I Didn't Want To, But In The End I Did It

1.1K 139 4
                                    

[ YR ]
.
.
.
.

Yeri membuka matanya yang entah kenapa terasa begitu berat. Ketika mata Yeri terbuka sepenuhnya, Ia bisa melihat ruangan yang didominasi warna putih dengan Joy duduk di kursi sebelah kanan ranjangnya, Irene duduk di tepi ranjang dekat dengan Joy, dan Seulgi serta Wendy yang berdiri di sebelah kiri ranjangnya.

Yeri baru saja ingin mendudukkan tubuhnya namun Joy mendorong dahi Yeri dengan jari telunjuk sehingga Ia kembali terbaring.

"Aku bilang apa tentang kegiatan di sekolah?" ujar Seulgi terdengar dingin.

Oh ayolah, aku baru saja bangun.

"Ayah? Ibu?" tanya Yeri tidak menggubris Seulgi dan ingin cepat mengalihkan pembicaraan.

"Kembali ke pekerjaan masing - masing. Mereka memiliki klien." jawab Wendy seadanya, tidak ingin melebih - lebihkan.

Orang tua dari kelima bersaudara itu memang tergolong pekerja yang sibuk. Tapi walaupun sangat sibuk, mereka berlima tidak pernah menyalahkan orang tua mereka karena orang tua mereka pun melakukan itu agar mereka berlima bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Yeri memandang ke sekeliling. Ada sesuatu yang mengganjal dan sangat ingin Ia tanyakan kepada kakak - kakaknya namun Ia begitu takut, entah kenapa.

"Jaehyun?"

Akhirnya Yeri menanyakannya namun tetap tidak berani menatap wajah kakak - kakaknya.

"Dia pulang, terlihat tidak sehat kemarin," jawab Joy pelan dan biasa saja. Tidak menunjukkan nada yang terdengar tidak suka.

Tentu saja hal itu justru membuat Yeri bingung. Bukankah Joy yang menyuruh dia untuk tidak terlalu dekat dengan laki - laki itu.

"Apa dia baik - baik saja?"

"Ini bukan waktumu untuk mencemaskan orang lain. Kau kini berbaring di ranjang rumah sakit, Kim Yerim!" sahut Seulgi cepat dengan nada sedikit serak dan mata bengkaknya.

Yeri terdiam sejenak menatap kakaknya itu. Kemudian Ia menunduk sambil menghembuskan nafas panjang.

"Aku juga sebenarnya tidak ingin berbaring disini." jawab Yeri disusul oleh senyum konyolnya.

Namun sepertinya kekhawatiran Seulgi dan Joy sedang tidak ingin diajak bercanda sehingga mereka berdua menyentak dengan wajah tidak santai mereka.

"HEY! KIM YERIM!"

"Sudahlah, ini rumah sakit. Jangan berteriak." ujar Irene mengusap puncak kepala Joy dan menatap Seulgi lembut berusaha menenangkan keduanya.

Yeri yang melihat hal itu diam - diam tersenyum. Akhir - akhir ini begitu sulit untuk berkumpul berlima seperti sekarang karena jadwal masing - masing yang mulai padat. Yeri sedikit bersyukur dengan 'kecelakaan' kemarin sore karena dengan begitu akhirnya Ia kembali merasakan kehangatan dari kakak - kakaknya.

"Kau sudah merasa lebih baik?" tanya Wendy sambil mendekat kemudian mengusap kepala Yeri pelan.

Yeri mengangguk semangat, berharap dengan begitu Ia dapat diizinkan pulang oleh keempat kakaknya.

Beberapa jam berlalu, Yeri menatap sekelilingnya. Mulai dari Irene yang terlihat sedang menemani Joy makan siang, Wendy yang berdiri di tepi balkon ruang rawatnya. Yeri dapat melihat Wendy karena pintu balkon berbahan kaca cukup lebar. Di akhir, mata Yeri berhenti pada Seulgi yang sedang memainkan ponsel di sofa ruang rawat Yeri dengan earbud terselip di kedua lubang telinganya.

Entah kenapa Yeri merasa Seulgi menghindarinya sedari Ia sadar tadi pagi.

Oh ayolah, jangan lagi.

Red Velvet Fraternity 2 : YERI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang