✩ 21

243 24 0
                                    

Kala menghela nafas. "Oke gue anter"

Baru saja sheena ingin menolak, kala sudah berdiri. "Kalau kala udah berdiri, gak ada penolakan lagi ya" ujar bian seolah tau isi pikiran sheena.

Sedangkan sheena yang berdiri tepat di depan dada kala hanya pasrah. Ia sedikit mendongak untuk melihat wajah keterpaksaan kala untuk mengantarnya.

"Yuk sekarang" kata kala.

Sheena mengangguk. "Gue pulang dulu ya kak"

Bian mengangguk, "hati-hati ya"

Sheena mengikuti langkah kala. Kala benar-benar tinggi sekali, pikirnya. Tinggi sheena hanya sampai di dada kala saja.

"Kalau repot, gue bisa pulang sendiri kok kak. Lo berhenti di depan aja" kata sheena.

Kala yang sedang fokus menyetir hanya mengernyit. "dan kalau gitu, gue keliatan tega banget nurunin cewek dijalan sendirian"

Sheena menggeleng, "gapapa kak! Serius!"

Kala melirik sheena sejenak lalu tertawa. "Udah, lo tinggal tunjukin jalannya terus duduk anteng aja"

Sheena kembali diam. "Ngomong-ngomong kita pernah ketemu gak sih? Gue ngerasa pernah liat lo" sahut kala yang membuat sheena menoleh.

"Gak pernah"

Kala tampak berpikir. "Gak pernah ya? Tapi kenapa gue gak asing ya liat muka lo"

"Muka gue gak pasa-" ucapan sheena terpotong saat handphonenya berdering.

Sheena membuka tas untuk mencari handphonenya. Butuh satu menit untuk mencari karena isi tasnya penuh dengan barang untuk kuliah jadi handphonenya terselip.

Yura.

"Halo kenapa ra? Iya ini gue lagi dijalan" kata sheena.

Kala melirik sheena. Ia benar-benar seperti kenal dengan sheena. Tapi dimana?

"Iya-iya. Nanti gue telfon lagi. Bye" kata sheena lalu memutuskan panggilannya.

"Depan belok kanan kak" kata sheena.

Kala membelokkan setirnya sesuai arahan sheena, "Gak usah panggil gue kak. Panggil gue kala aja"

Sheena hanya mengangguk. Biar cepet, pikirnya. Karena kala dan bian sama. Gak pernah mau dibantah. Jadi daripada debatnya tak selesai, lebih baik mengalah saja bukan?

"Yang cat warna putih, itu rumah gue"

Kala mengangguk lalu memberhentikan mobilnya.

"Makasih kak. Eh kal."

Kala tersenyum. "Iya sama-sama"

Sheena langsung masuk kedalam rumah. Senyum kala sedikit terangkat. Ternyata sheena tidak se-cuek itu. Ia hanya sedikit..

Menutup diri.

———————————— —————————————

~kring~

"Iya halo" balas kala sembari memarkirkan mobilnya ke dalam garasi.

"Lo dimana? Udah nganter sheena?" Tanya bian diseberang sana.

"Barusan udah gue anter. Ini gue baru aja parkir di garasi" balas kala.

"Kok lo gak balik kesini?!"

"Gue capek bian. Lo aja yang beres-beres sendiri" ledek kala "yang penting kan gue udah merayakan kebahagiaan lo"

"Kurang ajar lo kal! Tega banget!"

"Kan itu acara lo bian"

"Ya tapi bantuin temen atuh. Ini juga cuma ada gue sama dodot doang" kesal bian.

"Yaudah berdua aja" ledek kala. Setelah itu ia terdiam sebentar, Matanya melihat benda di jok mobilnya. "Kalau gitu selamat bekerja ya bian dodotttt byee"

Kala mematikan telfonnya lalu mengambil benda berwarna peach itu.

Dompet.

Ia membukanya lalu melihat ktp dan kartu mahasiswa milik sheena. Serta foto 3x4 milik perempuan itu yang mengingatkan kala siapa sheena sebenarnya.

Kala tertawa, "Jadi dia perempuan yang dimaksud ibu-ibu itu. Dunia sempit juga"

'barangkali kamu ketemu gitu' batin kala saat mengingat ucapan wanita itu.

"Dan hari ini beneran ketemu" ujar kala lalu tertawa lagi.

'Sheena. Afsheen naila pratama' batin kala lagi.

AstrophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang