I Just ... I Don't Know. I Think This Is Time To End

1K 113 33
                                    

[ YR ]
.
.
.
.

Hampir delapan bulan berlalu dan kini disisi Irene, Seulgi membalikkan tubuhnya tidak ingin melihat pemandangan menyakitkan di hadapannya.

Seseorang yang terduduk di atas ranjang bersprei putih di ruangan yang mungkin sudah tidak asing baginya, merasa tenang karena Ia pikir semua sudah selesai, tengah memegang sebuah lembaran kertas dengan tangan bergetar. Tak hindar, matanya juga ikut memanas menahan sesuatu yang memaksa untuk dikeluarkan.

Tidak lama setelah itu tangannya relfek meremas kertas itu lalu memukul - mukul dadanya pelan sambil akhirnya membiarkan cairan keluar dari sudut matanya.

Irene tidak kuat.

Ia tidak tahan.

Maka dari itu Irene mendekati pasien tersebut dan memeluknya erat - erat. Tentu saja tanpa setetespun air mata seperti biasanya.

Gadis yang biasa disebut dengan Yeri itu menangis tersedu dan membuang lembar kertas yang tadi Ia genggam dengan tangan kanannya. Meremas blouse Irene sampai tercetak lekukan - lekukan kusut disana.

Yeri yang berharap bahwa semua hanya mimpi buruk, Yeri yang menginginkan untuk kembali ke masa lalu, Yeri yang merasa lelah ditinggalkan dan merasa terluka tidak ada habisnya, harus lagi - lagi menangis dan menangis.

Yeri kini bahkan tidak tahu harus merasakan apa. Hatinya sudah tidak berbentuk.

Mendengarkan dari mulut kakaknya sendiri seminggu setelah Ia merasakan lega karena akhirnya kembali membuka mata, bahwa berita itu tidak bohong dan menyadari bahwa Ia bahkan tidak bisa melihat wajah orang yang melahirkan dan merawatnya sebelum mereka dikuburkan.

Jika diibaratkan, mungkin hati Yeri sekarang sudah menjadi hitam layaknya paru - paru seorang perokok. Asap luka terus saja menginfeksi perasaannya yang kini sudah tidak berfungsi dengan baik.

Dan dengan segala kesakitan itu, Yeri mulai sadar akan fakta lainnya.

"Kenapa aku tidak sakit setelah menangis seperti ini? Kenapa aku tidak sakit lagi dan sekarat lagi saja sehingga bisa mengikuti ayah dan ibu?!"

Lagi, Wendy maju dan menyerahkan selembar map coklat yang biasa orang gunakan untuk melamar pekerjaan. Yeri berpikir mungkin setelah ini Ia akan menggunakan map itu untuk melamarkan dirinya menuju surga.

"Kak, aku mohon. Apa lagi ini? Mau seberapa banyak kalian menghancurkan aku?!"

Wendy mulai menitikkan air matanya. Tidak kuat dengan semua yang Ia saksikan tepat di depan matanya.

Masih dengan posisi Irene yang memeluknya erat, Yeri membuka map itu dan mengeluarkan beberapa lembar kertas di dalamnya lalu membacanya.

Membolak balik tiga lembar kertas itu untuk membaca ulang sesuatu yang tidak begitu Ia mengerti. Dan setelah Yeri paham, Ia menutup matanya dan menghembuskan nafas dengan keras. Merasa marah namun juga penyesalan memenuhi hatinya.

Perlahan serta dengan keraguan, Yeri menoleh ke arah Joy yang telah menunduk sejak awal.

"Apa ini maksudnya, Jaehyun mendonorkan jantungnya? Untukku?"

Red Velvet Fraternity 2 : YERI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang