South Node Conjuct North Node in Synastry
.
d u s t i e k t h
Bagian IV
"count as a promise"
***
Si bungsu keluarga Kim, Emma selalu sibuk setiap paginya. Bisa dibilang, ialah alarm pagi bagi Ibu maupun kakaknya. Karena si bungsu itu belum memiliki pekerjaan berat hingga memiliki banyak waktu senggang. Setiap paginya, ia akan membersihkan sisa abu bakar perapian pagi, membangunkan kakaknya—Taehyung—yang tertidur di atas sofa. Lalu memakai mantelnya, pergi ke hutan belakang rumahnya untuk mengambil ranting untuk bahan bakar perapiannya, atau mencari tanaman herbal yang bisa diolahnya.
Emma selalu menjadi seorang yang cerdas sejak kecil—gadis berusia dua belas tahun itu memang menonjolkan kesukaannya pada ilmu pengetahuan sejak dahulu. Ia suka membaca (berbeda dengan Taehyung yang seolah menghindari perpustakaan desa), senang belajar pada Dr. Mary, tabib desa, bahkan mengikuti kelas di perpustakaan dengan penjaga perpustakaan—Tuan Noah yang serba tahu banyak hal.
Desa yang ditempatinya begitu kecil, penduduk disana bahkan masih menerapkan sistem barter dalam kesehariannya, misalnya, memberi Ibunya tiga butir telur sebagai imbalan telah membersihkan kandang sapi.
Emma selalu membenci fakta bahwa keluarganya seolah dibenci oleh penduduk desa, mereka tidak menerima seseorang yang berbeda dengan mereka. Dalam hal ini, Kakaknya yang begitu menonjol, juga Emma sendiri yang memiliki darah Asian mengalir dalam dirinya. Emma terlalu kecil untuk paham betapa sulit Ibunya dahulu saat pertama kali mereka kembali ke kampung halaman, warga seolah menolak keberadaan mereka. Beruntung Pendeta desa begitu baik dan meminta penduduk juga paham kalau mereka tetaplah saudara.
Masyarakat yang begitu menghormati pendeta akhirnya mulai menerima meski dengan setengah hati.
Emma kembali dengan beberapa jenis tanaman dapur di dalam keranjang rotannya, ia baru saja kan membuka pintu rumahnya saat mendengar omelan ibunya—
"Taehyung! Apa yang kau lakukan semalam!"
Gadis muda itu mengernyit, benar juga. Ia ingat semalam kakaknya tidak kembali hingga cukup larut, bahkan Ibunya tidak kembali ke kamar, tertidur di meja makan menunggu Taehyung.
Penasaran, Emma mengintip kedalam rumah sebelum benar-benar beranjak masuk.
Terlihat kakaknya yang melipat selimut tipis yang dipakainya, pemuda itu terlihat riang-riang saja, tidak ada takut atau rasa bersalahnya sama sekali.
"Oh Emma, sudah pulang," itu Taehyung yang menyapa Emma. "Em, kau akan pergi ke kelas perpustakaan lagi? Mau ku temani?"
Gadis itu sontak kembali mengernyit heran. Sejak kapan kakaknya mau pergi ke perpustakaan—lalu, sejak kapan Taehyung memakai perban di kepalanya!?
"Tae! Ada perban di kepalamu!" Emma menunjuk, menaruh keranjangnya cepat menghampiri Taehyung yang terlihat senang-senang saja. "Kau dipukuli lagi? ,,, astaga," Emma sadar ada perban lain dibalik fabrik yang dipakai Kakaknya itu.
"Taehyung, kau mencuri lagi?" Susan terdengar kecewa.
Taehyung menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak mencuri, bu." Ia menjawab cepat, meski sama sekali tidak berusaha menjawab rangkaian pertanyaan Emma dan Ibunya barusan.
"Jeongguk yang mengobatiku setelah pingsan semalam, dan dia berjanji akan mengganti kassanya—apalah. Itu artinya aku harus bertemu dia kembali, Em. Kau pergi belajar dengan dia 'kan?" Taehyung mengangguk-angguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
South Node conjunct North Node in Synastry | kth.jjk
FanfictionPEMENANG WATTYS 2020 KATEGORI FANFICTION Complete | 13.05.20 [1900s Taekook Alternative Universe] ; Taehyung, seorang yang jatuh cinta pada Jeongguk, anak pendeta yang sangat dihormati. Dengan status sosial Jeongguk dan kondisi kala itu, Taehyu...