7. Kemarahan Marvis

11K 419 6
                                    

Jangan lupa untuk memberikan vote dan commet 😘


Terbangun keesokan harinya, wanita itu menatap langit langit kamarnya. Benar ini bukan rumah kontrakannya, pantas saja dia menatap asing sekelilingnya. Kamar yang sangat besar berbeda dari kamar kontraknya.

Wanita itu turun dari tempat tidurnya, kakinya menyentuh lantai kamar yang sangat dingin, karena pendingin ruangan itu menyala semalaman. Hal yang tak biasa baginya, di kontrakan Amala hanya memakai kipas angin listrik bekas yang dia beli dari pasar loak.

Beranjak untuk berendam di bathtub, wanita itu seakan tak ingin menyia-nyakan semua fasilitas di kamarnya. Kapan lagi dia punya kamar seperti hotel bintang lima ?.

Setelah puas dengan berendam wanita itu memakai jubah mandi dan berjalan ke arah walk in closet. Dia membuka lemari besar itu dan taraaa semua baju dengan merek terkenal, tas dan sepatu.

Ini semua ?.

Wanita itu tercengang tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Dia masuk dan melihat semua barang-barang itu. Bahkan label price dibaju tersebut semuanya masih menempel.

Satu juta, dua juta ,lima juta hingga yang paling mahal sepuluh juta.

Sepuluh juta hanya untuk satu baju, yang benar saja. Pekiknya.

Amala mengambil satu buah floral dress yang harganya paling murah sekisar satu setengah juta dan juga flatsoes seharga setengah juta.

Ini saja cukup. Batinnya.

"Kenapa Marvis, mamah ingin menemuinya." Ucap wanita paruh baya tersebut.

Dari dalam kamar Amala mendengar suara Marvis berdebat dengan seseorang.

"Tidak sekarang, tunggu dia bangun. Mamah nggak bisa masuk ke kamarnya saat dia masih tidur."

"Liat bentar aja, kayak apa menantu mamah."

Amala keluar untuk melihat dengan siapa suaminya berbicara.

"Itu dia." Ucap nyonya Andrio saat melihat Amala menuruni tangga. "Kamu cantik sekali."

"Terimakasih nyonya ." Amala bisa menebak jika wanita di depannya adalah orangtua Marvis.

"Jangan memanggilku nyonya, kamukan menantuku, panggil aku Mamah." Ucap nyonya Andrio. "Memang kedengaran cukup canggung namun kamu juga akan terbiasa."

"Baiklah mah."

"Bagus, siapa namamu sayang."

Tanya ibunda Marvis.

"Amala." Marvis menjawab dengan begitu cepat .

"Kamu tinggal dimana sebelumnya."

"Dia tinggal diperkampungan yang kecil." Jawab Marvis lagi .

Nyonya Andrio memberikan tatapan sinis pada putranya," Marvis diam ! Aku sedang bertanya pada Amala, bukan kamu, dasar."

Marvis mendengus sebal. "Sarapan, aku butuh sarapan." Marvis mencoba mengalihkan pembicaraan. Tak ingin ibunya tau latar belakang wanita itu.

"Oh iya, mamah sampai lupa. Mamah akan kedapur membuatkan sarapan untuk kalian."

"Saya bantu mah."

"Boleh."

Marvis menyesap kopi buatan istrinya yang masih panas. Duduk dimeja makan sembari melihat istri dan ibunya memasak. Amala yang tidak terlalu fokus terlihat jelas dari matanya.

Yah mungkin wanita itu sedang gugup atau canggung karena ini pertama kalinya dia bertemu dengan ibuku. Batin pria itu.

Wanita itu memotong sayuran kedalam bentuk yang lebih kecil sedangkan nyonya Andrio menyiapkan bumbu untuk menumis.

AMALA Istri Kontrak Sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang