Chapter 19

138 30 22
                                    

Happy Reading❤

-💃-

Laki-laki itu masih berdiri di samping Freya. Ia melakukan hal yang sama dengan Freya, yaitu menatap Gladys dalam diam. Freya yang merasa tidak nyaman, akhirnya duduk di tempat yang menjadi favoritnya saat menunggu keajaiban-keajaiban datang.

Ia menatap laki-laki itu sambil mengerutkan keningnya. Ia mencoba mengingat-ingat sebenarnya siapa laki-laki ini, dan bagaimana dia mengetahui Gladys dirawat di ruangan ini?

"Gue laki-laki yang ketemu sama Gladys di TPU. Gue rasa lo tahu hal itu karena gue juga sempet lihat lo terus lo pergi ninggalin Gladys sendirian di TPU."

Laki-laki itu menjawab pertanyaan di kepala Freya. Freya hanya menanggapinya dengan diam. Emang apa gunanya berbicara dengan dia? Freya saja tidak kenal dengannya.

"Gue boleh masuk ke dalem? Gue mau nemenin Gladys sebentar," ucap laki-laki itu sambil memegang gagang pintu. Perbuatannya saja sudah membuktikan bahwa dia tidak suka penolakan. Lagipula jika terjadi apa-apa dengan Gladys, ia bisa langsung memanggil dokter dari luar ruangan.

Ia mengangguk sebagai jawaban. Terlihat senyuman muncul di wajahnya. Memang sih, senyumannya terlihat menyenangkan walaupun dia hanya tersenyum dalam hitungan detik. Rambutnya yang disisir rapi semakin menunjukkan bahwa dia laki-laki baik.

Sementara dari kanan tempat Freya duduk, Mela dan Reno berjalan santai menghampirinya. Benar-benar di luar dugaan karena Freya mengira mereka akan melakukan hal yang sama dengannya, tapi setelah berdiri tepat di hadapan Freya mereka malah tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Gak apa-apa, Sayang. Gladys amnesia juga gak masalah, yang penting dia masih bisa hidup normal."

Kalimat pertama yang terdengar di mulut Mela tentu terdengar biasa saja bagi Freya karena dalam keadaan apa pun, Tante Mela akan mengatakan hal yang sama.

Mela duduk di samping Freya dan meminta Reno untuk membelikan sarapan dan minuman dingin di kantin rumah sakit. Freya sudah menolak untuk tidak dibelikan sarapan karena ia tidak memiliki selera makan, namun Tante Mela tidak menerima penolakan kali ini.

"Fre, kamu boleh kesal atau marah sama Gladys yang selalu aja ceroboh, tapi kamu gak boleh nyalahin Tuhan karena kalau Tuhan mau, dia juga bisa bikin kemungkinan lain. Bisa aja buat Gladys buta lagi, lumpuh, atau yang lainnya, Fre. Tante tahu kamu sayang sama Gladys, tapi Tante gak mau kamu putus asa begini."

Mela menarik tubuh Freya mendekat dan memeluknya cukup lama. Setelah merasakan detak jantung Freya kembali normal, dia melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Freya.

"Iya, Tan. Makasih udah ngasih semangat buat Freya. Oh iya, Freya mau pulang gak apa-apa, Tan? Soalnya Freya mau mandi, udah bau asem banget. Pasti pas Tante peluk Freya tadi, Tante mau pingsan, kan?"

Mela terkekeh mendengar ucapan Freya. Ternyata Freya dan putrinya sangat mirip sekali. Hanya saja, Freya tidak semanja Gladys dan Freya tidak mudah menerima keadaan. Mereka sangat cocok bersahabat karena sifat keduanya dapat menutupi kekurangan masing-masing.

"Iya, Sayang. Kalau perlu kamu gak usah ke rumah sakit, kamu istirahat aja, ya?" pinta Mela seperti biasa, masih dengan senyumannya yang tulus dan tatapan matanya yang terlihat begitu tulus. Ah, melihatnya dapat mengurangi rasa rindunya pada mamanya.

"Nanti Freya dateng cuma agak sore, Tan. Di dalem ada temen Gladys yang jagain. Freya pamit, Tan." Freya meraih tangan kanan Mela dan mencium punggung tangannya.

"Hati-hati, Cantik."

Freya mengangguk sambil melambaikan tangannya sebelum benar-benar tidak terlihat.

Sebenarnya Mela cukup heran dengan persahabatan mereka. Biasanya ada Zeline yang selalu menemani mereka dan saat Gladys seperti sekarang Zeline harusnya menemani Freya, tapi ke mana gadis itu sekarang? Apa semuanya telah berakhir sejak hari itu?

Mela sempat mendengar teriakan Gladys yang tidak terima dengan orang baru. Awalnya Mela merasa mereka dapat menyelesaikannya dengan sendiri dan kembali bersama-sama seperti dahulu, tapi ternyata tidak seperti itu. Gadis itu bahkan tidak datang saat Gladys koma. Apa semarah itu dia pada Gladys? Gladys sedang memperjuangkan kehidupannya, tapi orang yang diharapkan malah tidak kunjung datang.

Mela melangkahkan kakinya masuk karena sedari tadi ia belum bertemu dengan putrinya. Dokter mengatakan Gladys tidak akan mengingat siapapun bahkan tidak mengenali dirinya sendiri, tapi kehilangan ingatan yang dialami Gladys belum dapat ditentukan apakah bersifat sementara atau permanen.

Mela akan berusaha untuk mengingatkan Gladys pada kejadian-kejadian indah pada masa lalu. Mungkin dengan begini dia tidak perlu mengingat kembali tentang ayahnya yang sama sekali tidak memiliki hati. Dia hanya perlu tahu bahwa ayahnya masih hidup dan tidak perlu mengingat apa alasan ayahnya tidak tinggal bersama dengan mereka.

"Kamu siapa? Tante baru pertama kali lihat kamu."

Laki-laki itu menoleh ke sumber suara. Dia tersenyum manis dan menyalami Mela.

"Saya Arvin, Tante. Saya temen barunya Gladys dan saya juga baru dua kali ketemu dia. Waktu terakhir kali ketemu dia itu di TPU lagi nangis padahal hari udah hujan deres banget, Tan. Arvin narik tangan dia supaya gak dilihatin banyak orang dan dia gak sakit, Tan."

Arvin menjelaskan secara singkat pertemuannya dengan Gladys. Memang benar, pertemuan ketiga mereka bukan di TPU melainkan di rumah sakit. Kedua tempat ini juga tidak jauh-jauh dari kesedihan, tapi mau bagaimana lagi? Kita hanya manusia biasa yang tidak dapat menolak rencana Tuhan, 'kan?

"Oh begitu. Tante gak nyangka Gladys sering ke sana apalagi nangis begitu." Mela mengelus kepala Gladys dan melihat secara detail wajah putrinya.

"Tante, ini siapa?"

"Nama saya Mela, saya ibu kandungnya dan yang di TPU itu tantenya."

-💃-

Sementara di tempat lain, Freya memandangi dirinya di cermin. Ia sengaja memilih dress berwarna light grey. Mereka dulu membelinya di salah satu mall dan membeli warna yang sama. Zeline juga membeli baju ini saat itu. Sebenarnya ia tidak ingin memakainya karena akan mengingatkan kebersamaan mereka saat masih bersama Zeline, tapi demi mengingatkan Gladys pada hal-hal sederhana seperti ini jauh lebih penting.

Ia juga memakai jepit yang Gladys pilihkan. Katanya, agar terlihat lebih berwarna maka tambahkan sedikit hiasan di rambut, Fre. Saat itu Freya menolak karena tidak suka dengan hal-hal seperti itu, lagipula jepit itu akan hilang dalam waktu yang dekat, tapi tidak dengan jepit yang dipilihkan Gladys. Jika jepit itu sampai hilang maka Gladys akan mengomel habis-habisan. Membayangkannya saja membuat ingin terbahak karena Gladys itu tipe orang yang jarang sekali mengomel.

"Dys, gue takut lo lupain gue. Gue takut pas lo sekolah, lo malah ikut terpengaruh sama Aileen dan biarin gue sendiri."

-💃-

Tbc.

Miracle [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang