x 1 x

7K 304 17
                                    

Alunan musik yang keluar dari earphone seorang gadis cantik yang tengah menyetir mobil membuat kepalanya bergerak sesuai dengan musik yang mengalun.

Gadis dengan nama yang terjahit di jas almamater berwarna hitamnya membuat semua yang membacanya akan paham jika ia lahir pada saat musim semi tiba.

Sakura, nama gadis itu memasuki kawasan sekolah elit di kotanya.

Tahun lalu ia menjadi Quenn Of The Year saat pesta perayaan sekolah yang di adakan satu tahun sekali. Jadi, semua murid bahkan guru-guru mengenal gadis itu seperti apa.

"Akh!" gadis itu membalikkan badannya dan menatap adik kelas dengan tajam.

"Jalan tuh pakai mata!" bentak nya seraya melipat kedua tangan di depan dada.

"Oh, pantes nabrak. Matanya rusak ya?" tanyanya sinis menatap adik kelas yang tidak sengaja menyenggol bahunya saat berjalan. Sakura mendorong bahu gadis berkacamata itu dan menatap tajam.

"Lain kali bawa kacamata hitam biar mirip tukang pijat sekalian!" setelah mengatakan nya, Sakura pergi begitu saja. Gadis itu memasuki kelasnya tanpa menyapa teman-temannya.

"Kayaknya tadi ada ribut-ribut, kenapa?"

"Ada orang buta nabrak," jawab Sakura acuh dan tampak tidak peduli.

"Lanjut cerita semalam dong, dia jadi sekolah di sini?"

Tiba-tiba raut wajah Sakura mendadak mengeras dan terlihat sangat kesal.

Matsuri yang melihatnya pun semakin penasaran.

"Aku akan bilang Mamah agar dia tidak jadi masuk sekolahan ini," ucap Sakura datar.

Matsuri mengangguk dan berkaca seraya mengatakan sesuatu, "Nanti sekolahan gempar lagi lihat dua Sakura," ucapnya dengan kekehan yang membuat Sakura menoyor kepala sahabatnya itu.

______

Sakura melangkahkan kakinya memasuki rumah mewahnya. Gadis itu melemparkan ransel kecilnya ke sofa dan berjalan menuju dapur.

"Bi!" teriaknya seraya membuka kulkas dan mengambil air minum dingin di sana.

"Bibi!" gadis itu masih memanggil asisten rumah tangga nya.

"Bibi mana sih?" gumamnya jengkel.

"Bibi!!!"

"Sakura, bibi baru keluar buat beli bahan makanan,"

Sakura meminum air yang ia ambil tadi tanpa memperdulikan ucapan seorang gadis yang seumuran dengannya.

"Kata Mamah aku sudah bisa masuk sekolah besok," ucap gadis itu ceria.

"Kau tuli?! Aku bilang jangan di sekolahan ku!"

"Ya tapi kenapa? Kan biar kita sama-sama,"

Sakura bangkit dan menatap gadis di hadapannya tajam, "Sama-sama? Kau tahu, aku malu punya kembaran seperti mu!"

Sakura melangkahkan kakinya meninggalkan gadis itu yang menatapnya sendu.

"Memangnya apa salahku, Sakura? Kenapa kau membenciku?" gumam nya lirih.

"Non? Non Sakira kenapa?" pertanyaan bernada lembut itu membuat Sakira menatap asisten rumah tangganya dengan tatapan sayu dan menggeleng.

"Tadi Bibi di cari Sakura, mungkin dia lapar," ucap Sakira.

"Yasudah Non. Bibi masak dulu ya,"

Sakira mengangguk dan berjalan keluar dapur. Gadis itu menaiki tangga dan membuka kamar Sakura pelan.

MIRROR OURSELVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang