16 Januari 2020
.
.
.
Setelah melihat Bisma yang menghilang bersamaan dengan senja sore. Dengan segera, Okky bergegas masuk ke dalam rumah untuk membersihkan dirinya. Bahagia. Okky merasa sangat bahagia hari ini. Hari yang tadinya menyebalkan untuknya kini berubah drastis seketika, sangat menyenangkan untuknya terutama untuk hatinya.
Dengan senyum merekah di kedua sudut bibirnya, Okky membuka pintu rumah dengan semangat.
"Assalamualaikum Okky pulang!" Salam Okky yang membuka pintu lalu menutup pintu itu kembali. Okky berjalan menghampiri ayahnya yang sedang menyeduh kopi hitamnya.
"Waalaikumsalam." Salam balik Rudi, yang duduk di sofa dengan ditemani koran dan secangkir kopi, kebiasaannya.
Rudi melepas kacamata bacanya dan menatap putri sulungnya yang baru saja pulang. "Darimana aja nduk? Kok baru pulang?" Tanya Rudi.
Okky berdiri dengan senyum mengembang. "Habis kumpul sama temen yah." Balas Okky berbohong. Senyum manis untuk membohongi sang ayah agar tidak ketahuan apa yang telah dia perbuat tadi.
Bukan Okky ingin merahasiakan ini semua pada orang tuanya. Tidak sama sekali. Bahkan Okky ingin rasanya menceritakan pada ibunya sang pendengar cerita sejak dulu. Tapi untuk hal ini, Okky benar-benar masih ingin menyimpannya sendiri. Malu rasanya untuk mengatakan sejujurnya jika dirinya ini sudah mempunyai kekasih. Oh no!! Bukan kekasih lagi melainkan calon pasangan hidupnya! Ya, tadi Bisma tidak mengajaknya untuk berkencan melainkan mengajak serius di dalam hubungan. Apakah itu tidak mengarah pada hubungan yang sudah sangat matang.
Rudi menganggukkan kepalanya mengerti. Namun Okky sedikit meringis pelan ketika melihat tatapan Rudi. Biasa saja tapi terasa intimidasi. "Terus pulang sama siapa tadi?" Tanya Rudi lagi yang sangat penasaran kali ini dengan putrinya.
"Sama Ojek yah." Seru Okky cepat untuk menghindari kecurigaan ayah terhadap dirinya. Okky sangat paham bagaimana aslinya sifat ayah. Sangat peka terhadap apapun.
"Loh gak sama Sarah toh?" Rudi pun kembali bertanya. Memang hanya Sarah dan Angga yang diingat oleh ayah. Namun Sarah lah yang paling dekat dengan keluarganya. Bahkan Rudi sudah menganggap Sarah sebagai anak ketiganya. Dengan kata lain anak angkat.
Okky menggelengkan kepalanya menyangkal pertanyaan dari Rudi. "Enggak yah, Sarah tadi masih ada kerja kelompok. jadi Okky pulang duluan." Kata Okky menjelaskan pada Rudi. Meskipun itu adalah kebohongan.
"MBAK OKKYY!" Teriak Rara yang keluar dari kamar secara tiba-tiba. Rara berlari kearah ruang tamu dengan cepat membuat Okky dan Rudi mengeryitkan dahinya bingung.
Okky menatap jengah adiknya yang selalu teriak sesuka hatinya. Ini rumah bukan kebun binatang-Pikir Okky kesal. "Berisik! Ada apa?" Decak Okky yang kesal dengan melihat wajah Rara yang selalu tampak menyebalkan.
Berbeda dengan Okky yang sudah mengubah ekspresi cemberutnya. Rara malah terlihat tersenyum mengejek. "Tadi pulang sama siapa?" Tanya Rara yang tersenyum misterius.
"Sama Ojek online dek, kenapa?" Tanya Rudi heran dengan putri keduanya ini.
Rara menggeleng cepat sambil mengibaskan kedua tangannya tidak mendukung pernyataan itu. "Bohong yah! Mbak Okky bohong!" Ujar Rara yang mengelak jika Okky bukan diantar oleh ojek melainkan seseorang.
Mendengar itu, Rudi langsung menatap Okky dan Rara bergantian. Rudi lalu berkata. "Hah? Bohong piye sih nduk!" Tanya Rudi kepada kedua putrinya ini. Rudi sama sekali tidak paham dengan perkataan Rara tersebut.
Okky memandang Rara dengan tajam. Dirinya seketika menjadi gemetar mendengar ucapan adiknya yang entah akan mengarah kemana. Okky berharap adiknya tidak bermacam-macam. "Apanya yang bohong sih Ra?" Okky berdecak kesal mendengar ucapan Rara.
Rara pun melirik sinis kearah Okky yang sudah menatapnya tajam bak laser. "Mbak Okky gak naik Ojek kan? Mbak Okky dianterin sama cowok tadi." Kata Rara sambil tersenyum jahil. Dan mendengar itu Okky langsung melotot dan menatap adiknya tajam.
"Iya sama cowok kan tukang cowok." Balas Ayah membela Okky.
Rara memberengut kesal. Rara menggeleng bahwa bukan itu yang dia maksud. "Bukan itu tapi masnya tadi pake baju hijau loreng kayak ten-mhhmh" belum sampai Rara menyelesaikan kata-katanya. Okky segera membekap mulut embernya si Rara. Bahaya! Sangat bahaya jika mulut tipis Rara itu berucap dan membongkar semua kejadian tadi.
Dengan tersenyum dan tangan masih membekal mulut sang adik. Okky ingin segera pergi dari ruang itu "Yah aku duluan ke kamar dah" ucap Okky yang tanpa menunggu jawaban ayahnya langsung menyeret Rara pergi dari ruang itu.
Rara memukul-mukul telapak tangan Okky yang membekap mulutnya dengan menekan. Membuat sedikit tidak bisa bernapas.
Ayah yang melihat kelakuan kedua putrinya yang seperti Tom and Jerry itu hanya menggeleng pelan. Berdecak pelan mengapa dulu bisa memiliki anak yang punya sifat tak pernah akur. "Ada-ada aja kelakuan mereka berdua." Decak Rudi melihat tingkah mereka berdua yang tidak menjaga alam.
"Ada apa toh pak? Kok berisik banget?" Ucap ibu yang keluar dari dapurnya. Sejak tadi ibu sedang memasak makanan untuk nanti malam. Telinganya begitu kuat mendengar teriakkan para putrinya yang entah sedang bercanda atau berantem.
Ayah bergeser sedikit ketika ibu duduk disebelahnya. Ayah membuka koran lagi dan berkata. "Ya kedua putrimu itu yang berulah lagi" ucapannya tanpa mengalihkan pandangannya dari koran.
"Ada apa? Berantem lagi mereka?" Balas ibunya. Terkadang ibu itu jengah dengan kelakuan para putrinya. Namun ibu berpikir jika mereka sudah pergi dari rumah siapa yang akan membuat rumah ini menjadi hidup lagi? Tanpa mereka rumah ini sepi. Maka itu ibu tidak mau melarang kedua putrinya saat bercanda ataupun berantem. Kenangan.
"Gak berantem cuma yang gitu si Rara bercandain Okky terus." Balas Ayah.
"Kok mesti cah loro iku Ra tau akur ketemu." ucap ibu yang sehari tidak bisa melihat mereka akur. Selalu berantem. Tapi mereka juga memiliki rasa sayang satu sama lain. Mungkin berantem itu wujud dari kasih sayang mereka.
"Namanya juga saudara, kalo sudah dewasa pasti mengerti"
"Iyo sih pak" ucap ibu yang menyetujui perkataan suaminya itu. Mungkin jika sudah memiliki seorang pendamping mereka akan malu sendiri ketika mengingat masa dulunya yang selalu berantem.
"Tapi pak..." ucap ibu menoleh kearah samping. Menatap suaminya yang juga menatap kearahnya.
Ayah berdehem menunggu ucapan dari ibu selanjutnya. Berhenti sejenak untuk berpikir apa patut untuk diomongkan? Ibu berucap "Ibuk tadi liat Okky di depan sama arek Lanang sopo iku?" Tanya ibu seperti bisikkan. Dirinya tapi melihat jika Okky Putrinya itu bercanda dengan laki-laki yang entah siapa. Jelas itu bukan Angga karena sangat berbeda mulai dari wajah yang lebih tampan, tubuh yang lebih tinggi dan kekar, dan baju yang dikenakan. Ibu ingin bertanya pada putrinya namun dia urungkan dulu.
"Okky mau dianter karo tukang ojek mungkin arek iku seng ibuk maksud?" Balas ayah
Terlihat ibu menggelengkan kepalanya kembali. "Mboten Pak! arek Lanang e gawe seragam ijo gitu og.'' balas ibu yang mengatakan apa yang dia lihat dari dapur tadi.
"Yo kan ojolnya juga seragam ijo buk" balas ayahnya yang membuat ibu terdiam. Apa tadi tukang ojol beneran? Tapi kenapa sangat tanpan dan memberikan senyuman pada Okky?- pikir ibu yang melamun.
Ibu terkejut ketika ayah menepuk pundak ibu. Ayah tersenyum lalu berkata "Wes gak usah dipikirin buk kalo Okky emang ada dekat sama arek Lanang gapapa toh Okky yowis gede pula" pesan ayah. Ayah memang memperbolehkan kedua putrinya untuk berpacaran. Namun harus jaga batasannya. Mungkin karena itu kedua putrinya enggan untuk berpacaran sekarang?
"Inggih pak" angguk ibu meski ragu tercetak di wajah keriputnya.
.
.
.
Update asal+asal gue ngantuk bye tinggalkan lokai ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey! Abang Loreng [Telah Terbit]
AcakFOLLOW AUTHOR DULU!! Okky, gadis cantik yang menjalin hubungan dengan seorang prajurit TNI AD yang bernama Bisma. Selama satu tahun lebih, hubungan mereka bagai air mengalir yang begitu tenang tanpa masalah. Namun, suatu masalah terjadi hingga memb...