✩ 19

295 25 0
                                    

Matahari menelungkup masuk melalui jendela kamar sheena. Tapi bukan itu alasan sheena bangun sekarang. Ini ulah yura yang mengetuk pintu rumahnya seolah sedang menggerebek pasangan yang sudah berbuat tidak-tidak.

"Astaghfirullah yura! gue harus istighfar terus sama lo ra. Pagi-pagi gini, Lo kenapa mengganggu tidur gue yang nyaman sih. Kalau gue gak lupa ya.. Setau gue hari ini kita gak ada kelas" omel sheena sembari membuka matanya pelan-pelan.

Yura cengengesan, "emang gak ada"

Sheena menghela nafas lalu menyandarkan kepalanya pada pintu, "lo gak ada kerjaan atau gimana?"

Yuna berdecak, "ih sheena! Enggak gitu maksudnya! Maaf ya udah ganggu, tapi gue mau memberitahu kabar yang penting"

Sheena mengernyit "apa?"

"Ternyata kak bian hari ini sidang!!"

Sheena lagi-lagi menghela nafas panjang, "terus apa hubungannya sama gue yuraaaaa. Lo gak jagain abi lo?!"

"Ada mama gue yang jagain abi jadi lo temenin gue, kita beli balon-balon gemes gitu"

"Gak mau. Gue mau tidur lagi" kata sheena lalu menutup pintu. Membiarkan yura berdiri di depan pintu rumahnya.

Tapi selang beberapa detik, sheena kembali membuka pintunya karena merasa tak tega melihat wajah yura. "Yaudah gue temenin"

Yura langsung tersenyum saat mendengar itu. "Gue mandi dulu. Lo nunggu di dalem aja" kata sheena lalu mengambil handuk dan masuk kedalam toilet.

Yura mengangguk dan duduk di ruang tamu. Sheena pernah bercerita alasan mengapa dirinya tidak mau ngekos dan orangtuanya lebih memilih langsung membelikan rumah untuk sheena. Ya, Karena sheena ingin memasang semua foto ini.

Yura menelusuri setiap foto itu. Ada foto sheena dengan seragam SMA yang sudah dicoret-coret. Ada foto sheena bersama teman-temannya berada di lapangan basket dengan piala di depannya.

Yura tersenyum melihatnya. Kisah SMA sheena cukup baik,pikirnya. Tapi sampai dimana matanya tertuju pada satu foto yang paling mencuri perhatiannya. Yura memutuskan untuk mendekat pada foto itu.

'Ganteng' batin yura.

"Ngapain lo ra?" Tanya sheena yang baru saja keluar.

"Enggak" kata yura lalu mengangkat foto sheena "ini siapa namanya na? Temen lo? Ganteng"

"Itu azka. Nama panjangnya azka aldric orlando. Tapi gue manggil dia olan" kata sheena "itu sahabat gue dari kecil yang gue ceritain di coffee shop waktu itu. Dia meninggal tiga tahun yang lalu"

Yura tampak terkejut sekaligus menyesal karena membuat air wajah sheena sedikit berubah. "Ma-maaf"

Sheena sedikit tertawa, "gapapa ra. Wajar kok kalau ada perempuan yang liat foto dia langsung naksir. Ya karena emang dia ganteng. Gue akuin itu. Apalagi kalau lo tau sifat aslinya. Mungkin lo gak akan ngejar kak bian kayak sekarang" ledeknya sembari mengeringkan rambut.

"Ceritain dong na"

"Dia captain basket. Sekolah gue dulu, gak pernah gak dapet juara kalau dia yang jadi captain nya. Anaknya asik, humoris, suka banget bercanda dan gak pernah bersikap dingin kalau sama gue. Saking banyak yang suka sama dia, gue pernah lho dilabrak kakak kelas" ujar sheena sembari tertawa. Meskipun hatinya sedikit ter-enyuh saat menceritakan itu lagi.

"Oh iya? Serius na?"

Sheena mengangguk. "Dan saking sempurnanya dia dan Tuhan itu maha adil. Dia sakit dan ya, Tuhan lebih sayang dia ketimbang gue, keluarganya atau sahabat-sahabat dia"

"Ah sedih banget sheenaaa" kata yura lalu memeluk bantal yang ada di sofa.

'Lo yang gak ngerasain langsung aja sedih ra, gimana jadi gue?' batin sheena.

"Yaudah berangkat sekarang aja yuk. Rambut gue biar kering sendiri aja" kata sheena setelah memakai bedak dan sedikit liptint.

Yura mengangguk, "gue nunggu di mobil ya"

"Iya"

Sheena mengambil tas dan meletakkan kembali foto yang sempat diambil yura.

'Kuat yuk na. Lo itu kuat. Gak boleh nangis lagi, nanti olan sedih' batin sheena sembari menatap foto itu.

———————————— ✩ —————————————

Menjadi kabar baik untuk bian hari ini karena ia dinyatakan lulus sidang. Ia hanya perlu menyiapkan keperluan—yang menurutnya cukup ribet—setelah lulus sidang untuk wisuda nanti.

Orangtuanya sudah datang untuk mengucapkan selamat. Termasuk yura yang sudah memberikan balon-balon yang bertuliskan S.ked. dan sudah berfoto bersama dengan bian.

"Makasih ya udah sempetin dateng" kata bian.

Yura mengangguk. "Iya sama-sama kak"

"Nanti malem dateng ya ke sirius. Ya ada acara kecil-kecilan lah" kata bian.

"Emangnya sirius gak buka?" Tanya yura.

Bian menggeleng. "Malem ini khusus kita doang"

Yura mengangguk. "Ajak juga ya temen lo" ujar bian.

"Sheena?"

Sheena yang sedang memainkan handphone sontak menoleh. "Kenapa?"

"Lo diundang ke sirius nanti malem. Kita semua diundang" kata yura.

Baru saja sheena ingin menolak, yura langsung berbicara, "oke kak. Gue sama sheena bakal dateng kok"

Bian mengangguk sembari memperhatikan sheena. "Kalau gitu gue duluan ya. Makasih banget udah dateng hari ini" katanya.

"Iya hati-hati kak!"

Begitu bian pergi dari hadapan mereka berdua, sheena langsung menatap yura.

"Apa? Kenapa?" Tanya yura.

"Gue gak mau ikut"

"Lho kenapa? Kok lo keliatan anti banget sih sama kak bian. Jangan-jangan lo ada ap—" kata yura dengan mata yang mengintimidasi sheena.

"Apa! Enggak ada! Gue cuma males ketemu sama orang baru. Apalagi cowo" kata sheena.

"Gue tau lo masih sedih atas perginya sahabat lo itu" kata yura yang peka dengan wajah sheena tadi "mencoba buka lembaran baru untuk ikut mensyukuri hidup gak ada salahnya kan na?"

"Lo harus liat dunia baru lo sekarang, lo bukan anak SMA lagi. Dan lo pasti tahu, kalau lo gak menikmati hidup lo sekarang, dia juga akan sedih disana" katanya lagi.

Sheena terdiam. Perkataan yura..

Ada benarnya.

AstrophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang