x 38 x

918 209 50
                                    

Senyum Matsuri terlukis indah di bibir yang kini ia poles warna merah. Gadis dengan dress panjang berwarna putih itu kini menunduk untuk memakai hils yang sudah di siapkan dengan warna senada.

Sebentar lagi impiannya akan terwujud. Gaara akan menjadi miliknya.

"Matsuri,"

Panggilan seorang wanita membuyarkan lamunan Matsuri. Gadis itu menoleh dan menatap wanita yang telah melahirkannya dengan tatapan malas.

"Apa?" tanya Matsuri cuek.

"Sudah selesai sayang? Kamu di tunggu sama tamu di luar," jawab wanita itu tersenyum lembut.

"Gaara?"

"Gaara di luar sayang,"

"Oke," sahut Matsuri yang segera bangkit dan berjalan begitu saja melewati Ibunya.

Gadis itu menaiki lift dan naik satu lantai di atasnya yang dimana pesta pertunangan kecil-kecilan nya di adakan.

Tamu yang hadir pun tidak begitu banyak. Hanya rekan kerja orangtua Matsuri dan beberapa teman dekat Gaara.

Pertunangan tersebut juga di privasi oleh Matsuri dan hanya satu dua orang yang tau.

Setelah pintu lift terbuka, sebagian mata menatap ke arah Matsuri yang tersenyum lebar. Tatapannya langsung terfokus ke arah seorang pemuda yang tengah berbincang dengan teman nya di sudut ruangan.

Matsuri segera berjalan menghampiri Gaara dan tanpa permisi gadis itu menggandeng lengan Gaara yang kini menatapnya dingin.

"Bisa lepas?" tanya Gaara dingin.

Sedangkan di sisi lain. Sakura yang saat ini tengah bersantai di ruang televisi dengan snack di tangannya menolehkan kepalanya ketika melihat Kizashi yang tampak merapikan jasnya seraya berjalan tanpa menyadari posisinya.

"Sakura mau ikut Papah nak?" tanya Kizashi setelah menatap gadis itu.

"Kemana Pah?" tanya Sakura penasaran.

"Pertunangan anaknya rekan Papah. Temen kamu," jawab Kizashi yang kembali membenarkan letak dasinya.

Suara ketukan hils yang terdengar membuat Sakura menoleh ke arah Mebuki dan Sakira. Kedua alis gadis itu mengernyit heran.

"Sakura kok belum siap-siap sih sayang," ujar Mebuki.

"Kalian mau kemana?" tanya Sakura kebingungan.

"Lhoh bukannya tadi Sakira sudah kasih tau kamu kita mau pergi. Nanti kita telat kamunya saja belum apa-apa," ucap Mebuki pada Sakura.

Sakura menatap Sakira yang kini mengalihkan pandangannya. Gadis itu kesal bukan main.

"Kamu nanti nyusul saja sayang, ini Papah sudah di tunggu takut telat. Soalnya Papah berangkat nya rombongan jadi kalau telat tidak enak,"

Mebuki pun mengangguk menyetujui.

"Kamu siap-siap sekarang ya biar Mamah bilang in supir buat antar kamu nanti," ucap Mebuki seraya tersenyum hangat.

"Ayo berangkat,"

Kizashi dan Mebuki pun berjalan meninggalkan Sakura. Gadis itu masih menatap Sakira yang juga belum melangkahkan kakinya.

"Kau sengaja?" tanya Sakura pelan.

Bukannya menjawab, Sakira melangkah pergi begitu saja. Hal tersebut membuat Sakura mengepalkan kedua tangannya menatap punggung Sakira yang mulai menjauh.

Ingin sekali Sakura mendorong Sakira dari atas gunung paling tinggi di dunia. Tapi itu tidak mungkin.

Membalas pun juga tidak mungkin karena ujungnya pasti Sakura juga yang kena.

MIRROR OURSELVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang