Stuck In Each Other's Minds

827 114 16
                                    

[ YR ]
.
.
.
.

Sekarang sudah memasuki tengah malam dan Yeri masih terduduk di sofa panjang ruang keluarga dengan TV menyala yang tidak Ia hiraukan. Matanya melihat lurus kedepan dengan tatapan kosongnya.

"Kau bilang tidak ada pilihan lain selain mengikutiku. Kenapa? Kenapa tidak ada pilihan lain? Kenapa kau harus mengikutiku?"

Tidak ada yang Ia pikirkan selain perkataan Jaehyun tadi siang.

Mungkin memang hanya sederet kalimat dengan beberapa tanda tanya bagi orang lain. Tapi bagi Yeri entah kenapa perkataan itu juga menimbulkan impact yang cukup besar bagi hati dan pikirannya.

Benar. Kenapa aku merasa tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti dia? Kenapa aku sangat ingin bersamanya?

Batin Yeri tidak mengerti dengan semuanya.

Ini adalah pertama kalinya Yeri merasakan hal - hal yang tidak Ia mengerti. Bahkan ketika SMP Yeri tidak pernah goyah walaupun mungkin sudah lebih dari 10 laki - laki menyatakan perasaan padanya.

Tapi ini berbeda. Jaehyun dan dirinya bahkan tidak dalam hubungan pertemanan yang bisa dikatakan 'baik'. Awal mula perkenalan mereka pun hanya dipenuhi dengan cekcok. Tapi entah kenapa kali ini Yeri merasa begitu bimbang dan digoyahkan.

Yeri tidak suka.

Yeri sangat tidak senang ketika ada sesuatu atau seseorang yang membuat dirinya sendiri meragukan pendiriannya.

"Kim Yerim?" sebuah suara dari arah tangga yang berada di belakangnya membuat Yeri menoleh.

Yeri langsung menunjukkan deretan gigi - giginya ketika melihat Wendy menuruni tangga sambil mengeratkan jaket yang dikenakan.

Wendy sekilas menoleh ke arah jam dinding diatas pintu utama.

11.57 pm

"Kau! Sudah kuperingatkan berapa kali? Jangan..—"

"Maaf kak, aku benar - benar tidak bisa tidur." ujar Yeri masih memutar lehernya agar bisa menatap Wendy.

Mendengar nada bicara Yeri yang tidak ceria seperti biasanya, Wendy akhirnya menahan diri agar tidak memarahi Yeri lalu memutuskan untuk membuat 2 gelas susu hangat.

Setelah meletakkann 2 mug itu di meja kaca di hadapan Yeri, Wendy kemudian duduk di sebelah Yeri lalu menarik bahu Yeri agar bersandar di bahunya.

Dan Yeri menurut saja. Jujur saja Yeri memang begitu lelah dengan semua tugas dan kegiatan sekolah ditambah lagi pikiran - pikiran yang membuat kondisi tubuhnya semakin dibawah standar normal.

Tapi Yeri selalu menanamkan dalam dirinya bahwa Ia harus sebisa mungkin untuk tidak mengeluh dan menjalaninya dengan niat, bukan dengan paksaan.

"Bukankah kau biasanya pergi ke kamar yang lain ketika tidak bisa tidur?" Tanya Wendy menepuk pelan lengan Yeri beberapa kali.

"Kali ini aku tidak mimpi buruk, Kak. Hanya saja..—"

Keadaan menjadi hening sesaat. Wendy juga tidak ingin memaksa Yeri. Ia dan semua kakak Yeri memang ingin Yeri terbuka dengan sendirinya, bukan dengan dorongan kakak - kakaknya.

Yeri tahu sebenarnya Wendy juga menunggu dirinya melanjutkan. Yeri ragu. Benar - benar ragu. Tapi mengingat kakak - kakaknya selalu mengerti, akhirnya Yeri melanjutkan.

"Hanya saja banyak hal yang menggoyahkan presepsiku akhir - akhir ini." lanjut Yeri.

Wendy tersenyum lega tanpa bisa Yeri lihat.

Red Velvet Fraternity 2 : YERI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang