My Feelings Are Mine. Not Always As Simple As What People Conclude

791 103 17
                                    

[ YR ]
.
.
.
.

4 hari berlalu dan belum ada perubahan berarti pada diri Yeri.

Semenjak pembicaraannya dengan Jaehyun, Yeri sadar bahwa tidak ada jalan penyelesaian yang baik dan tidak menyakitkan.

Pada akhirnya mereka berdua tetap memilih untuk menganggap bahwa semua sudah selesai serta tidak pernah terjadi apapun diantara mereka tanpa ingin tahu seberapa besar luka yang didapat satu sama lain.

Yeri pun sudah meneguhkan dirinya sehingga Ia bahkan tidak ingin bertemu Jaehyun ketika meninggalkan negara ini dua hari yang lalu.

Yeri selalu mengatakan 'sekarang aku sudah terbiasa tanpa dia'. Tapi daripada Yeri sendiri, yang lain lebih tahu bahwa Yeri tidak setegar itu.

Irene yang saat ini merupakan orang tertua di rumahnya juga merasa menyesal karena tidak bisa menghindari kesibukan kuliahnya dan menemani Yeri.

Lagi, Irene merasa gagal menjadi seorang kakak.

Untuk itu dihari sabtu yang bebas dan tidak ada agenda sama sekali ini, Irene berusaha meluangkan waktunya untuk lebih memahami dan menelusuri yang Yeri rasakan saat ini.

Dengan sebuah film action ditemani semangkuk besar popcorn manis, Irene, Seulgi, Wendy, dan Joy duduk saling berdekatan dengan Yeri.

"Kak, aku baik - baik saja. Sungguh." rengek Yeri melihat keempat kakaknya duduk di sekitarnya, fokus menonton 'The Avengers : End Game' di depan mereka.

"Kami tahu. Kami hanya ingin menonton bersamamu. Apa salah?" sahut Joy yang selalu frontal, membuat Yeri bungkam.

Ketika musuh besar berwarna ungu dengan dagu seperti buah kesemek disebut Thanos sedang melawan tiga anggota terkuat Avengers, mendadak layar berubah menjadi hitam.

Semua terdiam mencerna. Berpikir mungkin ini bagian dari film. Tapi merasa aneh ketika hampir 2 menit hanya hitamlah yang terpampang di layar.

Joy, Wendy, dan Seulgi secara tidak sengaja menoleh dan mendapati Yeri sedang memegang remote TV dengan ekspresi datar.

"HEY!" teriak ketiganya serempak dengan wajah kesal namun malah wajah tanpa ekspresi yang ditunjukkan oleh Yeri.

Justru inilah yang membuat mereka khawatir. Yeri yang sekarang jarang sekali berekspresi padahal dulu akan ada 1000 ekspresi di wajahnya.

Oke, itu hanya kiasan. Tidak mungkin Yeri memiliki seribu ekspresi.

"Kim Yerim." berbeda dengan yang lain, Irene selalu bisa menjadi yang paling tenang dan paling lembut.

Yeri terdiam. Tidak memiliki keinginan untuk menjawab.

Ia merasa ingin sendiri, tapi Ia tidak ingin ditinggalkan. Benar - benar egois.

Tapi Irene paham. Irene selalu mengerti.

"Baiklah, kami belum pernah menanyakan hal ini karena mungkin kau berpikir..—"

"Kenapa semua orang menyimpulkan sendiri apa yang kurasakan dan kupikirkan? Selalu."

Semuanya terdiam. Bukan karena tidak berani menjawab, hanya saja dengan kalimat itu mereka sadar bahwa apa yang dikatakan Yeri benar.

Memutar kembali memori, mereka ingat ketika selalu memutuskan apa yang Yeri pikirkan juga rasakan tanpa bertanya langsung kepada sang pemilik. Yeri pun tidak pernah mengeluh. Sebab itu mereka selalu merasa benar dengan kesimpulan masing - masing menyangkut apa yang Yeri rasakan sebenarnya.

Red Velvet Fraternity 2 : YERI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang