Chapter 28

827 82 8
                                    

Pria itu mengangkat sebelah alisnya. Menatap gadis yang lebih pendek darinya itu dengan lekat.

"Kau bercanda? Aku tidak bodoh untuk menjadikan sebuah ancaman bagiku sebagai tempat tujuanku," loey menyunggingkan senyum asimetris. Tatapan yang terkesan meremehkan itu membuat chaeyoung rasanya ingin berteriak sekeras mungkin untuk mengatakan kalau dia bukanlah sebuah ancaman. Seketika chaeyoung berharap jika loey adalah sebuah robot yang tidak memiliki emosi dan perasaan. Andaikan itu benar-benar nyata, maka chaeyoung tak akan sepusing ini. Sudah sejak dulu dia akan mengatakan semua rencananya tanpa takut bisa melukai perasaan pria itu. Ahh tapi itu tidak mungkin. Nyatanya ia memang harus sepusing ini, nyatanya ia memang harus berusaha.

"Kau menganggapku sebuah ancaman tanpa mau mendengarkan penjelasanku," chaeyoung memasang wajah datar.

"Aku tidak butuh penjelasan."

"Kau memang selalu begitu. Sok tidak membutuhkan apapun, padahal sebenarnya kau membutuhkannya."

"Sok tahu sekali."

"Aku memang tahu, tuan."

"Terserah."

Loey melangkahkan kakinya memasuki rumah. Meninggalkan chaeyoung dengan segenap rasa jengkelnya.

"Dasar pria dingin. Meninggalkanku disini dan masuk ke rumah begitu sa-- tunggu ... " Gumamannya terhenti kala ia menyadari sesuatu.

"Loey masuk ke rumah? Itu artinya dia tidak akan berkeliaran di luar?"  Gadis itu sontak langsung berlari menyusul loey sambil berkali-kali memanggil nama pria itu namun tak di indahkan sama sekali.

Pria dingin dan keras kepala!

Chaeyoung berdecak pelan melihat loey yang dengan santainya masih berjalan tanpa menengoknya sama sekali. Dengan rasa kesal gadis itu mempercepat langkah dan langsung menarik tangan loey hingga membuat pria itu memekik kesakitan. Tentu saja sakit, chaeyoung salah sasaran. Tangan yang di tarik justru tangan loey yang di perban. Bagus, rasa sakitnya akan semakin bertambah sepertinya.

"Ups! Aku minta maaf. Aku benar-benar tidak sengaja, aku lupa tanganmu di perban. Aduh bagaimana ini? Apa sakit sekali? Apa aku menariknya dengan keras? Ah kurasa tidak. Tapi pasti menyakitka--"

"Diam!"

Chaeyoung terdiam. Melihat wajah loey yang sudah sangat kesal membuatnya tak mempunyai keberanian lagi untuk bersuara.  Oh tidak, dia sepertinya kesal sekali. Apa dia akan keluar dari sini lagi?

"Jangan banyak bicara! Dasar perempuan, selalu saja cerewet."

"Maaf ... " Chaeyoung menundukkan kepalanya, takut jika loey marah dan melakukan sesuatu padanya. Memukulnya misalnya. Bisa saja kan? Pria itu sekarang adalah loey, bukan chanyeol.

Leoy berdecak sebal, "jangan ganggu aku. Aku mau tidur!"  Pria itu berlenggang pergi dan langsung memasuki kamar. Menutup pintu dan langsung menguncinya, sangat ketara jika ia tidak ingin chaeyoung masuk kesana dan mengganggu waktu tidurnya. Chaeyoung mendengus pelan. Mencoba untuk tetap sabar menghadapi loey yang penuh tempramental itu. Tapi setidaknya ia bisa bernapas lega karena loey tidak akan keluar dan berbuat ulah malam ini. Hhhh rasanya chaeyoung ingin mengubah loey menjadi anak rumahan, itu akan lebih menenangkan. Tapi itu mungkin akan cukup sulit. Baik, lupakan itu. Loey tidur di rumah saja sudah lebih dari cukup untuk chaeyoung.

•••

Suasana sepi itu menyelimuti rumah duka milik jeon jungwoo. Benar-benar sepi, semua orang yang berkunjung sudah pergi. Hanya teman-teman terdekat ayahnya yang datang. Itupun tidak semua. Tapi jungkook rasa lebih baik seperti ini, sepi tak ada satupun orang selain dirinya dan jasad ayahnya yang ada di dalam peti mati. Ah jungkook benci memakai baju ini lagi. Setelan formal serba hitam dengan pita putih yang melingkar di lengannya. Sudah kedua kalinya ia memakai busana berduka itu, yang artinya ia sudah kehilangan dua orang yang sangat berharga baginya. Kedua orangtuanya. Ia tak memiliki siapapun lagi, sedih sekali hingga rasanya ia ingin mentertawakan dirinya sendiri.

TWO PERSONS (ChanRosè)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang