[ YR ]
.
.
.
.Seulgi berlari di sepanjang lorong rumah sakit yang dingin dan mencekam dengan segala pikiran buruk memenuhi otaknya.
Seulgi langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas 100km/jam ketika di telefon tadi Hyojung mengatakan bahwa Yeri berada di rumah sakit saat ini.
Dari kejauhan, mata Seulgi menangkap seorang Wendy sedang duduk di bangku tunggu depan ruang UGD dengan mata tertutup dan kepala menyandar pada tembok di belakangnya, serta Hyojung duduk disisi Wendy.
Ketika merasakan seseorang mendekat, Wendy membuka matanya dan menatap Seulgi yang juga menatapnya. Keduanya sama - sama menyiratkan penyesalan.
"Maaf, aku..—"
"Aku lupa bahwa kau belum bisa mengendarai mobil, maafkan aku." ujar Seulgi yang kemudian menunduk mengingat beberapa jam yang lalu Ia menyuruh Wendy yang notabenenya belum mempelajari bagaimana mengendarai mobil untuk menjemput Yeri.
"Aku juga tidak melihat pesan yang kau kirim, maaf lagi." kepala Seulgi menunduk semakin dalam karena Ia baru menyadari bahwa ada pesan masuk ketika Ia selesai menerima telefon Hyojung tadi.
"Aku berbohong pada Yeri dengan mengatakan kau akan datang pukul 17.30. Aku juga salah. Maaf." Wendy pun berdiri dan mendekati Seulgi.
Wendy kemudian memeluk Seulgi dan menepuk punggungnya yang sedikit bergetar menahan tangis. Tentu saja Wendy tahu itu. Akhir - akhir ini memang begitu berat bagi Seulgi dan Wendy melihatnya.
Tidak lama setelah itu Seulgi benar - benar terisak. Wendy merasakan bajunya yang diremas oleh kedua tangan Seulgi dan Ia juga merasakan bahwa Seulgi semakin membenamkan wajahnya di bahu Wendy.
Hyojung hanya berdiri sambil menatap sendu sahabat terbaiknya itu. Seulgi terlihat begitu rapuh dengan semua kehilangannya. Namun Hyojung ingin memberi waktu mereka berdua karena mereka adalah keluarga, sehingga Hyojung kembali duduk, menyangga sikunya di kedua lutut.
Tidak lama setelah itu kedua orangtuanya datang bersama dengan Irene dan Joy yang berada di belakangnya.
Keempatnya langsung berhenti dan terdiam melihat Seulgi yang masih terisak di pelukan Wendy.
Mungkin hari ini akan menjadi hari yang cukup panjang.
≈ Ÿ₹ ≈
"Maafkan saya. Saya seharusnya mencegah Yeri untuk berlari ke halte." Jaehyun membungkukan badannya sampai 90 derajat di depan kedua orang tua Yeri dan keempat kakaknya.
Sebenarnya Jaehyun memang sedari tadi menemani Yeri sampai ikut masuk ke mobil yang Hyojung kendarai karena Hyojung pun menawari Jaehyun, hanya saja ketika kakak - kakak dan kedua orang tua Yeri datang Jaehyun sedang berada di bilik toilet, berusaha keras untuk menahan rintihannya. Sampai kini Yeri sudah dipindahkan di ruang rawat biasa, Jaehyun baru bisa datang dan menghadap keluarga Yeri.
Jaehyun pun bersyukur dia tidak ikut pingsan seperti Yeri walaupun rasanya begitu menyengat. Memang tidak sampai pingsan, namun kini keringat dingin mengucur di seluruh dahinya dengan bibir yang sudah memutih, pucat.
"Saya dengar dari Hyojung kalau kau menemaninya ketika Yeri kesakitan, terima kasih." ujar ibu Yeri yang kini memegang kedua bahu Jaehyun, berniat menegakkan kembali tubuh Jaehyun.
Jaehyun menatap ibu Yeri dengan tatapan begitu berterima kasih karena tidak menyalahkannya, namun juga tersirat perasaan bersalah mengingat dia tidak begitu berusaha banyak menolong Yeri yang kesakitan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet Fraternity 2 : YERI ✔
Fiksi PenggemarKim Yerim dan kisah sederhananya di masa SMA. Sederhana untuknya namun terlalu menyakitkan untuk kakak - kakaknya melihat Yerim menderita dengan penyakit yang bersarang di tubuhnya sejak kecil. Yerim yang tidak tahu apa - apa perlahan melihat setit...