Yerim sedang membaca buku-buku yang dipinjamnya dari perpustakaan kemarin lusa. Buku yang direkomendasikan oleh suhyun rasanya menohok yerim. Buku itu bercerita tentang kisah cinta seorang lelaki psikopat dan mate nya. Ngomong-ngomong seperti pernah dengar dengan kisah percintaan ini.
Kebetulan hari ini yerim juga tidak ada jadwal kuliah. Harinya dia sibukkan dengan membaca buku.
Yerim menyesap coklat hangat yang menjadi temannya membaca. Sesekali yerim membetulkan posisi kacamatanya. Sayangnya yerim memiliki minus jadi saat membaca di atas meja, yerim menunduk mendekatkan wajahnya ke buku, kebiasaannya inilah yang membuatnya tidak sadar jika jungkook sudah berdiri bersandar di tembok sambil melipat tangannya di dada. Mengamati yerim dalam diam.
Yerim menyadari ada aroma parfum seseorang yang sangat dikenalnya. Tentu saja dengan campuran aroma maskulin yang menguar pada diri sosok itu. Yerim tau dia adalah,
"Jungkook?" Yerim mendongak buru-buru menutup buku bacaannya, lalu menutupi dengan tangan.
Jungkook berdiri dengan setelah jas kerja yang masih lengkap.
"Kau sudah pulang?" tanya yerim bingung.
"Tidak biasanya, ya?" Jungkook tersenyum.
"Em, Ya sepertinya," jawab Yerim ragu.
Jungkook yang biasanya gila kerja sekarang sudah pulang lebih cepat. Bolehkah ini disebut sesuatu yang langka.
Jungkook berjalan mendekati yerim. Kemudian duduk di atas meja tempat yerim membaca. "Aku hanya ingin pulang cepat. Aku berpikir lebih menyenangkan tinggal di rumah lebih lama. Terlalu lama berkutat dengan tumpukan kertas membuatku sedikit bosan juga," ungkapnya.
"Apa ada yang kamu butuhkan saat ini, yerim?" tanya jungkook tiba-tiba.
"Sepertinya aku .. butuh kacamata baru, yang ini sudah sedikit tidak nyaman." Yerim melepas kacamata yang dipakainya, membersihkan lensanya menggunakan kain pembersih yang ada di kotak kacamata.
Jungkook bangkit, mengulurkan tangannya ke yerim, "Ayo, kita keluar."
Yerim masih tertegun,
Jungkook menggerakkan tangannya yang menengadah, memberi isyarat agar yerim mengulurkan tangan padanya. "aku antarkan kamu beli kacamata. Kita nanti akan makan di luar."
Yerim berdiri, membenarkan bajunya. Kemudian mengulurkan tangannya untuk digenggam oleh jungkook.
■■■
Jungkook mengeratkan lengannya yang memeluk pundak yerim. Seolah memberitahu kepada para penghuni malam, bahwa wanita ini adalah miliknya. Tidak bisa dipungkiri bahwa pelukan Jungkook membuat Yerim merasa terlindungi. Bukan karena sebuah ketergantungan untuk meminta dilindungi tetapi itu adalah ungkapan rasa aman.
Mereka berjalan di trotoar diantara pertokoan dan cafe dengan lampu gemerlap yang menambah kesan indah jalanan kota di malam hari. Ratusan orang berlalu lalang di sekitar. Jungkook dan Yerim menyebrang jalan menuju sisi trotoar yang lain. Dari sisi ini mereka bisa melihat pemandangan indah anak sungai han, yaitu sungai Cheonggyecheon.
Malam hari adalah waktu yang tepat untuk menikmati keindahan sungai ini. Terdapat air terjun yang tidak tinggi tetapi menampilkan lampu-lampu yang menghiasi aliran air terjun tersebut menyuguhkan pemandangan indah dan romantis, terlebih bagi para kaum muda yang datang bersama pasangan mereka.
Mereka berdua berhenti untuk menikmati keindahan gemerlap lampu. Yerim menautkan jemari tangannya pada pagar pembatas, sementara satu tangan lain memegang paper bag. Di bawah sana, tepatnya di pinggiran sungai banyak orang juga menghabiskan malam untuk menikmati keindahan sungai secara lebih dekat.
