Zora mendadak merasa takut-takut untuk masuk, ia hanya memandangi pintu besar putih yang bertuliskan Adara Austin Narendra dan yang dijaga oleh dua bodyguard bertubuh besar. Padahal ada yang sedang sangat membutuhkannya di dalam ruangan itu."Siang Non Zora" Sapa dua bodyguard itu.
"Siang juga pak" Balas Zora ramah.
Meskipun terhalang pintu besar putih, Zora masih bisa mendengar suara seorang gadis yang meneriaki namanya. Dan seketika Air mata Zora menetes. Dengan cepat ia menyerkanya dan segera masuk kedalam ruangan sahabatnya itu.
"ZORAA"
"AKU BUTUH ZORA"
"ZORA MANA???"
"DEVEN KAMU GAK MAU SIH DENGER KATAKU"
"ZORAA"
"DEV..."
"Dar tenang, ini aku" ucap Zora yang sedang memeluk sahabat nya itu.
"Zora?! Hahahaha, Zora...hiks hiks" Dara berucap di selingi tertawa kemudian di lanjutkan dengan tangisan.
"Udah yah, tenang, ini aku, Zora" Zora menenangkan sahabatnya itu.
"Kak Maya, sejak kapan Dara mulai memberontak lagi?" Tanya Zora kepada perawat yang paling dekat dengannya, Maya.
"Sebenarnya sejak tadi pagi Ra, makanya kita gak ngabarin kamu karena tadi pagi masih bisa kita Handle Daranya. Tapi pas siang tadi dia mulai memberontak lebih kuat lagi, jadi kakak langsung hubungi kamu, untungnya kamu udah pulang sekolah" Jelas Maya, Yang dia angguki 2 perawat lainnya.
"Tadi pagi juga abang kamu dateng pas Daranya udah kita bius"
"Cowok itu, temen Deven, siapa? Temen Deven " Gumam Dara yang masih didalam pelukan Zora.
'Hah? Cowok?' Batin Zora bingung.
"Kak May, ada orang yang dateng kesini gak? Selain Zora, Bunda, Ayah sama Bang Farid?"
"Orang?, Ah iya ada Ra, 7 orang cowok, mereka pakai hoodie terus ditutupin mukanya pake masker, tapi seminggu yang lalu sih mereka datengnya, terus izinnya katanya mau jenguk Dara, awalnya kakak nolak buat dia masuk, takutnya dia ngelakuin hal yang gak-gak ke Dara, tapi dia maksa banget, yaudah deh kakak terpaksa bolehin 1 orang aja yang boleh masuk, terus kakak sama bodyguard nya Adara ngejagain di belakang, dia cuman liat Dara sebentar terus pergi gitu aja tanpa ucapin sepatah kata pun" Jelas Maya.
"ARGHHH, DEVEN......ZORA!" teriak Dara.
"Permisi Ra" Suster Maya pun langsung membius Dara yang kembali memberontak di atas brankarnya, seketika Dara pun terkaku dan perlahan-lahan menutup matanya.
"kamu gak pulang Ra? Udah malam loh, lagi pula Dara udah kita suntik kok"
"Emm, yaudah deh, Zora pulang dulu yah Kak May. Kalau Dara butuh Zora lagi langsung kabarin aja"
Zora pun keluar dari ruangan sahabatnya dan menuju pintu keluar RSJ Pratiwi.
"kabarin Bang Farid dulu deh, minta jemput" Ucap Zora pada dirinya sendiri, Ia pun segera mengambil ponsel miliknya di saku seragamnya. Dan saat ingin membuka lockscreen nya tiba-tiba ponselnya pun mati, lowbet.
"Ahhh lowbet kann, jadi gimana ini pulangnya? Mana taksi gak ada yang nongol lagi" Gerutu Zora. "Jalan aja dulu deh siapa tau dapet taksi di jalan".
Zora pun berjalan di trotoar yang sepi dan hanya di terangi oleh lampu jalan. Tiba-tiba ia di kejutkan dengan suara klakson motor dari belakang.
'Mmmpp... Itu siapa? Yaallah, Semoga bukan penjahat, hamba takut yaallah' Batin Zora yang tidak berani menengok kebelakang. Iapun segera lebih mempercepat langkahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ERIKARA
Teen FictionTeka-teki, rahasia, dan hal membingungkan. Semua itu berada di bawah pengawasan anak-anak Reforce. Berencana menjalani hari yang damai dan bersekolah dengan normal tetapi malah di jadikan bahan incaran musuh ketua geng. Bagaimana rasanya? tanyakan p...