Bab 22

2.7K 573 161
                                    

Yang nungguin Abi?
Nih gue kasih buat teman buka kalian.
Terus dukung cerita ini, dan ceritaku yang lain.
Dan jangan lupa dukung chanel youtubeku juga. Besok ada video baru lagi.. Hahhaa.. Tentang masak.. 😆😆😆..

Sebel sih lihatnya.. Hahaha.. Dibalik layar video itu, aku kena omel mulu gara2 masaknya ancur.
Tapi aku ingin bagikan ke kalian.
Semoga banyak yang nonton.. Aamiin.. 😉😉😉

Jgn lupa subscribe yaa.

Shisakatya

Itu nama youtube chanelku.. Tuh di atas ada videonya.. Ditonton, dilike dan dikomen..
Terima kasih.

Nambah lagi : sekali lagi aku bilang, promosi di lapak sendiri gpp kan? Dari pada nyampah dilapak orang lain, sampai status pemberitahuan orang itu ketutup sama promo orang lain.. Whakaka..

Sadar diri guys..


Bersabarlah. Semua air mata, dan luka yang pernah kamu rasakan, pasti akan diberikan kebahagiaan yang tidak terkira. Hanya saja Tuhan memintamu untuk selalu sabar hingga waktu itu akan tiba.

Syahla melihat keanehan yang terjadi antara para sepupunya itu. Apalagi Aiz. Dia yang biasanya paling banyak bicara, ketika di pesawat, suaranya benar-benar lenyap. Bahkan Aiz sengaja menutup kedua matanya rapat agar tidak melihat hal yang membuat hatinya semakin kesal.

"Hei, Aiz. Mau minum apa?" tegur Syahla dengan ramah.

Aiz membuka matanya. Menatap Syahla kesal.

"Enggak usah sok baik." Jawab Aiz ketus.

Syahla merasa ada yang salah, melirik Zhafir yang tidak bereaksi sedikitpun atas kemarahan Aiz kepada Syahla.

Berusaha profesional, Syahla tidak memperpanjang masalah ini. Dia berpindah posisi, bertanya kepada Adskhan dan Zhafir, kira-kira minuman apa yang mereka inginkan.

"Yang manis aja, Mbak. Lagi pada stres kayaknya." Jawab Adskhan sambil tersenyum.

Syahla mengangguk paham. Dia menduga sepertinya ada yang terjadi di antara para sepupunya ini.

"Kamu mau minum apa?" tanya Syahla ketika melewati kursi Abi di bagian belakang.

"Tolong kamu kasih air teh hangat untuk Aiz. Dia butuh sesuatu yang manis untuk menahan emosinya." Pinta Abi kepada Syahla.

Perempuan itu semakin bingung. Dia melirik Aiz sekilas, lalu menatap Abi kembali.

Posisinya yang berjongkok di kursi sebelah Abi, membuatnya dengan mudah menatap wajah Abi dari dekat.

"Ada apaan sih?" tanya Syahla bingung.

Abi menggeleng. Seperti biasa, bertanya kepada Abi sama saja buang-buang waktu.

"Ya udahlah. Nanti aku buatin untuk dia."

Beberapa saat membuatkan minuman yang diminta oleh para penumpang first class, Syahla mengantarkan satu persatu minuman itu kepada para penumpangnya. Termasuk kepada Aiz.

Dengan sangat lembut dia memberikannya kepada Aiz. Menarik meja kecil di depan Aiz, lalu meletakkan gelas dengan teh hangat beraroma lemon di dalamnya.

"Aiz. Hei...." Panggil Syahla lembut.

Aiz kembali membuka matanya. Ekspresi kesal masih bisa Syahla lihat, tapi dia tahu Aiz tidak akan marah kepadanya.

"Diminum ya. Spesial aku buatin untuk kamu." Kata Syahla penuh senyum.

Aiz sekilas melihat teh itu, kemudian menatap Syahla lagi. "Kenapa sih, Mbak? Kenapa Mbak masih aja baik sama orang yang udah abaikan Mbak. Kayak aku tadi. Kurang kasar apa tadi aku. Tapi kenapa Mbak masih baik aja." Tanya Aiz bingung.

Flying With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang