[ YR ]
.
.
.
.Yeri terdiam di kamarnya. Sesuatu terus mengusik pikirannya dan otaknya selalu mengingat percakapannya dengan Irene kemarin.
"Apa kau yakin kak?" Yeri menatap Irene dengan sangat bingung namun juga terkejut.
"Mmm. Aku ingat sekali kejadian itu dan tidak akan pernah bisa melupakannya."
Yeri sedikit frustasi. Semua yang terjadi sungguh diluar bayangannya.
"Kau benar - benar yakin tidak ada campur tangan anak laki - laki seusiaku dalam kejadian itu? Maksudku, sungguh tidak ada anak laki - laki yang melukaiku saat itu?"
Irene melihat keatas dengan tatapan menerawang lalu kembali ke mata Yeri sambil menggeleng.
"Benar - benar tidak ada. Hanya saja sepertinya pelaku itu juga menabrak anak lain. Seorang laki - laki dan perempuan yang berboncengan."
"Apa?"
Irene dengan mata bulatnya tanpa penasaran dengan ekspresi yang ditunjukkan Yeri saat ini, terus melanjutkan ceritanya.
"Saat itu ada dua kerumunan setelah pelaku menabrakmu. Beberapa orang berada di sekitarmu setelah kau jatuh, dan aku melihat beberapa orang juga berkumpul tidak jauh darimu."
"Satu pertanyaan lagi kak. Apakah kak Irene pernah memarahi anak laki - laki saat aku koma? Apa kak Irene bahkan pernah menemui seorang anak laki - laki setelah aku kecelakaan?"
Irene tertawa getir. Lalu mengacak rambut Yeri.
"Tentu tidak. Aku menghabiskan waktuku berada di ruanganmu. Menunggu kau sadar. Justru kau yang menemui seorang laki - laki begitu kau terbangun."
Yeri memiringkan kepalanya. Teringat dengan khayalan yang Ia kira adalah mimpi.
"Dari kejauhan aku melihatmu sedikit berbincang dengan anak lelaki yang sepertinya seusiamu. Kau memberikan sesuatu padanya saat itu, apa yang kau berikan?"
Tatapan Yeri mendadak kosong dan Ia tidak lagi menanggapi Irene. Yeri hanya menggeleng dan terus menatap lurus kedepan.
"Tunggu. Ini salah."
Yeri mencengkeram selimutnya erat - erat.
Baru menyadari bahwa perkiraan Jaehyun sepenuhnya salah.
Yeri selalu benci hal seperti ini. Ketika sesuatu sudah Ia terima, ternyata apa yang sudah Ia relakan adalah hal yang sia - sia dan masalah lain kembali muncul. Sebuah kesalahan yang mungkin tidak bisa Ia selesaikan karena pihak kedua tidak berada di dekatnya lagi.
Yeri menatap jam digital yang menampilkan angka 17.17 dan berarti hari sudah hampir petang.
Mungkin kini Ia terlihat bodoh dengan mengikuti orang - orang yang mengatakan bahwa permohonanmu bisa terkabul ketika diucapkan saat jam dan menit menunjukkan angka yang sama.
Tapi Yeri tidak peduli. Ia begitu berharap bahwa Jaehyun berada di dekatnya agar Ia bisa menanyakan namun juga menjelaskan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet Fraternity 2 : YERI ✔
FanfictionKim Yerim dan kisah sederhananya di masa SMA. Sederhana untuknya namun terlalu menyakitkan untuk kakak - kakaknya melihat Yerim menderita dengan penyakit yang bersarang di tubuhnya sejak kecil. Yerim yang tidak tahu apa - apa perlahan melihat setit...