28. Hidup & Mati

1.6K 89 2
                                    

Maaf kalau ada tulisan yang salah dan masih banyak typo.

Setiap orang pasti mempunyai rasa takut akan kehilangan seseorang yang mereka cintai, begitu juga dengan Marvis. Pria itu memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit dimana istrinya dirawat. Lalu lintas yang begitu padat membuat Marvis mengerang frustasi. Pria itu memukul kemudi mobilnya beberapa kali karena mobilnya terjebak diantara pengendara mobil lainnya.

Jika yang dikatakan Janied benar, berarti Amala sedang dalam bahaya sekarang.

Saat lalu lintas mulai renggang pria itu kembali memacu mobilnya. Setengah jam kemudian Marvis tiba dirumah sakit, dengan terburu-buru dia lari menyusuri setiap lorong menuju kamar rawat istrinya.

Didorongnya pintu putih itu dengan sangat kasar hingga terbuka lebar. Tak ada seorang pun disana. Dia lalu berjalan kearah kamar mandi dan mencari istrinya disana, ternyata juga tidak ada.

Salah satu staf rumah sakit menghampirinya. "Pak Marvis, tolong maafkan kelalaian kami. Kami sudah berusaha mencari bu Amala ke setiap sudut rumah sakit namun tidak ada. Sekali lagi maaf pak."

Marvis ingin menyalahkan pihak rumah sakit dan menuntut mereka karena lalai menjaga istrinya, namun dari pada saling menyalahkan lebih baik Marvis fokus untuk mencari istrinya.

"Kapan terakhir kali istriku masih ada dikamar?"

"Waktu makan siang pak. Waktu makan siang bu Amala masih ada itu kesaksian seorang perawat yang mengantar makan siang beliau. Lalu jika di lihat dari rekaman cctv beliau keluar dengan seorang laki-laki pak. Sekitar jam dua siang."

"Tolong tunjukan rekaman cctvnya."

Staf itu memperlihatkan rekaman yang sudah dia salin ke ponselnya pada Marvis. Dengan seksama Marvis mengamatinya dan ternyata pria itu tak lain adalah . . . .

Marvis lalu menghubungi ponsel istrinya dan panggilan itu tersambung, tapi Amala tidak mengangkat panggilan itu. Setidaknya Amala membawa ponselnya, jadi pria itu bisa melacak Amala lewat GPS yang terpasang diponselnya.

Saat baru saja dia keluar dari kamar, Marvis mengerutkan alisnya menatap pria yang sedari tadi ternyata masih mengikutinya bahkan saat dirinya juga ada dirumah sakit.

"Apa maumu? Kenapa kau terus mengikutiku?" Marvis jengah dengan keberadaan Janied yang hanya menghambatnya.

Janied bersedekap, berusaha mengambil keuntungan dari kejadian yang sedang dialami adiknya. Pria itu memang tau jika Vio akan menculik Amala, tapi yang Janied tidak tau ternyata rencana Vio berjalan secepat ini, hari ini, disaat dia sedang bernegosiasi dengan adiknya.

"Aku tahu dimana istrimu berada, aku bisa memberitahumu jika kamu memberikan sahammu sebesar 60 persen padaku."

Marvis menyeringai, tanpa bantuan Janied dia juga bisa menemukan istrinya walaupun harus memakan waktu sedikit lebih lama.

"Aku sudah bilang, aku tak akan memberikan sahamku padamu walaupun cuma 0,1 persen."

"Whahaha." Pria itu tertawa nyaring. "Lebih berharga perusahaanmu dari pada nyawa istrimu."

Marvis tetap tenang, tak ingin tersulut emosi. "Terserah apa katamu, yang pasti kau tak akan pernah mendapatkan apapun."

"Berarti kamu siap kehilangan dia."

"Itu tidak akan terjadi." Jawab Marvis menepuk bahu Janied.

Janied kalang kabut, saat tak bisa mendapatkan kesepakatan dengan Marvis. "Kita lihat saja nanti."

"Kau mengancam orang yang salah." Marvis tersenyum sinis, sebelum meninggalkan Janied yang berdiri dengan kaku karena tak mendapatkan hasil apapun.

Bodohnya pria itu menolak tawaran Vio karena berfikir Marvis akan menerima tawarannya. Ternyata semuanya lenyap saat keserakahan menyelimuti pikiran Janied.

AMALA Istri Kontrak Sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang