Review kalian tepat banget yorobun^^, malah hampir sampai akar-akarnya.
•
•
•
•
Green Apple Apartement, Gangnam.
09.47 P.M.
"Jason, ambilkan whiskey untukku!" teriak Kang Ara dari ruang tengah apartemen.
"Kau sudah minum dua botol, Ara. Itu melebihi batas tolelirmu, kau akan muntah jika minum lagi!" teriak Jason Lee dari arah meja bar.
"Aku tidak selemah itu, Jason! Cepat ambilkan!" Jawab Ara.
Jason pun datang dengan membawa sebotol whiskey yang Ara minta.
"Ini untuk tuan puteri yang bebal!" Jason meletakkan sebotol whiskey sedikit kasar di atas meja kaca hingga membuat suara dentingan.
Ara yang duduk di atas karpet, mendongak dan tersenyum ke arah Jason, "Gomawo, pabo!"
Jason berdecak dan berkacak pinggang, "Sebegitu rindukah kau dengan Justin Jeon, huh?"
"Tentu saja, tujuanku kembali ke Korea untuk bertemu dengannya," Ara terkekeh lalu meneguk whiskey langsung dari botolnya.
"Kau sudah gila Ara! Berikan botol itu, kau sudah mulai berhalusinasi!" Jason menarik botol whiskey dari genggaman Ara. Membuat cairan di dalam botol itu bergoyang namun tidak sampai tumpah.
"Nggak mau! Aku tidak gila Jason, kau yang gila! Aku sadar seratus persen, jangan meremehkanku!" sungut Ara.
"Lalu apa maksudmu ingin bertemu dengan Justin Jeon, huh?" tukas Jason, kini Jason sudah mendudukkan diri di samping Ara.
"Aku menemukannya Jason! Aku melihat dia!" ucap Ara menggebu menggoyang-goyangkan bahu Jason dengan mata berbinar, lalu ia terkekeh.
"Apa maksudmu?" tanya Jason tidak percaya.
"Aku melihatnya memimpin rapat besar tender proyek perusahaan milik Keluarga Jeon, dimana aku kebetulan ikut di dalam rapat itu. Aku yakin dia adalah Justinku," Ara meneguk kembali botol itu.
"Kau tidak sedang berhalusinasi kan?" tanya Jason memastikan.
"Kau pikir aku sebodoh itu untuk tidak mengenali cinta pertamaku!" sungut Ara menatap tajam Jason.
"Lalu kenapa kau tidak langsung menemuinya?" tanya Jason.
"Tentu saja aku ingin seperti itu, calm down, semua ada alurnya, Jason. Aku akan menemuinya di saat yang tepat," Ara menarik satu sudut bibirnya menatap lurus ke depan. "Terlebih saat ini dia sudah berubah.. " Ara menjeda kalimatnya.
"Berubah? maksudmu?"
Ara menatap Jason sambil tersenyum, "Dia berubah menjadi sosok pria panas dan liar, semakin membuatku tertantang untuk mendapatkannya," Ara mengakhiri kalimatnya dengan senyuman miring. Setelah itu Ara kembali menatap ke depan.
Jason berdecak, "Sudah berapa tahun kau masih tidak bisa melupakannya?" tanyanya.
"Eum, lima belas tahun?" Ara berucap tidak yakin malah terkesan asal karena ia sudah dalam keadaan tipsy.
"Itulah sebabnya kau tidak pernah melihat keberadaanku, bahkan sejak kita duduk di bangku sekolah dasar. Hanya Justin, Justin, Justin yang ada di otakmu," Jason merebut botol whiskey yang dipenggang Ara lalu menegaknya.
"Aku hanya menyukai dirinya," Ara menatap lurus ke depan.
"Apa yang kau suka dari Justin itu sampai kau cinta mati padanya, huh? Membuatku sebal saja!"