[ YR ]
.
.
.
."Kau tahu mendengarkan pembicaraan orang lain itu tidak sopan, bukan?"
Kini Yeri terduduk di pinggir kasur kamar Wendy dengan kepala menunduk dalam.
Namun setidaknya Yeri bersyukur dan berterima kasih kepada kakaknya ini karena membawa Yeri ke kamarnya, bukan menarik Yeri ke depan Joy dan Joohyun—atau biasa dipanggin Irene jika dikampus.
"Maaf, kak."
Sejak 10 menit yang lalu Yeri hanya dapat menjawab ceramahan Wendy dengan kata maafnya. Karena Yeri pun tahu bahwa dia sudah melakukan kesalahan.
"Apakah kami tidak pernah memberitahumu tentang kesopanan?"
Wendy saat sedang serius memang mengerikan.
Yeri mengakui Wendy adalah yang paling tenang dan hangat di antara semua kakaknya. Irene juga berkepribadian tenang dan tidak mudah panik, namun menurut Yeri, Irene justru terlihat dingin dengan kepribadiannya itu.
Tapi tetap saja, orang seperti Wendy yang sangat hangat akan terlihat mengerikan begitu dia marah atau kecewa.
"Tapi, kak Wen.." akhirnya Yeri memberanikan dirinya untuk keluar dari kemarahan Wendy.
Walaupun Yeri tahu mungkin dengan membahas ini akan membuatnya semakin dalam 'bahaya', tapi Yeri merasa dirinya akan sangat menyesal jika tidak menyinggungnya.
Melihat Wendy hanya diam menatapnya dengan alis yang masih tertaut emosi, Yeri memantapkan diri untuk melanjutkan.
"Memangnya aku pernah tidak sadarkan diri selama setengah tahun?" tanya Yeri tanpa ragu menatap kakaknya yang sedang menyilangkan tangan di dada di hadapannya.
Yeri menyadari perubahan ekspresi Wendy yang sepertinya tidak menduga Ia akan menanyakan hal seperti itu. Namun Wendy langsung mencoba menormalkan kembali ekspresinya.
Jadi benar.
"Kim Yerim, jangan terbiasa mengalihkan pembicaraan!"
Kak Wendy juga tidak menjawab.
"Jadi itu benar." gumam Yeri namun Wendy masih mendengarnya.
Wendy ingin sekali menanggapi itu.
Menyanggahnya.
Tapi tidak Ia lakukan.
Karena mungkin menurut Wendy walaupun itu luka bagi seluruh keluarganya, tetap saja seharusnya Yeri tahu.
≈ Ÿ₹ ≈
Sudah satu minggu sejak hari itu. Satu minggu ini juga Yeri menghindari Jaehyun, begitu juga sebaliknya.
Rasa takut Yeri tidak main - main. Mungkin pikirannya mengenai Jaehyun memang tidak ada yang masuk akal, namun ketakutan Yeri nyata. Ia takut memiliki hubungan dengan orang yang salah atau biasa kita menyebutnya orang jahat.
Yeri juga belum membahas dengan Joy tentang hari ketika dia kambuh. Walaupun Joy mengatakan padanya akan membicarakan hal itu dirumah, namun sampai detik ini Joy justru terlihat mendiamkan Yeri.
Hanya saja Yeri tidak tahu bahwa Joy memperhatikannya dari kejauhan. Tetap tidak ingin adiknya terluka—lagi.
Banyak hal terjadi dalam satu minggu.
Wendy yang semakin sering meninggalkan rumah, Seulgi juga.
Yeri juga mendengar desas - desus bahwa 6 hari yang lalu Jimin bertengkar dengan temannya yang bernama Joshua. Yeri mengenal Jimin karena laki - laki itu merupakan sahabat kakaknya, Seulgi, sejak kecil. Maka dari itu Yeri sedikit terkejut mendengarnya sebab yang Yeri tahu Jimin adalah orang yang paling hebat dalam menahan amarahnya walaupun dipancing seperti apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet Fraternity 2 : YERI ✔
Fiksi PenggemarKim Yerim dan kisah sederhananya di masa SMA. Sederhana untuknya namun terlalu menyakitkan untuk kakak - kakaknya melihat Yerim menderita dengan penyakit yang bersarang di tubuhnya sejak kecil. Yerim yang tidak tahu apa - apa perlahan melihat setit...