HIS 4

2.8K 346 55
                                    

They meet for the first time

"Jadilah milikku maka kau tak akan kubunuh!"

"s-sakit hiks" yerim mengaduh lengannya yang tergores benda tajam.

"Katakan kau mau jadi milikku!"

"I-iya a-aku mau." Jawab yerim pada akhirnya.

Setelah itu, yerim kehilangan kesadarannya. Rasa pening di kepalanya begitu menyakitkan. Mungkin dikarenakan darah yang terus mengalir dari lengan atasnya yang tergores oleh sebuah belati kecil dengan begitu dalam. Saking tajamnya belati tersebut sampai menancap dengan sempurna di pintu kayu yang kokoh di belakang tubuh yerim.

Kekehan dari seorang anak lelaki mengiringi tubuh yerim yang digendongnya menuju ranjang. Yerim dibaringkan di atas sebuah ranjang cukup besar dengan bed cover bergambar tokoh fiksi iron man.

Tangan kecilnya menarik selimut untuk menutupi setengah tubuh yerim. Lalu dia ikut naik ke atas ranjang di sebelah tubuh yerim. Lengan yerim yang terluka dia angkat, dijilatinya darah yang keluar dari luka tersebut. Setelah itu di membubuhkan plester di sana.

Lelaki kecil itu mengangkat kepalanya, satu tangannya ia gunakan untuk menopang kepala. Mencari posisi nyaman agar bisa mengamati lekuk wajah yerim, seseorang yang telah menumbuhkan perasaan asing dalam dirinya.

Tangannya yang satu terangkat menjamah setiap lekuk wajah yerim. Mulai dari kening, turun ke kedua mata yerim yang terpejam, lalu hidung, mengusap-usap pipi yerim yang terasa begitu lembut dan kenyal di tangannya.

Pandangan matanya beralih pada bagian wajah yang menjadi favoritnya, bibir merah muda yerim. Dia tak tahan tidak menyentuh bagian kenyal tersebut, diusapnya bibir yerim dengan gerakan memutar. Ini bahkan terasa lembut sekali di tangannya.

Cukup lama ia memandangi wajah yerim. Meneliti setiap inchi tanpa ada yang terlewat. Di dalam kamarnya yang gelap dan hanya sedikit cahaya masuk melalui jendela yang tertutup korden, dia bisa melihat pantulan cahaya temaram yang menyentuh wajah yerim. Membuat wajah kecil itu lebih indah dan cantik.

Lima jam berlalu, dia masih betah dengan posisinya memandangi wajah yerim. Bahkan yerim sudah menggeliat di dalam tidurnya ingin mengubah posisi tidur agar lebih nyaman, tapi ditahan oleh lengan kecil lelaki itu.

Brak Brak Brak

"Jungkook, keluar kau!"

Seseorang mengetuk pintu kamar jungkook dari luar menggunakan kepalan tangan.

"Ish, mengganggu saja." desisnya sedikit terganggu. "Cantik, ku tinggal dulu ya."

Tangannya kembali mengusap-usap pipi gembul yerim yang begitu lembut, lalu menekan-nekan dengan gemas. "Jungkook ku titipkan wanitaku padamu."

Brak Brak Brak

"Jungkook." Ketukan keras itu terdengar kembali. Bersamaan dengan seseorang di luar memanggil nama jungkook.

"Iya iya dad, aku dengar!"

Tangan jungkook meraih kenop pintu kamarnya. Sosok ayahnya yang berdiri di depan pintu adalah yang pertama dilihatnya.

"Kau merusak pot bunga kesayangan mommymu heh?!"

Jungkook tak menjawab dia hanya memasang wajah acuh sambil mengorek kupingnya dengan jari kelingking. Jungkook lupa pot bunga mana yang tak sengaja dia rusak. Ah, mungkin pot bunga yang pagi tadi dia gunakan untuk memukul kepala seorang anak laki-laki yang menyentuh yerim.

"Berani kau membuat mommymu sedih, kupatahkan lehermu!"

"Turunkan aku dad!" Jungkook meronta, baju bagian belakangnya diangkat hingga dia melayang. Kedua kaki dan tangan jungkook menendang-nendang.

HIS [JUNGRI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang