pamit

250 11 0
                                    

Sekarang aku sedang menunggu keira didepan rumahnya mami dan papi nya sedang pergi mengurus perusahaannya, hanya ada adiknya gio yang sekarang sedang memanggil keira.

Tak lama keira turun dengan langkah yang lesu, lihatlah matanya sembab apakah malam ini ia tidak tidur dan hanya terus menangis?.

"Kei" panggilku mempersilahkan keira duduk.

Diam beberapa saat sampai akhirnya aku membuka suara lagi " sekarang aku calon serda kei, besok aku mulai pendidikan dan aku akan memulai pengabdianku yang sesungguhnya, aku sangat bahagia tapi sepertinya kamu tidak turut bahagia".

Keira menatapku "aku bahagia pergilah tanpa beban,aku akan baik baik saja disini percayalah" matanya berkaca kaca, bagaimana bisa aku pergi dengan tenang kalau gadisku masih seperti ini.

"Aku kan merindukan mu kei" aku meraih tubuhnya sepertinya pertahannannya luntur, dia kembali terisak didalam dekapanku.

"Pergilah prajurit, mengabdilah dengan sungguh sungguh, aku akan menunggu ke pulangan mu" lirih keira yang masih ku dengar.

"Jangan cengeng seperti ini, aku tidak akan tenang disana kalau kau seperti ini" aku mengusap bahunya.

"Izinkan aku menangis hari ini aku janji besok akan baik baik saja" katanya lagi.

"Percayalah aku akan kembali" lirihku.

"Jangan rusak kepercayaan ku sam" balasnya dan aku hanya mengangguk sesekali mengusap bahunya untuk meredakan tangisnya

"Selamat atas keterimanya kamu di polban kei" lanjutku mengalihkan pembicaraan tapi hasilnya nihil dia masih terisak disana.

Aku biarkan sajaa dia seperti ini sampai akhirnya tidak terlelap tidur karena kecapean.

"Tidur dia bang?" Tanya gio tiba tiba datang.

"Iyaa nih habis menangis" jawabku.

"Dasar cengeng dari semalam begitu bang untung mami smaa papi ga denger" jelas gio.

"Abang akan pergi pendidikan gi, tolong jaga kakamu yang cengeng ini yah" pesanku pada gio.

"Abang sudah lulus bintara bang?" Tanya gio memastikan.

"Alhamdulillah" jawabku.

"Wah keren, abang tau ga kenapa ka kei mau kuliah sekarang?" Tanya gio.

Aku hanya menggeleng sambil sesekali menatap keira yang masih nyaman terlelap dipelukanku.

"Mami selalu bilang sama ka kei kesian abang kalau sampai jadi tentara punya istri hanya lulusan SMA saja, dan pada saat itu ka kei kocar kacir bertanya kesana kesini untuk daftar polban" jelas gitu kedikit tertawa diakhir kalimatnya.

Aku tersenyum "padahal aku tidak apa apa kalau punya calon istri hanya lulusan SMA saja gi" tanggap ku masih menatap keira.

"Bang kak kei itu cengengnya minta ampun, tolong jangan menyakitinya ya bang" ujar gio.

"Anak kecil bilang begitu, abang tau bagaimana membahagiakan kakamu gi" aku menatap gio kali ini.

"Aku percaya sama abang,gini gini aku sayang sama kak kei, kak kei cinta pertamaku" ujar gio.

"Mami harusnya gi, bukan kakamu" sanggahku.

Gio terlihat menggarung kepalanya "sedari dulu aku bersmaa kak kei, dia yang membelaku ketika gio kecil di ejek oleh teman temannya".

"Aku lebih sering bersama kak kei dari pada smaa mami bang" lanjutnya.

"Baiklah, aku akan menjaga nya, insyaallah akan ku jadikan istri ke duaku" aku menggengam tangan keira.

"Apa abang bilang istri ke dua" suata gio mulai geram.

"Iyalah aku sekarang seorang prajurit istri bertamaku ya senjataku lah gi" jelasku.

Dan gio tersenyum sambil mengangguk.

#

Keira pov

Kepalaku sedikit pening aku bergerak tidak nyaman, tapi bau badannya membuatku sangat nyaman, aku mengerjapkan beberapa kali mataku, aku mengigat tadi aku menangis dalam pelukan samudra, mataku berat sekali saat aku berhasil membuka mataku aku masih dalam pelukan samudra tanganya masih melingkar di bahuku.

"Sam" panggilku dia juga terlelap di kursi ini.

"Eh kamu udah bangun sayang?"tanyanya membuat pipiku merah, meskipun 2 tahun menjalani hubungan aku dan samudra jarang sekali menggunakan kata itu.

"Sakit ya badannya?,mau aku antar kekamar?,mau makan dulu?,atau apa gtu?" Berondongnya, lihat lah dia manis sekali.

Aku hanya mengeleng masih mengumpulkan nyawaku.

"Sudah packing untuk besok?" Tanyaku.

"Sudah, hari ini aku milikmu" jawabnya.

Aku melirik jam dinding dan waktu masih menunjukan pukul 2 siang.

"Aku ingin menghabiskan waktu di bukit hijau" ujarku.

"Bangun lah mandi sekarang"ujar samudra dan aku segera mengangguk dan naik kekamarku.

25 menit aku sudah siap berdandan ala kadarnya aku tidak mau membuang waktuku.

"Aku sudah siap ayo" ucapku melihat samudra masih sibuk dengan ponselnya.

"Ayo"

Kami berjalan menuju motor samudra yang terparkir disepanjang perjalanan aku memeluknya seperti enggan melepaskan takut takut ini adalah pelukan terakhirku.

Beberapa menit telah sampai kami menyewa hammok yang langsung menatap betapa indahnya hamparan hijau didepanku 1 berdua sepertinya lebih romantis.

"Aku tidak suka milikku disentuh orang lain" aku membuka pembicaraan.

"Aku juga tidak suka sekalipun itu sahabatmu!" Seru samudra

aku segera menoleh kearahnya "untung semalam ada arga jika tidak aku tidak tau bagaimana caranya pulang"

"Aku mengikutimu dibelakang kei" geram samudra.

"Sudahlah aku tidak mau kamu berurusan dengan eka lagi" kataku to the poin.

"Baiklah, maaf untuk kemarin bukan maksud ku untuk tidak menemuimu terlebih dahulu" sesal samudra.

"Tidak apa, melihat kamu baik baik saja itu sudah melegakanku" aku tersenyum kearah nya.

"Tunggu aku selesai pendidikan kei" samudra merengkuh badanku agar mendekat kearahnya.

"Kembalilah dengan bangga samudra biruku" lirihku.

"Tentu" jawabnya.

"Kei kau dan senja sama sama indah aku harap keindahan mu tidak sekejap senja" lirik samudra.

"Tentunya senja indah karena langitnya berwarna biru sam" balasku.

"Yang biru itu laut kei" sanggah samudra.

Samudra Biru (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang