Bab 23

2.5K 503 136
                                    

Woiii..
Puasa udah kelar.. Masa cerita religi belum juga kelar..

Hahahaa.. Tenang woiii..
Gue kelarin semuanya.
Kalian jangan lupa komen dan vote pokoknya.. 😉😉😉

Oh iyaa.. Aku baru publish video baru nih..
Tentang gimana jadi milyader.. 😆😆😆😆
Kevo?
Gampang, tinggal nonton aja di youtubeku.
Jangan lupa subscribe, like dan komen yaa..
Aku akan buatin video requestan kalian atu-atu.. Wokee..

Berusahalah dahulu, barulah mendesah kecewa jika tidak sesuai apa yang dipinta. Mungkin hari ini aku terluka, tapi aku jamin esok hari Tuhan akan membuatku bahagia.

Bagai remaja yang tengah kasmaran, Syahla tidak henti-hentinya meneror nomor Abi, bertanya tentang apa saja yang bisa gadis itu tanya kepada sang pujaan hatinya.

Padahal baru kemarin mereka usai liburan di Bali bersama-sama. Tapi hari ini, Syahla sudah rindu setengah mati karena tidak bisa melihat wajah Abi.

"Assala.... Ya ampun mbak Syahla." Teriak Safira cukup kaget ketika dia memasuki apartemen kakaknya ini.

Biasanya apartemen yang selalu bersih, dan tertata rapi itu hari ini terlihat sangat kacau berantakan.

Tas koper selepas Syahla balik dari dinasnya, terbuka lebar begitu saja di tengah ruangan keluarga dalam apartemen itu. Belum lagi beberapa pakaian berserakan di lantai, sama sekali tidak mencerminkan diri Syahla sekali.

Sedangkan dari apa yang Safira lihat, kakak perempuannya itu tengah asik berbicara dengan seseorang melalui ponselnya di dalam kamar.

"Mbak!!!" panggil Safira galak.

Syahla tersentak kaget. Dia berbisik kepada seseorang yang dia hubungi untuk menyelesaikan sambungan teleponnya.

"Iya. Iya, aku tahu." Kata Syahla diakhir pembicaraannya.

"Ada apa sih? Teriak-teriak gitu masih pagi."

Syahla sama sekali tidak terusik dengan tatapan dari adik perempuannya. Meskipun Syahla tahu kenapa Safira marah pagi ini, namun ada yang lebih penting untuk hatinya rayakan hari ini.

Dia ingin segera menikah dengan Abi!

"Mbak aneh banget sih, apartemen berantakan gini. Biasanya juga balik dinas enggak begini amat. Kenapa sekarang jadi sekacau ini. Galau lagi?" tanya Safira diakhir kalimatnya.

Syaa menggeleng. Senyuman tidak bisa dia sembunyikan di depan adiknya itu.
Dia langsung menjerit. Berlari ke arah Safira lalu memeluknya erat.

"Tebak dong, Fir, gue kenapa bahagia."

"Abis liburan? Sama Aesha dan yang lainnya."

"Ih, bukan itu doang." Kata Syahla gemas. Kenapa Safira tidak sadar dengan ekspresi bahagianya ini.

"Terus? Emang ada yang pantes lo bahagiain, Mbak?"

Dengan gemas Syahla mencubit pipi Safira. Tapi kemudian dia memeluknya kembali. Sambil mengatakan alasan dia bahagia pagi ini.

"Semalam.... "

"Iya, semalam?"

"Semalam Abi cium gue."

Ada hening sejenak yang terjadi di antara mereka. Ekspresi Safira yang sangat datar membuat Syahla bingung.

"Kok lo enggak ada ekspresi gitu?"

"Terus gue harus gimana?"

"Ya lo harusnya happy kek. Ini malah diem aja."

Kini Safira tertawa geli. Dia menepuk-nepuk bahu Syahla yang lebih tua setahun darinya.

Flying With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang