"Muka lo kusut amat. Padahal yang mau sidang gue" kata bian lalu duduk didepan kala. Bian memang agak malam datang ke sirius coffee shop.
"serius lo udah mau sidang? Emang udah di acc semua?" Tanya kala.
Bian mengangguk. "Udah. Besok gue sidangnya"
"Besok sidang dan lo masih santai kayak gini?!" Kata kala.
"Gue harusnya kayak gimana?"
"Oh iya otak lo kan melebihi rata-rata. Tau gue tau" balas kala "kalau wisudanya kapan?"
Bian tertawa "Masuk ruang sidang aja gue belum kal dan lo udah nanya wisudanya kapan?!"
Kala berdecak, "kan gue nanya. Soalnya tiga minggu lagi gue mulai terbang"
"Belum tau tanggal wisudanya kapan sih, tapi ya semoga aja gak bertepatan sama lo terbang"
Kala mengangguk. "btw, darimana aja lo baru dateng jam segini?"
Bian tertawa. "Abis nganterin sheena"
{ flashback on }
"Maaf ya tadi agak berisik. Abi lo gak keganggu kan?" Ujar bian.
Yura menggeleng. "Enggak kok"
"Berhubung abi lo masih tidur, gue pulang sekarang aja ya ra. Takut ganggu, kasian" kata sheena.
"Yah. Yaudah deh. Lo bawa mobil kan?" Tanya yura.
Sheena menggeleng, "mobil gue mogok. Baru aja tadi pagi dibawa montir"
"Mau pake mobil gue?" Tawar yura.
"Enggak usah. Takutnya lo ada keperluan mendesak. Gue pulang pake taxi aja gapapa"
"Sheena bareng gue aja" sahut bian yang membuat yura dan sheena serempak menoleh.
"Gak usah kak. Gak usah repot-repot. Saya naik taxi aja" kata sheena.
"Udah bareng kak bian aja na" sahut yura.
"Kok lo malah nyuruh gue bareng kak bian" bisik sheena.
"Udah gapapa kak. Sheena lebih aman sama kak bian" kata yura.
Bian mengangguk. "Pulang sekarang?"
Sheena jadi kikuk. "Cepet sembuh ya ra buat abi lo"
"Cepet pulih ya ra. Gue titip salam" kata bian.
"Iya, kalian berdua hati-hati ya"
Yura menutup pintu ketika bian dan sheena sudah keluar. Sedikit terasa ganjal saat melihat sheena dekat dengan bian tapi ia tak boleh egois. Sheena tentu akan lebih aman jika bersama bian.
"Yakin gak ngerepotin nih kak? Saya bisa pesen taxi sendiri kok" kata sheena.
"Kan gue udah bilang waktu itu, ngomong sama gue pake gue-lo aja"
Sheena mengernyit dan mau tak mau mengangguk. "Udah, lo gak ngerepotin gue kok" ujar bian.
{ flashback off }
"Wah! Jadi nama pacar lo sekarang sheena" kata kala.
Bian tertawa, "engga, bukan pacar."
"Terus? Ade-adean?! Ternyata gak disangka ya bian, jiwa playboy lo masih ada sampe sekarang"
"HAHA! Anjir lo kal. Engga, dia bukan gebetan, pacar apalagi ade-adean kok" kata bian sembari melempar tissue ke kala "kalau lo gimana?"
"Hah apanya?"
"Dia.. kapan balik kesini?" Tanya bian.
Kala berdecak. "Gue gak tau"
"Lo beneran udah—" bian menggantungkan kalimatnya.
"Udah deh bian. Bukan urusan lo" kata kala.
Bian itu paling ngerasa tak nyaman kalau udah lihat kala berubah jadi dingin. Auranya langsung gelap, suram pokoknya.
"Iya Iya maaf. Ngomong-ngomong, bunda lo masih dirumah?" Tanya bian.
Kala mengangguk, "dia ngechat lo?"
Bian langsung tertawa, "lah lo gak tau? Kan kemarin gue yang jemput bunda lo di stasiun"
"Serius?! Dia lebih memilih minta jemput lo daripada anaknya sendiri?! Wah bunda kelewatan" ujar kala.
"Yeu bambang!" Kata bian lalu melempar tissue lagi ke kala "lo kemaren ditelfon gak ngangkat. Jadi bunda lo minta jemput gue"
"Apa iya gue gak ngangkat?!"
"Yeu!"
~kring~
Dering handphone kala berbunyi. Kala sempat menoleh untuk melihat nama yang ada di layarnya lalu setelah itu ia reject.
"Kok di reject?" Tanya bian.
"Gak penting" kata kala lalu pergi.
"Apa iya gue gak ngangat.. lah itu barusan gak ngangkat" kesal bian.
Setelah itu bian terdiam sembari melihat handphone milik kala. Ia tahu siapa penelfon itu jika melihat reaksi kala yang langsung berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrophilia
Teen Fiction(COMPLETED) ⚠️don't copy my work⚠️ ✩ Sequel of " Can I ? " ✩ Konon katanya seseorang yang telah pergi akan menjadi bintang yang indah. "Yang pergi akan tetap pergi, walaupun kau telah menjaganya dengan begitu kuat. Yang datang pun akan datang, walau...