"Mau kemana kamu?. Jangan lupa nanti malam kita harus pergi dinner sama Agnes" Ujar Adriyan, papah Erik. Wanita itu lagi, Erik benci mendengar nama wanita yang berhasil membuat papahnya cepat sekali berpaling dari almarhumah mamahnya"Papah cepet banget move on dari mamah. Apa sekretaris papah itu udah lama sama papah bahkan saat mamah masih hidup?!"
"Kamu ngomong apa hah?! Jaga bicara kamu Erik Rhicolas Dartagnan!" Bentak Adriyan. "Gak usah kamu bawa-bawa mendiang almarhum mamah kamu! Gak sopan kamu!" sambungnya.
"Erik benci sama papah!"
Erik terus berjalan keluar rumah tanpa menoleh kebelakang saat papahnya terus memanggil-manggil namanya. Bagi orang rumah adalah istana, tetapi bagi Erik semenjak sang mamah sudah tiada rumah adalah neraka. Rumahnya sekarang adalah warkang keluarganya sekarang adalah Reforce.
Di rumah besar ini kasih sayang ia dapatkan hanya dari ART dan suami ART rumahnya. Ia belum mau tinggal bersama kakek dan neneknya. Bi dan Pak broto sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Mereka berdua bahkan tidak segan-segan untuk memberikan kehangatan sebuah keluarga terhadap Erik.
Erik mengendarai motornya di atas rata-rata. Panas matahari seperti ini di tambah dengan pertengkaran anak dan ayah tadi seketika membuat moodnya sangat buruk. Satu-satunya tempat ia meng-ademkan dirinya adalah warkang.
"RIK SINI!" Panggil Aldy sambil melambaikan tangannya kearah Erik. Yang di panggil pun menurut dan berjalan kearah pohon besar di halaman warkang yang terdapat sebuah gazebo bambu.
"Yang lain mana Dy?" Tanyanya saat ia tidak melihat 4 orang sahabatnya. Yang duduk disini hanyalah Phasa, Aldy dan Erik. Siang hari seperti ini pun bahkan tetap ramai di warkang. Bahkan caffe yang didekat warkang pun ramai pengunjung. Caffe yang didirikan oleh anggota Reforce sendiri. Kang Bobon sangat kagum terhadap anak SMA yang satu ini. Mereka sudah menghasilkan uang sendiri untuk mendirikam sebuah caffe dekat sekolah dan tentu ramai pengunjung. Caffe itu bahkan di bangun dekat sekali dengan warkang.
Kalau kalian berfikir bahwa uang yang di pakai mereka adalah uang hasil memajak kalian salah. Uang tersebut adalah sisa uang jajan yang sengaja mereka kumpulkan bersama-sama sehingga berdirilah caffe modern itu. Bahkan sampai detik ini pun acara menabung itu tidak pernah terhenti. Jika salah satu anggota Reforce sedang mengalami kesusahan ekonomi, uang tersebut sangat bisa membantu mereka. Caffe yang di beri nama Reforce Caffe's itu lebih di dominasi oleh anak-anak SMA.
"Gue juga gak tau. Kata kang bobon mereka tadi pada pergi sama Ezra pula. Bisa-bisanya Ezra mau ngikut-ngikut manusia bobrok yang onoh"
"Sa, keuangan caffe stabil kan?" Tanya Erik kepada Phasa yang menjabat sebagai bendahara.
"Aman kok"
"Kang nutrisarinya satu!" Seru Erik yang diacungi jempol oleh Kang bobon.
"JANGAN DEKET-DEKET ZIDAN ANJIR!! DIA BAU GOT!! AWAS!!!" Ujar Oman. Seketika Erik, Aldy dan Phasa pun menoleh kearah mereka yang sedang berlari-larian menuju warkang sambil sesekali berteriak menyebut nama Zidan.
"Iww Zidan jorok anjing!!" Seru Aji sambil memegangi hidungnya.
"Jangan deket gue Dan!" Itu suara Ezra yang kelihatan berlari menjauh dari Zidan.
"BANGKE BENER PUNYA SAHABAT KAYAK LO SEMUA ANJIR!!! BUKANNYA DI BANTU MALAH DI JIJIKIN GUENYA!". Terlihat di paling belakang ada Zidan yang sudah berlumuran air got yang hitam dan bau yang menyengat. Tawa anak-anak Recorce seketika pecah saat itu juga. Aldy tertawa terbahak-bahak bahkan kedua bahu lebar cowok itu berguncang hebat.
"Lo pada abis ngapain?" Tanya Phasa yang ikutan ngakak akibat melihat tingkah Zidan yang lebih bobrok dari pada Aji.
"SI ANYING?! BUAHAHAHAHAHAHAH ADA IKAN LELE NYASAR ANJIR!!". Bener-bener yah sih Aldy dia malah ketawa terbahak-bahak melihat tampang Zidan yang di penuhi lumpur got yang hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERIKARA
Fiksi RemajaTeka-teki, rahasia, dan hal membingungkan. Semua itu berada di bawah pengawasan anak-anak Reforce. Berencana menjalani hari yang damai dan bersekolah dengan normal tetapi malah di jadikan bahan incaran musuh ketua geng. Bagaimana rasanya? tanyakan p...