[ YR ]
.
.
.
.Hari ini Yeri terus memperhatikan Joy. Melihatnya, Yeri 100% yakin bahwa Joy menghindarinya.
Yeri sudah berkali-kali mencoba memulai pembicaraan - pembicaraan kecil dengan Joy seperti bagaimana tidurnya tadi malam, apa yang dia lakukan di sekolah kemarin, apakah terjadi sesuatu. Tapi Joy selalu menjawabnya dengan ya atau tidak, lalu pembicaraan selesai.
Jika bicara jujur, bukankah Yeri seharusnya senang karena apa yang dia inginkan selama ini akhirnya terwujud?
Bebas tanpa merasa diawasi sepenuhnya oleh kakak - kakak yang selalu melarangnya melakukan ini dan itu.
Tapi entah kenapa dalam hati Yeri yang paling dalam, Ia sedikit menyesal telah mengharapkan hal seperti itu. Dan ketika semua terkabul, Yeri malah merasa telah kehilangan sesuatu. Rasanya begitu kosong dan hampa.
Bahkan semenjak hari itu Joy yang biasanya memaksa untuk duduk di sebelah Yeri ketika di bus, memilih untuk duduk di bangku paling belakang bus yang mana begitu jauh dari tempat Yeri. Seperti pagi ini.
Sesekali Yeri menoleh ke belakang dan mendapati Joy tengah menatap keluar jendela dengan earphone melekat di telinganya.
Ia duduk sendiri. Yeri pun begitu.
Bahkan Seulgi dan Wendy duduk di belakangnya karena mereka juga sudah memiliki teman mereka masing - masing.
Ah sudahlah.
Lalu Yeri turun dengan langkah sedikit berat.
Ketika turun dari bus pun Joy berjalan mendahului Yeri dan meninggalkannya di belakang.
"Kalian ada masalah?" tanya Seulgi dengan mata yang sedikit bengkak.
Kak Seulgi menangis.
"Tidak ada. Mungkin Joy sedang terburu - buru." jawab Yeri tidak ingin kakak - kakaknya menjadi cemas.
Yeri melihat mereka sepertinya juga memikirkan sesuatu yang lain tapi tetap harus memperhatikan Yeri.
Yeri jadi merasa bersalah kalau begini.
Melihat Seulgi mengangguk mengerti, Yeri menghembuskan nafasnya agak berat.
"Aku dengar kau dekat dengan laki - laki?" tanya Wendy yang berjalan mendekat ke arah Yeri.
"Bukankah itu normal?" tanya Hoseok polos membuat Yeri hampir tertawa jika suara Wendy tidak segera menyahut.
"Kau tahu bukan itu maksudku, Hobie!"
Yeri mengurungkan tawanya mendengar nada serius yang keluar dari mulut Wendy.
"Lucas dan Mark? Tentu aku dek..—"
"Bukan mereka, Yer."
Yeri bungkam. Ia merasa sedang disudutkan oleh Wendy. Lagipula kakaknya itu sepertinya salah paham. Mana mungkin dia dekat dengan Jaehyun sedangkan laki - laki itu selalu berbicara pedas padanya.
"Namanya Jaehyun. Bong Jaehyun, kak."
Yeri melotot dan mengalihkan kepalanya pada sumber suara.
Tzuyu.
Dasar gila!
Tzuyu mengendikkan kedua bahunya pura - pura polos.
"Ah, dia yang memukul bola itu. Dia terlihat cukup baik." sahut Seulgi dan disanggah Wendy.
"Jangan terlalu percaya pada orang baru, Yer."
Seulgi menoleh cepat. Yeri tahu Seulgi sedikit tersinggung dengan ucapan Wendy karena terdengar seperti Seulgi salah menilai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet Fraternity 2 : YERI ✔
Fiksi PenggemarKim Yerim dan kisah sederhananya di masa SMA. Sederhana untuknya namun terlalu menyakitkan untuk kakak - kakaknya melihat Yerim menderita dengan penyakit yang bersarang di tubuhnya sejak kecil. Yerim yang tidak tahu apa - apa perlahan melihat setit...