Di lorong rumah sakit, Yerim dan Jihan berjalan beriringan menuju pintu keluar. Lengan Yerim diamit oleh Jihan. Saling menopang satu sama lain.
Pasien mana yang tidak senang jika sudah dinyatakan sembuh dan boleh pulang oleh pihak rumah sakit. Hal yang sama dirasakan juga oleh Yerim. Betisnya yang sempat terluka cukup dalam hingga butuh beberapa jahitan, kini sudah bisa digunakan untuk berjalan normal. Namun kebahagiaan itu sepertinya tidak dirasakan oleh Jihan.
Jihan terus menekuk wajahnya. Yerim tau itu.
"Jihan, setelah ini apa kau akan kembali ke desamu?" tanya Yerim menoleh Jihan.
Jihan menatap Yerim sendu, "aku tidak tau, apalagi orang tuaku sudah tidak ada. Kakakku pergi meninggalkanku di hari dimana aku dibawa oleh Kim Seongnam," ia menghela napas.
"Itu artinya kau akan tinggal sendirian?"
"Hm, bisa dibilang seperti itu," jawabnya tanpa semangat. "Saat ini saja aku tidak tau harus kemana. Aku seperti tidak punya tempat untuk pulang," lanjutnya.
Yerim menghela napas, ingin rasanya ia mengajak Jihan ke Seoul. Tapi apa yang bisa dia lakukan, sementara kalau dipikir ia sendiri juga sebatang kara jika tidak ada Jungkook dan keluarga Jeon.
"Tidak apa, Yerim. Jangan terlalu memikirkan tentangku. Aku masih bisa kembali ke rumah peninggalan orang tuaku dan memulai hidup baru di desaku," Jihan tersenyum.
"Yerim, Jihan .. " panggil Sungjin dari dalam mobilnya. "Masuklah," ajaknya.
Keduanya pun menuju mobil Sungjin yang sudah berada di depan lobi rumah sakit.
"Aku akan mengantar kalian berdua," ucapnya.
"Gomawo, Sungjin-ssi," ucap Jihan, ia masuk di kursi belakang. Sementara Yerim masuk di kursi penumpang depan, di sebelah Sungjin.
Yerim terkejut saat wajah Sungjin berada di dekatnya. Yerim terpatung.
"Lain kali bilang, Yerim, kalau butuh bantuan," Sungjin kembali menegakkan tubuhnya setelah membantu Yerim memakai seatbelt.
Yerim berdehem, "Uh? Ya, terima kasih, sungjin-ssi," Yerim memperbaiki posisi duduknya.
Kemudian Mobil Sungjin bergerak meninggalkan halaman rumah sakit.
Tidak berselang lama, mobil Jaehyun memasuki halaman rumah sakit Royal Gyeongju.
Justin membanting pintu mobil Jaehyun. Lalu melangkah dengan lebar menuju lobi rumah sakit itu.
"Cari, apa ada nama Kim Yerim di catatanmu!" Sentak Justin pada resepsionis wanita. Resepsionis itu sampai bergetar membuka laporan pasien rumah sakit di komputernya.
Jaehyun dan Yugyeom menyusul Justin di lobi. Sejak tengah malam tadi. Mereka berkeliling di Gyeongju tanpa henti. Mengecek setiap sudut Gyeongju, tanpa ada seinchi pun yang tertinggal.
"Haaah! Aku lelah sekali," keluh Yugyeom dengan wajah kusut. "Justin seperti tidak punya urat lelah, huh? Dia bahkan tidak mengijinkan kita istirahat," tambahnya.
Yugyeom menoleh Jaehyun, "Kau juga sama saja dengannya, eoh?!" cebik Yugyeom pada Jaehyun yang hanya dibalas helaan napas olehnya.
"Ada Tuan, namanya Kim Yerim usia 19 tahun. Dia datang kemari bersama pasien lain bernama Jih-"
Brak!
"Jangan bertele-tele! Dimana dia sekarang!" Bentak Justin tidak sabaran.
Resepsionis wanita itu menatap horor pada meja yang baru saja digebrak oleh tangan Justin. Ada sedikit retakan di sana.