4. Tak Ada Pilihan Lain

14.2K 501 3
                                    

Jangan lupa vote and comment.
Penulis: eista_

Amala menyisir rambutnya didepan cermin, bayangan bersama Marvis tiba tiba muncul dibenaknya. Bibir pria itu begitu lembut saat menyesap bibirnya, tanpa sengaja tangan wanita itu menyentuh bibirnya sendiri.

"Tidak! apa yang aku lakukan? kenapa aku memikirnya?". Wanita itu mengelengkan-gelengkan kepalanya mengusir pria itu dari benaknya.

Dia kembali menatap wajahnya dicermin, wajahnya memang cantik tapi terkesan pucat. Ya itu semua mungkin karena tidak adanya raut kebahagiaan di wajahnya. Dia merasa sendirian dan kesepian. Wanita itu lalu beranjak mengganti pakaiannya dan keluar dari kamar. Hari ini dia akan menemui temannya Liona, sayup sayup dia mendengar omongan tetangganya saat keluar dari rumah.

"Wanita murahan, usir saja dia dari kampung ini."

"Benar buat apa wanita murahan itu tinggal dikampung ini, menyebarkan penyakit saja."

"Takut ihh, sewaktu waktu kalau suami kita digoda."

"Iya bener ih, laporin pak RT aja."

Tangan Amala mengepal, hati dan telinganya memanas. Ingin rasanya dia menghampiri mereka dan menampar mulut mereka satu persatu tapi dia mengurungkan niatnya. Omongan dan gosip yang mereka lontarkan setiap hari sudah menjadi makanan dan kebiasaan bagi wanitu itu. Sakit hati memang iya, tapi dia tak menyakal itu semua karena itulah pekerjaannya.

Wanita itu hanya bisa menutup telinganya rapat-rapat, tak ingin menimbulkan keributan di tempat tinggalnya. Jika saja ibunya masih hidup sekarang, ibunya pasti akan menerima semua keluh kesah yang Amala jalani saat ini namun sekarang dia harus menangung semuanya sendiri .

Sekitar lima belas menit taksi yang membawanya berhenti didepan taman tempat mereka bertemu. Amala segera turun dan membayar ongkos taksi tersebut.

"Terimakasih pak." Ucapnya pada supir taksi itu.

Amala berjalan menuju bangku taman yang ada disana, sembari menunggu Liona wanita itu menyesap rokok yang ada ditangannya.

Dari kejauhan dia melihat temannya turun dari mobil sedan mewah.

"Amala" .Ucap lion menghampiri rekannya. Dia sedikit berlari saat melihat Liona yang hampir jatuh. "Awas . ." Dengan sigap dia melempar rokoknya lalu memegangi tubuh kecil Liona dengan kedua tangan.

"Lu gak sehat ya, sakit ? " tanya Mala khawatir.

"Enggak." Jawab Lion .

"Enggak apa? Ini jelas jelas lu demam, duduk dulu aja." Ajaknya pada wanita itu.

"Udah Mala, aku beneran nggak papa kok." Liona berusaha melepaskan tangan Amala yang terus memegangi kedua pundaknya.

"Beneran nggak papa."

"Iya Mala." Jawab Lion meyakinkan sahabatnya, Amala masih sama seperti dulu selalu perhatian dengan keadaannya.

"Ada perlu apa emang, nggak biasanya ngajak ketemuan."

Lion menceritakan semua masalah yang dia alami selama berumah tangga dengan suaminya (Ada dinovelku yang berjudul DandeLion). Amala merasa iba dengan nasib sahabat. Wanita itu mengurungkan niatnya untuk meminjam uang pada sahabatnya.

Lalu Amala menggenggam kedua tangan Lion mengusapnya perlahan. Sebagai sesama wanita dia merasakan apa yang dirasakan Liona. Suami yang berselingkuh memang sulit untuk dimaafkan, apalagi Amala pernah mengalami hal tersebut.

"Lu yang sabar ya, gue tau ini memang berat. Gue juga pernah ada diposisi lu."

Lion memeluk Amala, Amala pun kembali mengusap punggung lion menenangkan sahabatnya yang sedang terisak.

AMALA Istri Kontrak Sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang