FISIKA, adalah salah satu mata pelajaran yang sangat Sakura benci. Gadis itu menopang dagunya menatap seorang guru yang tengah menulis angka-angka di papan tulis dengan tatapan malas.
Tatapan nya beralih ke arah kembarannya yang berbanding terbalik dengan Sakura. Sakira sangat unggul di semua mata pelajaran. Dan semenjak kedatangan Sakira, banyak laki-laki yang menyukai kembarannya itu. Membuat popularitas Sakura turun drastis.
Tidak sedikit juga yang membanding-bandingkan dirinya dengan Sakira. Membuat gadis itu semakin membenci Sakira. Semuanya seolah di rebut oleh gadis yang mempunyai wajah yang sama dengannya itu.
Merasa ada yang memperhatikannya, Sakira menoleh dan tersenyum manis menatap Sakura.
Tanpa mengatakan kata permisi ataupun apa, Sakura keluar kelas begitu saja. Banyak yang menatapnya heran dan guru yang sedang mengajar pun hanya menggelengkan kepalanya dengan tatapan tajam.
"Sakura memang sangat berbeda denganmu Saki," ucap guru tersebut heran.
"Saya permisi sebentar ya Sensei,"
"Baik, tolong bujuk Sakura agar kembali ke kelas,"
Sakira mengangguk dan tersenyum. Setelah keluar kelas, ia sedikit berlari untuk menyusul Sakura yang masih terlihat oleh sepasang bola matanya.
"Sakura," panggilnya membuat langkah kaki Sakura terhenti.
Sakura menatap Sakira sekilas dengan tatapan datar.
"Mau kemana?" tanya Sakira lembut.
"Bukan urusanmu," jawab Sakura datar dan segera melanjutkan langkahnya.
"Sakura, Sensei-"
Sakura menghempaskan tangan Sakira dengan kasar dan menatap wajah yang sama di hadapannya dengan tatapan tajam.
"Berhenti seolah kau begitu peduli padaku,"
"Aku memang peduli pada mu,"
"Jangan munafik. Kau sengaja masuk ke kehidupanku dan berusaha mengambil semuanya kan?"
"Apa maksudmu?"
"Pertama, kau pulang ke rumah dan berusaha mengambil seluruh perhatian Mamah dan Papah. Kedua, kau sekolah disini dan berusaha mengambil seluruh perhatian satu sekolah," jelas Sakura dengan tatapan kecewa.
Sakira menggelengkan kepalanya mendengar tuduhan Sakura.
"Aku-"
"Dan selamat kau berhasil," potong Sakura dengan nada kecewa.
"Kenapa kau berpikiran seperti itu?""
"Karena memang seperti itulah kenyataannya!" jawab Sakura cepat.
"Aku tidak pernah ada niatan untuk melakukan nya, Sakura. Aku pulang karena aku merindukanmu juga Papah, dan aku sekolah di sini karena aku ingin kita dekat seperti dulu,"
Sakura tersenyum kecut. Gadis itu melangkah mundur, "Apa jangan-jangan, kau juga ingin merebut Sasuke dariku?"
_____
"Bi!"
"Iya non?"
"Stok strawberry nya habis?" tanya Sakura.
"Maaf non, bibi lupa nge cek pagi tadi,"
"Bibi ah!"
Sakura berjalan dengan wajah kesal. Gadis itu mendudukkan dirinya di sofa ruang keluarga dan memainkan ponselnya acuh.
Sakira yang baru saja turun dari tangga melihat kekesalan kembarannya. Gadis itu berjalan seraya mengikat surai merah mudanya ke atas.
Sakura melirik ke arah Sakira yang baru saja duduk di sofa yang sama dengannya.