Bagian Tanpa Judul 21

2.3K 264 45
                                    

.

.

.

.

1 September 2009





"Selamat ulang tahun yang ke-12, Justin."

"Selamat ulang tahun yang ke-12, Jungkook."

"Tiup lilinnya, Justin. Lalu buat permohonan."

"Kau saja yang tiup."

"Yasudah kita tiup bersama lalu membuat permohonan sambil tutup mata."

"Baiklah."

fhuuuh

Gelap.

Saat Justin membuka matanya, Jungkook sudah menyalakan lilin di depan mereka. Wajah mereka menjadi kemerahan akibat bayangan cahaya lilin yang menjadi satu-satunya penerang kamar mereka.

"Kalau boleh tau apa permohonanmu, Jungkook?" Jungkook menaikkan pandangannya ke arah Justin.

"Aku ingin kau selalu jadi kakakku," Jungkook mengalihkan pandangannya.

Justin tertawa, "Sayangnya kau adik yang merepotkan, Jungkook."

Jungkook tertawa kecil. "Tapi aku serius Justin, aku ingin kau terus menjagaku hingga nanti kita dewasa."

"Kau berkata seolah kita tidak selalu bersama."

"Tidak, hanya saja kau satu-satunya yang bisa mengerti aku. Tapi kau kan memang mau meninggalkanku."

"Maaf."

"Tak apa, kau ke Amerika juga untuk cita-citamu, semoga kau berhasil."

"Hidup yang baik di sini, kau jangan merepotkan mommy. Oh ya, kau bisa mengunjungi ku kapan saja nanti."

"Aku sedih."

Justin tertawa, "Bocah nakal ini bisa melow juga ya."

"Jangan mengejekku, Justin!"

Justin kembali tertawa.

Jungkook hanya merotasikan matanya. "Sekarang giliranmu. Apa permohonanmu tadi?"

Justin terdiam, ia menarik napas kemudian berujar, "Aku tidak membuat permohonan," jawabnya.

Jungkook mengernyit heran, "Kenapa begitu?"

"Tapi aku mengucapkan janji .. " Justin menjeda kalimatnya, "aku akan selalu bersamamu di manapun nantinya kita berada."

.

.

.

.

"Mommy, aku berangkat."

"Ne. Mana Jungkook?"

"Dia sudah berangkat duluan dengan sepedanya. Aku akan berjalan kaki saja."

"Begitu ya, apa kalian sedang bertengkar?"

"Tidak, mom. Em, Justin berangkat dulu, daaa mom."

"Ne, hati-hati sayang."

"Nde."

"Tunggu."

Justin menghentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang.

Justin terdiam saat Wendy memeluknya tiba-tiba. Mengusap-usap punggungnya lalu mengecupi pundak Justin. Setelah itu, Wendy mengurai pelukannya.

"Mom rasanya sangat merindukanmu."

"Ya ini memang hari terakhirku sekolah, sebelum lusa aku akan pindah. Tapi mom sepertinya sedih sekali, aku jadi tidak tega untuk pergi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIS [JUNGRI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang