ERIKARA || SMA CAHAYA

380 52 10
                                    

Happy reading mi amor♡

♡♡♡

"Udah siap belum?" tanya Erik kepada anggota Reforce. Mereka mengangguk serentak.

"Rik! Baliho—nya udah gak ada warnanya, mau di perbaiki gak?" tanya salah satu anggota. Erik mengangguk mengiyakan sontak mereka pun segera menuju gudang dan mengambil cat-cat sisa yang ada.

Erik berjalan keluar dari warkang menuju mereka yang sedang membaringkan bendera khas Reforce itu di atas kursi bambu. Dilihatnya bendera dari generasi ke generasi itu dengan tatapan teduh.

Warna dari bendera sebagian sudah tak berwarna. Benda inilah saksi bisu kesolidaritasan anggota Reforce kepada masyarakat dan kawan-kawan.

Hari-H tiba, saat ini Erik bersama anggota Reforce yang lainnya sedang mempersiapkan  baliho untuk dipasang didepan gerbang SMA Cahaya nanti.

Sekarang sudah pukul 3:35 sore, usai shalat ashar mereka segera mempersiapkan bendera serta baliho Reforce yang sedikit usang mengubahnya menjadi lebih sempurna.

Sedikit menoleskan warna kedalam banner yang hitam pekat di campur dengan gambar singa warna putih dan di bawahnya tertera nama geng mereka 'Reforce' dengan gambar api kecil di sampingnya.

"Lo nanti pulang jam berapa?" tanya Erik kepada Aldy sambil memberi sedikit warna di baliho tersebut.

Saat ini mereka sedang duduk lesehan di atas terpal dengan posisi melingkar. Beberapa anggota juga ikut menambah cat ke baliho tersebut dan beberapa juga sedang mengerjakan hal lain.

Aldy berdiri sambil membersihkan bagian belakang celananya yang sedikit kotor, kemudian menjawab pertanyaan yang di lontarkan Erik tadi, "Jam setengah 12, nyokap bokap gue gak ada di rumah jadi gue bisa leluasa keluar rumah malam ini."

"Pas pulang nginep di rumah Erik ajalah," saran Zidan. Aji yang sedang mengikat tali banner mengangguk mengiyakan, lalu berujar, "Ayo pas pulang nginep di rumah Erik, boleh kan Rik?" tanyanya.

Erik mengangguk sembari terkekeh kecil. "Mana pernah gue tolak."

Aldy menoleh, "Bokap lo gak di rumah?" tanyanya memastikan keadaan. Takutnya mereka akan membuat keributan yang membuat Papah Erik tidak nyaman. Secara kan mereka itu kalau sudah ngumpul gak ada kata kalem yang ada malah bar-bar.

Erik mengedikkan bahunya, "Mana gue tau. Dia di rumah juga gak gue anggap ada," jawabnya.

Aldy meringis pelan. Cowok ini kalau berbicara tak pandang bulu asal jleb. "Yaudah deh, gue mau jemput Gaby dulu di sekolah," ujarnya.

"Di sekolah banyak orang gak?" tanya Oman. Zidan menjawab, "Banget, rame juga guru-guru lagi pada ngumpul persiapin kebutuhan lomba."

"Gue ikut Dy, mau ngajak Zora berangkat bareng," ujar Erik.

"Ciee, pasti takut yah nanti calonnya di ganggu!!" goda Aji.

"Kasian banget lo dikacangin," kata Zidan mengompori.

Tak menanggapi godaan Aji. Cowok itu memilih membersihkan kaosnya dan segera menaiki sang hitam. "Gue nitip helm bentar di sini, abis itu gue balik kita jalannya bareng," perintah cowok itu yang tak terbantahkan. Aldy pun sama cowok itu juga tidak memakai helm, lagi pula sekolah berada di samping warkang.

"Siap!" jawab mereka lalu melanjutkan mengecet bendera dan baliho.

"Dy, Gaby pake gaun ego, masa lo ajak naik ninja sih?!" ujar Zidan tak habis pikir.

Aldy menepuk dahinya cukup keras. "Anjir iya yah, lupa gue. Eh Rik lo deluan aja deh gue mau pulang ke rumah mau ganti si johny," ujarnya. Untung rumah cowok itu dekat sekolah. Johny, nama motor hijau cowok itu.

ERIKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang