeliat langsung perselingkuhan lo. Tapi gue tau betul. Kalau perbuatan lo itu cukup nyakitin kala"

"Gue udah bilang, kalau gue gak selingkuh! Gue juga gak mungkin selingkuh!" Kekeuh nadine yang tidak tahu kalau bian sudah mengetahui masalah mereka dari dulu.

"Sebenernya gue diem-diem tau itu, nadine. Sebelum perselingkuhan lo yang bikin kalian akhirnya putus, lo udah pernah selingkuh juga sebelumnya. Tapi, kala masih bisa maafin lo waktu itu" ujar bian lalu ketawa "gue gak ngerti deh. Kala udah sebaik itu, tapi masih aja kurang di mata lo?"

Nadine kali ini benar-benar diam.

"Udahlah nadine. Itu bukan cinta, tapi obsesi. Gue yakin kok. lo pasti masih bisa berteman baik sama kala. gue juga yakin, lo gak se-tega itu. Jadi, please. Jangan ganggu kala lagi. Biarin kala bahagia kali ini aja"

Nadine menatap bian dengan mata berkaca-kaca. Ia lagi-lagi hanya bisa diam lalu berdiri dan pergi meninggalkan bian.

Bian hanya melihat punggung nadine yang perlahan menjauh. Ia menghela nafas. Pertemanan mereka jadi terasa sangat canggung. Tapi mau gimana lagi?

Tentu ia harus menyadarkan nadine. Kalau sesuatu yang sudah ditakdirkan tidak menjadi miliknya, selamanya pun akan tetap begitu.

AstrophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang