sorry kei

273 16 0
                                    

Samudra pov

Setelah kejadian keira melempar kue kearahku dan eka, dia pergi aku melihat jelas tatapan kekecewaan disana, saat aku akan mengejarnya langkahku di tahan oleh teman temanku.

"Sudah lah sam loe ga perlu urusin cewe posesif seperti si keira itu" kesal putra temanku.

"Iya loe harus menikmati masa muda loe dengan kami dia hanya penghalang" timbal ilham.

"Keira udah yang berbaik untuk loe sam" bisik adit teman yang selalu mendukungku dengan keira.

aku melanjutkan sesi fotoku bersama teman temanku meskipun pikiranku terus mencemaskan gadisku keira.

Pukul 4 sore acara wisudaku telah selesai tapi aku masih belum menemukan keira ponselnya mati sedari tadi apakah sefatal itu aku melakukan kesalahan, padahal sebelumnya kami telah berjanji untuk hari ini.

"Keira tidak ada sam" ujar adit temanku.

"Itu khanza dan dwi" lanjut adit segera memanggil mereka.

"Ada apa?" Tanya keduanya kompak.

"Keira mana?" Tanya ku langsung.

"Lah bukannya sama kamu selesai sesi foto tadi kami pergi berfoto bersama yang lain sementara keira mencari kamu untuk berfoto" jelas khanza.

Yaampun gadisku sendirian sedari tadi, bahkan kami tidak sempat berfoto dihari puncak kelulusan kami, ini salahku mengapa tidak berfoto bersama keira terlebih dahulu sebelum berfoto dengan yang lain.

"Sam jangan bilang loe terlalu asik sama temen temen loe?" Tanya dwi mengintimindasi.

" yasudah kalau begitu" ucapku tanpa menjawab pertanyaan dwi.

Aku segera sajaa pulang kerumah keira siapa tau keira sudah pulang.

Aku membawa mobil seperti orang gila saja, tidak tenang rasanya jika keira pergi entah kemana ini apalagi keira itu tidak bisa membaca google maps bisa bisa tersasar dia.

"Assalamualaikum" ketukku .

"Sebentar waalaikum salam"  suara lelaki dari dalam.

"Bang sam" ujar gio.

"Loh kak kei mana?" Tanya gio heran samudra datang sendiri.

"Keira belum pulang?" Aku bertanya balik.

"Loh pergi wisuda bersama abang kan" gio masih terheran.

"Mami mu mana gi?" Tanyaku takut takut tante mustika mengetahui anak gadisnya tidak tau dimna, bisa bisa dia marah besar padaku.

"Mami pergi bang besok sore kalo ga nanti pulangnya biasa bisnis properti papi sedang naik" jelas gio.

Huhh syukurlah tante mustika dan om wira tidak ada.

"Abang boleh tunggu kaka mu gi?" Tanyaku.

"Boleh bang masuk ajaa" ajak gio dan aku . masuk dan duduk di ruang tamu.

"Kalau mau minum ambil sendiri saja ya bang aku sedang ada teman teman ku didalam" ucap gio dan diangguki olehku, tak henti hentinya aku menelpon ponsel keira waktu menunjukan hampir petang dan keira masih tidak ada kabar, jas yang aku gunakan sudah ku lepas, kemeja putih ku pun sudah aku linting keatas sudah tidak berbentuk lagi pokoknya penampilan ku saat ini.

2 jam menunggu akhirnya aku mendengar suara gerbang dibuka otomatis aku segera berdiri dan berjalan menghampiri gerbang, benar saja keira datang menenteng hils yang kemarin kita beli rambutnya yang indah tadi sudah ia gulung keatas seperti biasanya.

Keira berjalan berlenggang tanpa melirik ku sama sekali.

"Kei" panggilku tidak keira gubris.

" kei" panggilku lagi menahan lengannya.

Keira masih diam tatapannya menajam.

"Dari mana kamu?" Tanyaku langsung.

"Bukan urusan loe" jawabnya kasar.

Segera menaiki tangganya menuju kamarnya.

"Kei dengerin aku belum selesai ngomong" ujarku segera menarik tangannya sedikit paksa.

Tidak ada perlawanan dari gadisku ini.

"Duduk kei" ajakku sudah seperti yang punya rumah saja.

"Dari mana kamu?" Tanya ku lagi.

"Tebing keraton" jawabnya, aku membulatkan mata.

"Tebing keraton itu jatuh dari sini kei, penampilan mu juga seperti ini, gaabis pikir aku" kagetku sedikit emosi.

"Loe yang bilang kan hari ini kita sama sama bebas" balasnya tak kalah emosi.

"Tapi bukan seperti itu maksud ku kei" balasku masih dengan emosi yang membara.

"Maksud gue juga waktu loe foto gausah kontak fisik emang harus banget kontak fisik yaa, gue juga ga suka ada yang pegang pegang cowo gue" matanya berkaca kaca.

"Maaf kei" akhirnya aku meminta maaf karena merasa bersalah sekali.

"Basi tau ga" dia membuang wajahnya.

"Gue pergi sama arga, untung ada dia" lanjutnya membuatku tertegum, bukan apa apa arga memang sahabat 12 tahun keira, tapi persahabatan wanita dan lelaki pasti selalu di akhiri dengan cinta, dan aku belum siap untuk kehilangan keira.

"Kenapa harus arga, kenapa ga hubungi aku?" Tanyaku .

"Mikir dong loe, gue gini karena loe, 750 ribu yang gue pakai ga ada artinya hari ini, mikir dong wisuda 1x seumur hidup dan loe gagalin itu" keira akhirnya menumpahkan kekesalannya.

Aku merengkuh badannya yang sedikit bergetar itu "maaf keira senja" bisikku mencoba menenangkannya.

Akhirnya dia terisak didalam pelukanku.

"Maaf kei telah membuatmu terluka" lirihku.

"Aku tidak akan mengulanginya janji" lanjutku memcoba menenangkan.

"Besok kamu pergi ke Ajendam kan?" Keira melepaskan pelukannya dan menghapus sisa sisa air matanya.

Aku mengangguk "ajendam tuh dimana?" Tanya keira lagi.

"AJENDAM III/SILIWANGI JL. BOSCHA NO.4 BANDUNG" jawab ku lengkap.

"Aku gatau" ujarnya menggemaskan.

"Yasudah tidak apa, doakan aku besok yaa " aku kembali mendekap tubuhnya.

"Sekali lagi maaf kei" bisikku.

Samudra Biru (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang