Kita bukanlah sepasang kekasih yang saling mencinta. Tapi entah mengapa aku menganggap dirimu yang paling berharga. Apa aku sebucin itu?
Sudah kesekian kalinya dia memerhatikan ponsel yang nyaris bisu tanpa adanya notifikasi selain dari grup keluarganya yang tidak pernah sepi. Entah apa yang ia tunggu kali ini. Padahal dia sendiri yang memaksa untuk menjaga jarak sejak 4 tahun yang lalu.
Kemarin, ketika reuni, ternyata dia tidak ada. Padahal sebelum datang, ia sudah mati-matian mencari ribuan alasan agar bisa menghindari perempuan itu. Akan tetapi, ternyata dialah yang diabaikan begitu saja. Karena dari info yang ia dapatkan, perempuan itu sedang ada tugas terbang ke Inggris. Dan kemungkinan besar jadwal liburnya baru akan ada 2 minggu lagi.
Seketika jika mengingat-ingat kebodohannya ini, rasanya ia ingin sekali menertawakan jalan hidupnya. Dulu dia yang mati-matian menghindari gadis itu. Tapi kini, setelah pertemuan kembali di bandara kemarin, tidak ada kabar lagi dari Syahla, perempuan yang berhasil membuat hidupnya jungkir balik tak menentu.
"Mas... mas Abi."
Ketukan pintu, serta sosok yang muncul dari luar pintu kamarnya membuat Abi, tersenyum. Perempuan yang sudah melahirkannya sejak 24 tahun lalu terlihat meminta izin untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu jadi nginap di rumah Zee?"
"Jadi, Bun. Udah lama enggak ketemu tante Zee, kangen dia."
Bitha, ibunya Abi, tersenyum. Dia langsung bergerak ke arah sudut lemari pakaian Abi. Melihat tumpukan koper yang belum juga dibereskan.
Kepalanya menggeleng. "Kamu belum juga rapihkan pakaian?"
"Belum sempat, Bun. Nanti Abi rapikan. " Katanya dengan ekspresi tidak enak.
Ketika dia melihat bundanya ingin membantu membereskan pakaiannya, Abi langsung melarangnya. Dia menahan tangan bundanya, lalu menggeleng.
"Enggak perlu, Bun. Nanti Abi aja yang beresin."
"Enggak papa. Bunda bantu. Kapan lagi bunda melakukan hal ini untukmu? Sejak kecil kamu lebih diurus sama Zee. Sampai rasanya bunda cemburu pada waktu itu. Lalu setelah besar, kamu malah memilih kuliah di negeri orang. Sampai bunda rasanya rindu, nungguin kamu pulang. Dan sekarang kalau kamu ngelarang bunda bantuin kamu, kapan lagi bunda bisa memberikan hal terbaik untuk putra bunda sendiri?"
Manik mata yang berkaca-kaca, membuat hati Abi sesak. Dia perlahan mendekati tubuhnya ke arah ibunya. Lalu memeluknya pelan. Dengan perasaan takut tertolak oleh ibunya sendiri.
"Maafin Abi, Bun."
"Bunda tahu rasa kecewa kamu dimasa lalu enggak mungkin hilang. Tapi tolong, tolong izinkan bunda untuk menebusnya. Bunda mau Abi bahagia selalu. Bunda sayang sama Abi."
Mengusap punggung bundanya dengan sayang, Abi memejamkan matanya. Berusaha melupakan kisah kelam di masa lalunya yang dia rasakan sampai berimbas pada masa depannya kini.
"Bun.... "
"Iya, Sayang."
"Bagaimana Bunda bisa terima dengan ikhlas segala kekurangan ayah di masa lalu? Padahal Abi rasanya yakin, Bunda bisa memiliki laki-laki yang jauh lebih baik dari ayah."
Bitha terdiam sejenak. Ia mencari-cari di manik mata Abi mengenai alasan dari pertanyaan yang Abi ajukan.
"Mas Abi dengarin bunda. Menikahi seseorang berarti harus siap dengan segala keburukan yang dia miliki. Sedangkan segala kebaikannya harus banyak-banyak disyukuri bukan malah dibandingkan dengan orang lain."
"Bunda sadar Abi bukan putra kecil bunda lagi. Tapi dimata bunda, Abi tetap putra kecil bunda. Abi yang buat bunda bertahan disaat terpuruk pada waktu itu. Dan bunda bersyukur banget memiliki Abi dalam hidup bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flying With(out) You
SpiritualTabu. Kata itu yang akan muncul ketika masyarakat mendengar ada seorang perempuan yang menyerahkan dirinya kepada seorang laki-laki untuk dinikahi. Padahal sudah sejak zaman Nabi Muhammad dulu, hal ini pernah terjadi, atau bahkan sering terjadi pada...