Ini tentang aku, tentang ketakutanku.
Aku yang terlalu takut mengakui kekagumanku untukmu. Aku yang terlalu takut mengakui rasa yang pernah ada. Hari ini aku mengaku kalah.
Hari ini kau mengetahui semuanya.
Kau memilih membenci. Dan aku memilih pergi, hanya karena rasa takut. Takut kau akan marah padaku. Takut kau semakin jauh. Dan yang paling aku takutkan kau membenciku. Aku tak ingin dibenci, ketakutanku membuatku redup. Cahaya yang pernah ada, seakan – akan sirna, itu karena kebencian itu.
Rasa benci mengambil jiwaku, tapi rasa cinta itu ditinggal olehnya. Hingga rasa benci itu membuncah didadamu.
Sekarang pertanyaannya....
Apakah aku salah mencintai?Aku tak pernah mengusikmu, aku tak pernah mengganggu kenyamananmu. Justru kamu yang selalu mengusik kenyamananku, agar aku terpusat hanya padamu. Kenyamananku kau ganggu dengan adanya rasa takut akan kebencian itu.
Kamu memenuhi ruang dipikiranku. Pikiran ini penat oleh kamu, sedangkan kau disana tak peduli sedikitpun akan keadaanku...
Sakit...
Itulah yang aku rasakan saat ini. Aku selalu mengatakan pada orang – orang perihal kamu. Menanyakan kabarmu hingga mengapa kau tak ada.Sekarang pertanyaannya...
Apa pantas kau membenciku? Hanya karena rasa ini datang untukmu?
Jika hanya karena itu aku lebih memilih tak kenal, jika harus saling mengenal, tapi salah satu diantara kita mengganggap pertemuan ini adalah awal dimana kebencian itu tumbuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarlah Waktu Yang Menjawab
Fiksi RemajaSetiap aku bercerita tentangmu, cerita itu tak pernah selesai. Cerita itu selelu bersambung, dan tak tahu kapan akan berlanjut. Harimu terlalu sulit untuk ku tebak Kisahmu terlalu rumit untuk kukunjungi Dan... Waktumu terlalu singkat untuk kukejar. ...