Chapter03

1.5K 129 1
                                    

Dikediaman keluarga park, suasana sangat sepi dan sunyi tak ada siapapun disini kecuali chaeyoung. Perasaan gadis itu sangat sedih kecewa dan kesal. Disaat dia baru saja pulang setelah bertahun-tahun inikah sambutan untuknya? Suasana rumah yang sangat sepi.
Rumah sebesar istana namun seperti tak berpenghuni, walaupun rumahnya begitu bersih dan terawat.

Ibunya hanya mengirimkan pesan singkat berisi ucapan selamat datang dan rasa bangganya kepada anaknya. Chaeyoung benci ini, jika bisa ia sangat ingin menghancurkan perusahaan yang selalu diutamakan ibunya itu. Dia benci mempunyai orang tua workaholic dia merasa sangat kesepian. Berlari ke amerika selama bertahun-tahunpun tak dapat membuat ibunya sedikit sadar jika dia membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

-Brugh!

Chaeyoung membanting tubuhnya keranjang king sizenya berguling-guling tak jelas dan sesekali kakinya menendang udara. Dia snagat bosan, muak dan jenuh.

Gadis itu mulai meraih ponselnya untuk sekedar memberi kabar taehyung jika dia sudah sampai dirumah, jika dia tidak memberi kabar pada pria itu chaeyoung yakin pria tampan itu akan mengonelinya habis-habisan.

"Ck sial! Sejak kapan ponselku mati?!" Chaeyoung melempar ponselmya kesembarang arah dan tanpa pikir panjang dia meraih hoodie serta kunci mobilnya, dia memutuskan untuk pergi mencari makanan. Setidaknya ini lebih baik daripada berdiam diri dirumah besar tak berpenghuni yang sialnya adalah rumahnya sendiri.

•••

Disinilah chaeyoung sekarang, duduk di dekat jendela kaca minimarket sambil memakan satu cup ramen dan sekaleng bir.

"Aaahhh" ucapnya lega setelah meneguk habis bir nya. Chaeyoung menatap orang yang berlalu lalang didepanya, ini menyenangkan bagi chaeyoung. Entahlah  apa bagian menyenangkanya.

Mata gadis itu langsung memicing saat menangkap sosok yang sepertinya tidak asing.

"Apa itu namja yang tadi?" Gumamnya lirih.

Setelah dia amati memang benar pria yang dilihatnya itu sama persis dengan pria yang menginjak kacamata berharganya dirumah sakit tadi. Oh tapi tunggu, walau wajahnya sangat persis dan postur tubuhnya juga sangat sama. Kenapa penampilanya begitu berbeda?

Chaeyoung mencoba mengingat-ingatnya lagi. Pria yang menginjak kacamatanya sangat rapi mengenakan jas, menggunakan kacamata yang menandakan dia pria cerdas, rambutnya tertata rapi dan dia pria berkarisma--oh tunggu. Kenapa chaeyoung seperti memuji pria itu?

Setelah sadar dari lamunanya, chaeyoung langsung mengarahkan netranya pada pria yang dilihatnya tadi. Namun  ternyata pria itu sudah menghilang.

"Dimana pria itu?" Chaeyoung mengarahkan pandanganya keseluruh arah namun nihil, dia tak menemukan pria itu lagi. Pencarianya terhenti ketika dia merasa ada yang menepuk pundaknya, gadis itu dengan reflek menengok kebelakang dan saat itu juga dia terlonjak kaget saat mengetahui siapa yang  telah menepuk pundaknya.

"K-kau ... "

"Kau mencariku nona?"

Skakmat!

Chaeyoung masih mematung, dia terkejut sangat terkejut. Pria ini jika dilihat dari dekat begitu tampan dan aura yang dikeluarkanya begitu gelap, tatapan matanya terlihat begitu tegas dan tajam sangat berbeda dengan pria yang tadi sore dilihatnya. Tenang dan lembut tapi tetap saja pria itu menyebalkan.

"Kenapa kau disini, dasar pria menyebalkan." ucap chaeyoung ketus.

"Siapa yang kau sebut pria menyebalkan?"

"Tentu saja kau! Siapa lagi, apa kau sudah lupa huh dengan apa yang kau lakukan di rumah sakit tadi?"

"Hm sepertinya aku memang lupa."

"Sialan kau."

"Jaga mulut mu nona park chaeyoung."

Deg!

Dari mana pria gila ini tahu namaku? Bahkan margaku!

"Y-yak! Darimana kau tahu namaku, kita tak pernah berkenalan sebelumnya. Apa kau seorang stalker!? " Ucap chaeyoung sambil bergidik ngeri.

Pria itu lantas terkekeh, membuat chaeyoung kebingungan dengan respon yang diberikanya. Melihat bagaimana pria ini menanggapinya, chaeyoung menjadi sangat yakin kalau pria ini memang seorang stalker.

"Apa kau lupa dengan ku?"

"Apa kau gila?!memangnya siapa kau hingga harus kuingat." Chaeyoung

"Aku adalah anak lelaki yang dulu selalu kau beri permen cokelat ketika aku sedang duduk sendirian di bangku taman."

Otak chaeyoung langsung berputar kemana-mana, mencoba mengingat-ingat apa yang dia lakukan dulu. Sebenarnya chaeyoung mengingat sesuatu dan dia ingatan itu masih jelas. Tapi dia tak yakin jika anak lelaki yang selalu ia berikan permen cokelat itu adalah pria yang sedang berdiri didepanya ini. Mustahil

"Aku tak yakin jika dia itu kau."

"Apa kau melihat kebohongan diwajahku?"

Kalau boleh jujur, chaeyoung sangat tau kalau pria imi bersungguh-sungguh. Tak heran karena dia adalah lulusan psikologi, pria ini jujur.

"K-kau benar-benar chanyeol?" Tanya chaeyoung takut-takut.

Sedangkan pria yang ternyata adalah chanyeol itu hanya tertawa hambar. Benarkah dia chanyeol?

"Ya, kau boleh memanggilku chanyeol."

"Namamu memang chanyeol kan, memangnya mau kupanggil apalagi. Dasar pria gila."

Chanyeol hanya diam sambil menatap chaeyoung, pria itu langsung menarik chaeyoung untuk pergi dari tempatnya sekarang.
Chaeyoung yang terkejut langsung meronta sambil menyumpahi chanyeol yang telah menariknya dengan tidak elitnya.

"Yak kau ini benar-benar! Kau mau membawaku kemana dasar gila!" Chanyeol tak menghiraukan chaeyoung, pria itu tetap menarik gadis itu dan memasukkan nya kedalam mobil sport yang dikendarainya.

"Apa kau akan menculikku? Yak!!"

"Diamlah!"

•••

"Kenapa kau membawaku kesini? Kau mau menenggelamkanku?"

Sumpah demi apapun chanyeol mulai muak dengan chaeyoung, sejak diperjalanan gadis itu tak henti-hentinya mengoceh. Mengatainya, dan bertanya hal-hal yang tidak mungkin dia lakukan.

"Tidak ada untungnya aku menenggelamkanmu disini, sungai han terlalu mudah untukmu. Kalau aku ingin menenggelamkanmu sudah pasti sudah kubawa kau ke laut yang di penuhi hiu."

Chaeyoung langsung menyebikkan mulutnya kesal, mimipi apa dia semalam sampai bisa bertemu pria gila seperti chanyeol.

"Chanyeol yang kuberi permen dulu tak sepertimu, dia pendiam tampan dan selalu tersenyum padaku." Ucap chaeyoung sambil mendudukkan dirinya di bangku yang ada didekatnya.

"Jangan bicarakan pria lemah itu."

"Apa maksudmu?"

"Sudahlah lupakan saja, ayo pergi."

"Yakk!!! Mau kemana lagi huh? Kita kan baru sampai"

"Aku akan mengantarmu ke minimarket yang tadi, tenanglah suatu saat nanti kita akan bertemu kembali."

"Cih memangnya aku mau bertemu denganmu!?"

"Aku tak peduli kau mau atau tidak."

"Dasar pria gila?!" Gumam chaeyoung lirih, gadis itu geram. Pria yang sedang bersamanya ini sangat aneh, dia selalu berkata seolah dia adalah orang lain dan bukan chanyeol.

Tapi jika memang itu benar bagaimana??

Ah sudahlah. Semakin memikirkanya kepala chaeyoung semakin berdenyut.

[]

TWO PERSONS (ChanRosè)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang