Part 44

5.7K 366 131
                                    

10 Januari 2020

.

.

.

Bisma melepas helm hijau tuanya khas milik seorang prajurit TNI. Dia berhenti di depan gerbang rumah dengan interior yang masih khas dengan rumah adat Jawa itu. Dilihatnya bangunan kokoh itu dengan lamat-lamat. "Ini rumah kamu?" Tanya Bisma menunjuk ke rumah bercat putih itu.

Karena Bisma membuat Okky  mengikuti arah pandang yang ditunjuk oleh Bisma. Okky menolehkan kepalanya kebelakang sambil memikirkan sesuatu. "Iya mas memang kenapa?" Angguk Okky sambil menatap Bisma dengan tatapan bingungnya. Okky sempat berpikir apakah Bisma pernah berkunjung kerumahnya? Tapi sepertinya tidak pernah!.

Dengan pikiran yang berkecamuk, Okky memberikan helm yang dia pakai tadi ke Bisma. Untung saja Bisma membawa dua helm kalo tidak pasti Bisma akan ikut bersama dengan Okky menaiki bus kota.

Bisma Mengambil helm dari tangan Okky dan menaruh kembali helm tersebut di belakang motor. "Tidak jauh dari Batalyon, mas pernah lewat sini bersama teman-teman." Balas Bisma membantu merapikan rambut Okky yang berantakan akibat terkena angin jalan. Sangat romantis sekali mereka berdua.

"Hah? Beneran?" Okky terlonjak kaget mendengar ucapan Bisma. Tak jauh dari Batalyon? Masyaallah ini mas Bisma diajarin matematika enggak sih?! Gampang banget ngomong enggak jauh dari Batalyon. Padahal dari sini ke sekolah Rara aja terhitung 15-20km dan dengan waktu kurang 20mnt kalo itu ngebut jalannya. Itupun pakai motor sedangkan Bisma?!

Bisma pun mengangguk membenarkan ucapannya tadi. Dirinya benar-benar pernah melewati jalan ini meski dulu tak mengerti jika rumah yang dulu dia lihatin terus itu adalah rumah kekasihnya saat ini. Oh apakah ini yang dinamakan dengan keajaiban?!. "Iya dulu mas lari dari Batalyon sampai lapangan Brigif sana." Jelas Bisma mengingat waktu pertama kali dia ditugaskan disini dan langsung disuruh lari pagi sejauh itu. Kejam? Jika untuk orang biasa memang sangat kejam. Namun untuk seorang abdinegara itu adalah kebiasaannya untuk melatih daya tahan tubuh.

Okky mengerjapkan matanya berkali-kali. Seakan tak percaya dengan ucapan Bisma yang lari dari Batalyon ujung timur sampai Brigif ujung barat sana. Hebat Sekali! "Astaghfirullah jauh banget mas, gak capek? Emang kuat kaki kamu? Terus gimana? Haus tidak, panas gak? Wah jangan ditanya lagi kota Semarang itu kan lagi musim panas. Tapi gim-" Berbagai pertanyaan langsung disemprotkan dari mulut Okky.

Okky menjerit kecil ketika tangan Bisma mencubit area pipinya dengan pelan. "Kamu ini ngomong terus gak capek apa mulut kamu komat-kamit sendiri?" Tanya Bisma mencubit kedua pipi Okky sangat lama.

Dengan cepat, tangan Okky menyingkirkan kedua tangan Bisma yang masih mencubiti kedua pipinya itu. "Ihh sakit mas! Nanti pipi aku tambah tembem gimana?" Decak Okky yang memberengut kesal akibat rasa sakit di kedua pipinya.

"Ya gapapa tambah cantik nanti punya pipi bakpao." Ucap Bisma tersenyum kecil melihat Okky yang cemberut. Dan itu sukses membuat Bisma gemas sendirian, bukannya menyeramkan malah terlihat sangat cantik.

Sontak Okky memukul lengan Bisma pelan. Apa katanya? Cantik dengan pipi bakpao? Sembarang aja kalo ngomong! Pikir Okky sebal.  "Sembarang aja! Kamu suka lihatnya, tapi yang ngejalanin itu lohh yang gak banget!" Dumel Okky yang membuat Bisma tersenyum lebar melihat wajah kekasihnya yang sangat lucu.

Bisma menatap Okky. "Lucu banget sih astaga." Ucap Bisma memuji Okky dengan tatapan mengarah kepadanya.

Mendengar itu Okky tersenyum manis menatap Bisma balik. Dengan mengibaskan rambutnya kebelakang dan sedikit menata anak rambut yang  berantakan akibat hembusan angin sore. "Makasih aku emang lucu, cantik pula." Seru Okky dengan bangganya.

Hey! Abang Loreng [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang