Tidak ada rasa penyesalan bagi Dharma untuk meninggalkan kota raja,ini adalah wasiat dari ayahnya untuk cuma mengabdi pada seorang raja.
hari hari ini telah dia jalani seperti dulu lagi,ke sawah dan hidup seperti layaknya petani.
terik mentari yang kadang menyengat kulit,sudah dirasa hal yang lumrah oleh Dharma.
tapi ada yang mengganjal perasaan Dharma,terlihat seringnya prajurit yang lalu lalang lewat kampungnya yang kadang membuat dia bertanya tanya.
"sedang ada apa ini?"
namun hingga saat ini tidak ada jawaban yang dia peroleh,namun dia terus berusaha untuk tidak mau tahu dengan itu semua.
hingga pada suatu saat,tanpa dia duga sebelumnya,datang seorang petani yang dia kenal menceritakan sesuatu.
"akan ada sesuatu yang terjadi"
kata petani tersebut,namun Dharma tidak begitu serius mendengarkan.
dia cuma beralasan tahu dari mana dia,pekerjaannya cuma ke sawah dan tidak kemana mana,mana mungkin tahu akan peristiwa yang terjadi saat ini.
pikiran meremehkan petani tersebut terlintas dalam benak Dharma.
namun dia mencoba juga untuk memancingnya,apa yang akan dikatakan petani ini.
"memang ada apa kang?" tanya Dharma dengan raut muka yang dibuat serius.
tapi petani ini tidak buru buru menjawab,dia tengak tengok sana sini,takut jika ada orang lain yang mendengarkan pembicaraan mereka.
"para adipati pesisir,sudah tidak setia pada majapahit" ucapnya.
"tahu darimana kang?"
"para prajurit yang lewat"
Dharma terdiam,dia mencoba untuk berpikir.
"hey...,kenapa diam?" tegurnya.
"ah.....,sudahlah kang,itu bukan urusan kita" pungkas Dharma.
"tapi kalau terjadi perang?"
"ah....itu urusan nanti"Dharma sebenarnya ingin tahu yang sebenarnya terjadi,namun dia tidak tega meninggalkan ibunya seorang diri.
lagi pula dia kini juga bukan seorang punggawa prajurit majapahit,jadi dia merasa itu bukan urusannya lagi.
tanpa Dharma sadari,ibunya sedari tadi mengawasi anak semata wayangnya tersebut yang terlihat memikirkan sesuatu.
"apa yang kau pikirkan anakku?"
"oh...ibu" ucapnya dengan nada agak terkejut.
"ibumu sudah tua,kapan kau
menikah?"
Dharma diam,dilihatnya wajah ibunya yang mulai terlihat jelas kerutan kerutan pada kulit wajah dan rambut yang sebagaian besar mulai memutih.
"nanti bu,kalau sudah waktunya?"
"apa seusia kamu ini belum waktunya?" sangkal ibunya.
"belum ketemu bu"
"kalau begitu ibu carikan istri untukmu"
Dharma tidak bisa menjawab,dia terdiam antara setuju dan tidak.Malam telah tiba,namun Dharma masih melihat beberapa orang prajurit lewat di perkampungan dekat rumahnya.
akhirnya dia penasaran ingin tahu ada apa sebenarnya yang saat ini terjadi.
dengan menutup sebagian wajah,Dharma mencoba untuk bisa memperoleh keterangan dari para prajurit yang lewat kampungnya.
"hey....berhenti kalian" ucap Dharma kala menghadang tiga orang prajurit yang lewat agak jauh dari rumahnya.
"siapa kamu?,berani benar memberhentikan kami" tanya salah seorang prajurit,dan kebetulan mereka cuma bertiga.
"tidak penting siapa aku,tapi mau kemana kalian?"
"bukan urusanmu"
"keparat.." seru Dharma,dan langsung menyerang mereka.
sebagai mantan punggawa majapahit,tentu ketiga prajurit itu tidak ada apa apanya bagi Dharma.
dalam sekali serang,mereka langsung tersungkur.
"ayo...cepat katakan?" tanya Dharma sambil mencekik leher salah satu diantara mereka.
dia tidak berani menjawab,cuma melihat kedua temannya yang meringis menahan sakit.
tapi bukannya menolong,justru kedua temannya tersebut langsung lari.
"cepat katakan atau aku bunuh kamu sekarang juga"
karena ketakutan,akhirnya prajurit tersebut bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit 6 eps Perang Wangsa Rajasa 2
Historical Fictionpertumpahan darah untuk memperebutkan tahta majapahit tidak berhenti semenjak naiknya raja Girisha Wardhana dyah surya wikrama menjadi raja majapahit. sepeninggal raja Girisha Wardhana dyah surya wikrama,majapahit kembali dilanda perebutan kekuasaan...