I Don't Want to Believe It

972 134 6
                                    

[ YR ]
.
.
.
.

"Aku hanya takut" ucap Seulgi sambil menatap kosong es batu yang berputar di dalam gelas yang Ia pegang.

"Hmm?"

Seulgi mengangkat kepalanya melihat Hyojung yang kini menatap Seulgi tidak mengerti.

"Jangan berpura - pura, kau sangat paham maksudku!"

Seulgi kemudian menaruh gelasnya lalu berjalan menuju sofa panjang di depan TV diikuti Hyojung yang memilih duduk di sofa yang lebih kecil di sebelahnya.

"Kau tahu aku tidak pintar menjaga sesuatu. Apa yang aku pegang erat kadang justru menghilang tanpa aku sempat berjaga - jaga." jelas Seulgi.

Dan begitu Hyojung melihat Seulgi mengalihkan pandangan ke arah lain, Ia langsung mengerti bahwa Seulgi masih membahas Jimin. Topik itu adalah topik yang mungkin tidak akan pernah dia lepaskan.

Seulgi dan Jimin. Dua kata yang seharusnya tidak lagi diletakkan dalam satu kalimat.

Tapi terus saja terjadi seperti itu dan selalu berhasil membuat hati Hyojung mencelos ketika melihat Seulgi tidak menatapnya seperti saat ini. Karena Hyojung tahu, begitu Seulgi tidak ingin menatapnya, berarti Seulgi sedang menahan sesuatu.

"Seul, kau tidak bisa melindungi semua orang setiap waktu." Ujar Hyojung lembut.

"Seharusnya aku bisa, Hyo! Apalagi dia adalah adikku. Aku bahkan tidak ingin membayangkan rasa sakit yang mungkin saja berkali - kali lipat dari kehilangan Jimin."

Kini Seulgi menoleh dan Hyojung dapat dengan jelas melihat mata itu. Mata yang berkaca - kaca tapi tidak pernah ingin menjatuhkan setitik cairan pun.

Hyojung menghembuskan nafas panjang melihat keadaan Seulgi saat ini. Hyojung mengira bahwa ketika Eunae ditangkap beberapa hari yang lalu, masalah akan selesai. Ternyata justru semakin besar bagi Seulgi.

"Jimin pergi hanya beberapa jam setelah aku mengobrol dan tertawa bersamanya. Aku takut itu terjadi pada Yeri juga. Aku tidak bisa menggenggam apapun lagi karena semua yang aku genggam erat selalu hilang dariku."

Seulgi yang tidak ingin Hyojung menatapnya lebih lama akhirnya hanya menunduk kemudian memijat pelipisnya.

"Tapi mereka tidak pernah berpikir untuk menyalahkanmu." ujar Hyojung pelan.

Hyojung menyerah. Ia benar - benar tidak tahu lagi bagaimana cara mengubah pola berpikir Seulgi. Terlalu banyak luka yang Seulgi rasakan saat ini dan Hyojung merasa gagal karena tidak bisa membantu Seulgi menyembuhkannya.

"Aku tahu." jawab Seulgi singkat dan membuat keadaan kembali hening. 

Bahkan suara detik jam pun dapat mereka dengar.

"Aku akan memberikanmu waktu untuk sendiri. Aku pulang."

"Mm, hati - hati."

Setelah menepuk pundak Seulgi dari belakang sofa, Hyojung kemudian melangkahkan kakinya keluar dari rumah besar itu.

Beberapa saat kemudian setelah merasa lelah bersembunyi, Yeri mumutuskan untuk berdiri dan kembali ke kamarnya.

Namun entah kenapa rasanya begitu berat.

Seperti dikendalikan, tubuhnya pun berputar dan kakinya melangkah menuruni tangga.

Tepat ketika Yeri berada di anak tangga paling bawah, Seulgi berdiri hendak menuju ke kamarnya. Ketika berbalik, mata mereka bertemu dengan ekspresi yang sangat berbeda.

Red Velvet Fraternity 2 : YERI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang