Bab 8

2.9K 504 152
                                    

Bertemanlah tanpa memancing perasaan, agar tidak ada perselisihan yang tidak pernah diinginkan.

Dua hari lalu dia sudah ke rumah ayah dan ibunya, sebagai pengisi hari-hari liburnya seminggu ini. Bahkan Syahla juga sampai menginap di sana. Demi menuntaskan rindu dari perempuan yang sudah melahirkan dirinya ke dunia.

Namun di hari jum'at sore yang sangat cerah ini, Syahla sama sekali tidak berniat untuk diam diri di apartemen. Dia ingin keluar sejenak, menikmati kota tempat kelahirannya yang sudah penuh sesak dengan orang banyak. Karena senin esok dia sudah kembali melakukan rutinitasnya. Apalagi kali ini dia harus terbang ke Indonesia bagian timur, yang dimana jalurnya cukup berbahaya.

Banyak pramugari pemula yang tidak mau atau bahkan mundur dalam tugasnya jika diterbangkan ke daerah sana. Tapi Syahla sebagai contoh seorang senior, dia harus siap diberangkatkan ke mana saja. Karena menurut Syahla, seorang senior tanpa pengalaman yang hebat, sama saja dia adalah orang yang merugi. Sudah menjalani sekian waktu, tapi malah disia-siakan dan selalu mengulang hal yang sama.

Syahla sendiri bukan orang yang pengecut pada kehidupan dunia. Setidaknya dia berani melangkah jauh, sampai dia tahu rasanya terjatuh. Semua itu bukan hanya berlaku pada kehidupan pekerjaannya saja. Dalam hal cinta pun demikian.

Syahla pernah memperjuangkan seseorang, sampai pada akhirnya dialah yang merasakan terbuang. Sedih? Jelas pastinya Syahla merasa sedih. Hati dan perasaannya pun sudah tidak berbentuk lagi sekarang. Namun haruskah dia menghentikan hidupnya? Tidak. Setidaknya jika cintanya tidak tergapai, maka cita-citanya harus dapat dia capai.

"Sore mbak Syahla. Mau ke mana?" tegur seorang security yang menjaga apartemen mewah ini.

"Mau keluar sebentar Pak, cari angin."

"Loh, bukannya kalau kerja selalu makan angin yang tinggi dan kencang ya. Kenapa masih cari angin aja." Kata Bapak itu sembari menggoda Syahla.

Bukannya dia sok kenal, atau ingin mencari kesempatan dalam kesempitan ketika berbicara dengan Syahla. Namun bapak security ini tahu, jika Syahla adalah perempuan ramah, hingga dia sendiri tidak segan untuk bertegur sapa dengan Syahla.

"Bapak bisa aja. Saya jalan dulu ya, Pak." Kata Syahla ketika taksi online nya sudah tiba di lobby.

Tidak tahu mau ke mana tujuan pastinya, Syahla hanya mengarahkan ke salah satu mall terdekat. Sejenak mungkin dia akan makan di sana, barulah nantinya dia akan berjalan-jalan sebentar di taman yang memang ada dekat mall tersebut.

Akan tetapi pikiran awalnya sama sekali tidak terealisasikan. Dia yang baru sampai di lobby mall besar itu malah melihat orang yang beberapa waktu ini dia hindari.

Mereka saling berpapasan. Dan terdiam seperti patung yang tidak tahu harus melakukan apa.

Syahla sempat menunduk, ingin melangkahkan kakinya menjauh. Tapi sayangnya suara itu malah memanggil namanya lantang.

"Syahla Haura Hamid."

Laki-laki itu memanggil namanya dengan sangat jelas. Sampai ada beberapa pengunjung mall tersebut memerhatikan gerak gerik mereka.

Karena tidak mau menarik perhatian, akhirnya Syahla mengalah. Dia memandang laki-laki itu yang terus menatapnya. Tapi dari apa yang Syahla lihat, sepertinya dia sudah mau pulang.

"Memang keahlianmu untuk terbang jauh dari orang-orang." Katanya penuh sindiran.

Bibir Syahla membungkam. Dia ragu untuk menyuarakan apapun. Karena dirinya tahu, jika bibirnya bersuara maka hatinya akan terluka. Sungguh dia tidak ingin merasakan luka itu.

Flying With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang