Now I'm Even Too Invulnerable To Feel Pain

817 108 25
                                    

[ YR ]
.
.
.
.

Pukul 18.00

Wendy berdiri dengan cepat dari sofa panjang ruang keluarga melihat sebuah acara berita tepat setelah Ia menyalakan TV. Wajahnya begitu terkejut dengan mata terus fokus pada layar berukuran 55 inchi itu.

"Seul." panggil Wendy tanpa nada dan begitu hampa.

"Hmm?"

Seulgi yang berada di bangku tinggi minibar hanya menjawab Wendy dengan gumaman, tidak ingin mengalihkan matanya dari ponsel sedetikpun.

Mendengar jawaban Seulgi yang sepertinya sangat tidak tertarik dengan apapun yang akan Wendy katakan, membuat Wendy menoleh ke arah Seulgi yang kini memunggunginya dengan alis tertaut emosi namun juga menunjukkan raut terkejut.

"KANG SEULGI!!" teriak Wendy akhirnya berhasil mengalihkan fokus Seulgi.

Seulgi pun juga merasa ada hal serius begitu mendengar Wendy yang merupakan orang kedua paling tenang di keluarga itu berteriak dengan suaranya yang tidak main - main.

Begitu Seulgi menoleh, Ia mendapati Wendy menunjuk pada layar yang akhirnya juga membuat Seulgi mematung terkejut.

Tidak lama kemudian ponsel Seulgi bergetar dan menampilkan tulisan 'Kak Joohyun' disana. Dengan cepat Seulgi menggeser lingkaran hijau yang terpampang di bawahnya lalu menempelkan benda persegi panjang itu di telinganya sambil berdiri, berjalan menuju ke arah Wendy.

"Kak..-"

"Jangan biarkan Yeri melihat TV atau media sosial atau apapun itu!!"

Teriak Irene dari seberang sana.

"Kak, Yeri tidak ada dirumah."

"Apa?! Ini sudah petang. Apa yang kalian lakukan dirumah?! Kalian tidak menjaganya?!"

Seulgi menutup matanya mendengar ocehan Irene. Ini pertama kalinya mendegar Irene semarah itu setelah kejadian Yeri bertahun - tahun yang lalu.

"Dia bilang ingin menemui..-"

"Saat ini aku sedang tidak ingin mendengar alasan! Aku akan pulang sekarang. Kalian jemput Yeri!!"

Dan dengan itu Irene memutus sambungan secara sepihak. Seulgi menatap Wendy yang mengangguk dan akan bersiap - siap untuk menjemput Yeri di tempat yang tadi sempat Yeri sebutkan.

Namun begitu berbalik hendak menuju ke tangga, Wendy dan Seulgi terdiam melihat Joy yang kini membeku di depan pintu kamarnya.

"Apa itu... benar?" jelas sekali suara Joy bergetar namun Ia berusaha menyembunyikannya.

Wendy berbalik dan dengan berbisik, menyuruh Seulgi untuk bersiap - siap dan meminta tolong Seulgi untuk mengambilkan jaketnya. Kemudian setelah itu Ia mendekati Joy dan memeluknya. Tanpa mengatakan apapun, Ia menepuk punggung Joy.

Tapi Joy tahu, bahwa mulai hari ini hari - harinya tidak akan sama lagi.

≈ Ÿ₹ ≈

Red Velvet Fraternity 2 : YERI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang