Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda menolehkan kepalanya ketika mendengar suara langkah sepatu.
Wanita itu menoleh dan tersenyum.
"Sudah pulang nak?"
"Hm," gumam Matsuri cuek.
"Kapan tunangan nya?" tanyanya kemudian.
"Papah bilang 2 hari lagi sayang," jawab wanita itu lembut.
"Terus?"
"Semuanya sudah siap tinggal kalian pilih bajunya saja. Nanti coba hubungi Gaara terus ajak dia ya biar ukurannya pas,"
"Nice,"
Matsuri hendak membalikkan badannya namun ketika teringat akan sesuatu, ia kembali menoleh.
"Mah, nanti coba Mamah yang hubungi Gaara bilang suruh kesini,"
"Kenapa tidak kamu saja sayang?"
"Oh Mamah tidak mau?"
"Bukannya Mamah tidak mau, kan-"
"Terus?!" potong Matsuri kesal.
Wanita yang di panggil Mamah oleh Matsuri itu hanya tersenyum sendu.
"Hubungan mu dengan Gaara baik kan?" tanyanya lembut.
"Males Mamah banyak tanya," jawab Matsuri yang segera melenggang pergi.
"Matsuri makan dulu,"
"Mamah makan saja sendiri," bales Matsuri yang sudah berjalan menjauhi dapur.
_____________________
"Papah lagi apa nih?" tanya Sakira seraya mendudukkan dirinya di samping Kizashi yang tengah mengerjakan laporannya.
Laki-laki itu menoleh sebentar sebelum meletakkan laptop ke atas meja yang tadi ia pangku.
"Sudah selesai Pah?" tanya Sakira.
"Sudah," jawab Kizashi.
"Bagaimana sekolah nya tadi? Baik?"
Sakira mengangguk lucu.
"Baik,"
"Mamah kemana Pah?" tanya Sakira lagi.
"Eh entah tadi kemana? Coba cek di dapur mungkin atau di kamar," jawab Kizashi yang terlihat bingung.
Sakira pun terkekeh melihatnya dan hal tersebut membuat Kizashi ikut terkekeh.
"Besok Minggu ikut Papah ya?"
"Kemana Pah?"
"Anak rekan Papah mau tunangan dan Papah dapat undangan,"
"Oh ya?"
"Iya cantik,"
"Sakira mau ikut kalau begitu,"
Kizashi mengangguk, "Boleh, dia juga satu sekolahan denganmu. Kalau tidak salah dulu dia sering main ke sini,"
"Eh siapa Pah?"
"Aduh Papah lupa nak, coba tanya Sakura deh soalnya dulu mereka bestie tapi sekarang sudah jarang main ke sini,"
Bestie? Matsuri?
Sakira terdiam sejenak.
Sedangkan di kamar Sakura. Gadis itu sedang termenung di depan meja rias nya. Tangannya terangkat dan menyentuh kalung yang bertuliskan namanya, kalung yang sama dengan yang di pakai Sakira.
Marah? Jelas.
Kesal? Tentu.
Sakura merasa jika keadaan saat ini begitu asing baginya. Dengan gerakan pelan, Sakura hendak melepaskan kalung tersebut namun gerakannya terhenti ketika pintu kamarnya terbuka.