Dikit lagi selesai... 🤩🤩🤩
Masih semangat bacanya???
Masih semangat komennya?Btw.. Malam jum'at guys..
Di chanelku selalu bahas cerita horor kalau malam jum'at. Jangan lupa cek yaakkBerjuanglah sedikit lagi, karena manisnya hidup terasa ketika kamu telah melalui perjuangan yang panjang.
Shaka dan Rara dibuat datang terburu-buru ke sebuah restoran tempat ayah mereka, Imam, menghubungi mereka untuk membicarakan hal penting.
Ketika kedua langkah kaki mereka sampai di tujuan, Shaka dan Rara diarahkan oleh pelayan restoran ke tempat di mana beberapa orang telah menunggu mereka.
Saat pandangannya pertama kali melihat wajah Syahla duduk berdampingan dengan Abi, di hadapan ayahnya, Shaka langsung mengusah wajahnya gusar. Dia tahu sekali masalah apa yang terjadi kali ini. Dan semuanya sebenarnya sudah dia pantau sejak dulu. Namun kondisi kedua anak muda yang sempat terpisah selama beberapa tahun, membuat Shaka berpikir jika rasa itu tidak mereka lanjutkan kembali. Akan tetapi, jika melihat kondisi ini, sepertinya semua itu tidak terjadi.
"Assalamu'alaikum," salam Shaka.
Barra langsung menyambut Shaka yang merupakan kakak iparnya, dia memberikan kode kepada Shaka melalui tatapannya, mengenai kondisi yang terjadi tidak semudah yang terlihat.
"Duduk, Ka." Perintah Imam.
Shaka memberikan kursi untuk istrinya lebih dulu, barulah dia duduk di samping Rara dengan tatapan masih terfokus ke arah Syahla yang nampak tenang memainkan ponselnya.
"Sudah berapa lama kamu tahu ada hubungan serius antara putrimu dengan sepupunya sendiri?" tanya Imam menatapnya dengan serius.
"Begini, Yah. Itu... aku....."
Sentuhan tangan Rara pada lengan Shaka membuat perkataan Shaka terhenti. Rara langsung menyambut pertanyaan ayah mertuanya dengan senyuman.
"Kami tahu, Yah. Kami sangat tahu bagaimana hubungan Syahla dengan Abi. Kak Barra dan kak Bitha juga sering menginfokannya kepada kami jika ada sesuatu hal penting yang harus kami ketahui. Dan kami rasa..... "
"Apa yang kamu tahu, Ra? Berapa lama kamu tidak bertemu dengan Syahla? Satu minggu? Satu bulan? Satu tahun? Apa sepanjang dia bekerja sebagai pramugari, kamu tidak pernah bertemu dengannya? Sebelum kalian menjadi orangtua, ayah sudah lebih dulu mengalaminya. Dan bukanlah hal baik menutupi kesalahan anak sendiri demi terlihat sempurna di mata orang lain. Apalagi ayah bukan orang lain. Ayah kakek dari dua anak muda ini. Kenapa kamu tidak menceritakan semua hal yang terjadi. Tentang Syahla yang tidak pernah kembali semenjak 5-6 tahun lalu. Kenapa kalian masih saja menutupi kesalahan anak kalian, padahal mereka perlu tahu jika yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan. Inilah cara didik orangtua yang salah."
Imam tersenyum penuh cibiran. "Kenapa ayah bisa bicara demikian, karena dulu ayah pun sama. Melakukan segala hal yang ayah anggap benar. Dan kakek, seakan tidak peduli dengan semua hal yang ayah lakukan. Tapi apa jadinya? Ketika ayah jatuh, ketika ayah terpuruk, dia orang yang paling keras memaki ayah. Harusnya tidak seperti itu. Kalian semua sudah diberikan amanah oleh Tuhan untuk mendidik anak-anak kalian dengan baik dan benar. Dan suatu ketika kehidupan anak kalian keluar dari jalurnya, kalian harus mengingatkannya. Bukan malah memakluminya. Inilah yang buat ayah kecewa."
Duduk di samping Imam, Barra ikut menundukan kepalanya semakin dalam. Dulu dia pun pernah melakukan kesalahan sampai Abi di penjara. Bahkan jika dia tidak memperkuat kesabaran dan keimanannya, mungkin tidak ada satu hal pun yang bisa dia selamatkan. Anaknya, pernikahannya, semua akan hancur pada masa itu. Namun untung saja Tuhan masih memberikannya kesempatan. Hingga perlahan semuanya menjadi baik kembali.
Lalu kini, apakah Barra mengulang kesalahannya itu?
"Sekarang kakek tanya sama kamu, Sabikha Nabhan. Hubungan seperti apa ke depannya yang ingin kamu bangun dengan Syahla?"
"Kek. Boleh Syahla jawab."
Imam melirik cucu perempuannya itu. Manik matanya menyipit dengan tatapan penuh penilaian.
"Sebenarnya hubungan kami pun belum seperti yang kalian bayangkan. 6 tahun berjarak antara Jepang dan Indonesia, antara hatinya, hatiku dan hati perempuan lain, membuat kami sebenarnya belum ingin memberitahukan semua ini kepada kalian semua. Bukannya kami ingin diam-diam menjalani hubungan ini. Tidak. Malah Syahla tidak merasa Abi pernah mengajak Syahla untuk menjalani suatu hubungan. Karena Syahla pun sadar. Banyak hal yang harus kami perbaiki. Tentang hati kami. Tentang kondisi kami. Tentang keimanan kami. Mungkin di mata Kakek, semua ini terlalu bertele-tele. Karena keluarga kita menganut paham, jika suka ya nikah. Bukan malah menjalani sesuatu yang tidak pasti. Namun masalahnya menikah tidak semudah itu, Kek. Karena itu tolong izinkan Syahla dan Abi bicarakan hal ini baik-baik dulu. Lagi pula, kami juga baru bertemu kembali dalam sebulan ini."
Menunggu respon Imam dengan penuh harap, Syahla menyenggol lengan Abi, agar laki-laki itu bisa menambahkan. Tetapi sepertinya Abi tidak ingin bicara apapun kali ini. Karena sering kali orang yang salah lah yang terlalu banyak memberikan alasan. Sedangkan saat ini Abi merasa tidak salah dalam hal apapun. Mungkin memang benar dirinya belum menceritakan secara detail mengenai hubungannya dengan Syahla. Tapi masalahnya, apa yang harus dia ceritakan tentang Syahla? Mereka pun baru dekat kembali dalam beberapa hari ini. Sebelum-sebelumnya keduanya malah terlibat perselisihan.
"Ada yang mau kamu bilang, Bi?" tanya Imam mengejek karena Abi hanya memilih diam.
Benar-benar berbeda sekali dengan Barra ketika laki-laki itu datang padanya untuk meminta Bitha menjadi istrinya.
"Enggak," geleng Abi.
Imam terlihat tidak puas, dia melirik ke arah Shaka, Rara dan Barra yang duduk di sampingnya.
"Baiklah. Kakek yakin kedua orangtua kalian pasti akan menceramahi kalian setelah ini."
Tidak ingin bicara lagi, Imam memilih pergi, meninggalakan anak, menantu, dan kedua cucunya ini.
"Gila! Ayah enggak paham sama kamu, Bi." Kata Barra terlihat kecewa.
Sedangkan Shaka dan Rara hanya bisa terdiam melihat Putri mereka yang sudah beberapa minggu tidak mereka temui.
Kali ini tidak ceramah, seperti yang Imam katakan tadi. Namun kedua orangtua ini terlihat sama-sama kecewa atas diri mereka sendiri.
Jika Shaka dan Rara kecewa karena terlihat seperti orang lain dalam kehidupan Syahla, berbeda lagi dengan Barra yang kecewa karena untuk kedua kalinya dia tidak bisa apa-apa ketika Abi melakukan sesuatu yang diluar kendalinya.
"Kalian selesaikan berdua. Nanti katakan pada kami, apa keputusan kalian." Kata Barra cepat. Dia langsung pergi meninggalkan tempat ini.
Sedangkan Shaka dan Rara masih terlihat dia. Shaka yang biasanya banyak bicara, kali ini sangat berbeda.
"Mbak. Daddy selama ini enggak pernah maksa apapun sama kamu. Semua keputusan yang kamu buat, Daddy dukung. Tapi jujur kali ini kamu sudah keterlaluan, Mbak. Kamu membuat kami, orangtuamu, terlihat seperti orang lain dimata kakekmu sendiri. Kami seperti tidak berguna dalam kehidupanmu. Tapi Daddy enggak akan menyalahkanmu, Mbak. Semua ini salah Daddy. Kehadiranmu dulu yang terlalu kami idam-idamkan, membuat kami takut. Takut ketika kami tidak menuruti semua maumu, kami akan kehilangan lagi untuk kesekian kalinya."
"Dad, bukan begitu. Tapi.... " Syahla berusaha menahan tangisnya. Dia berharap kedua orangtuanya kembali dapat mengerti dirinya. Namun sepertinya kali ini, kondisi tidak berpihak kepada Syahla.
Shaka dan Rara, membebaskannya untuk memilih. Memilih jalan hidup yang menurutnya benar.
Continue..
Tuh kan.. Benar kata Kiki, izin orangtua tuh perlu.
Yang satu terlalu dibebaskan, yang satu ..... Isi sendiri dah..
KAMU SEDANG MEMBACA
Flying With(out) You
SpiritualTabu. Kata itu yang akan muncul ketika masyarakat mendengar ada seorang perempuan yang menyerahkan dirinya kepada seorang laki-laki untuk dinikahi. Padahal sudah sejak zaman Nabi Muhammad dulu, hal ini pernah terjadi, atau bahkan sering terjadi pada...