Chapter 15

154 35 18
                                    

Happy Reading❤

-💃-

Mengapa semuanya menjadi sangat rumit? Jika dia memang ditakdirkan untuk bergabung bersama kami, itu sama sekali tidak masalah. Tapi, jika kehadirannya malah mengubah sifat Zeline maka itu yang akan menjadi masalah besar. Jadi, siapa yang harus mengalah? Gladys atau Aileen?

"Dys, mikirin apa?" tanya Freya sambil menyenggol tangan Gladys.

Freya memperhatikannya, Gladys sama sekali tidak fokus sejak awal mata pelajaran. Matanya menatap lurus ke depan, namun pikirannya melayang entah ke mana. Lebih tepatnya dia seperti ikan. Mata melotot, tapi sebenarnya dia benar-benar tidak fokus di tempat itu.

"Dys? Jangan bikin gue khawatir," ucapnya sekali lagi dengan tujuan agar Gladys membalas perkataannya.

Tidak, Gladys tidak menjawabnya. Ia malah menutup semua bukunya, lalu mengangkat tangannya.

"Pak, saya izin ke UKS, ya?"

"Iya, boleh. Mukamu pucat sekali."

Setelah keluar dari kelas, ia segera melangkahkan kakinya ke UKS. Bukan fisiknya yang sakit, tapi hatinya yang sakit. Zeline yang sudah ia anggap seperti kakak kandung sendiri malah menjauhinya karena merasa Aileen lebih membutuhkannya.

Mengapa semua terlihat tidak adil? Jika saja ia tahu semua akan menjadi seperti ini maka ia tidak akan menerima donor mata dari tante Raina. Bukannya tidak menghargai pemberian tante Raina. Ia memang sangat ingin kembali melihat segalanya, tapi hatinya lebih tergores ketika melihat Zeline yang bersikap seperti orang asing dengannya.

-💃-

Bel istirahat berbunyi, Freya menjemput Gladys di UKS. Kondisinya terlihat lebih buruk. Matanya merah, hidungnya juga berwarna merah karena tersumbat, dan bibirnya yang mungil telah mengering karena kekurangan air putih.

"Fre, gue pulang aja, ya? Lo gak apa-apa, kan, kalau gue tinggal sehari ini? Besok gue pasti sekolah, kok."

Gladys mengubah posisinya menjadi duduk. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan kemudian tersenyum lebar ke arah Freya. Wajah gadis itu penuh dengan kekhawatiran, dia terus memainkan jarinya.

"Dys, berhenti mikirin gue. Pikirin diri lo sendiri dulu baru mikirin orang lain. Lo itu baru sembuh sedangkan gue? Gue nggak sakit apa-apa dan nggak terjadi kejadian apa-apa sama gue. Gue anter, ya?"

Gladys menaikkan sebelah alisnya kemudian mengangguk.

"Gue bawa mobil, kita pakai mobil gue aja."

Freya tidak membalas perkataan Gladys, dia keluar UKS dengan secepat kilat dan kembali ke tempat yang sama dengan tas punggung berwarna peach.

Sesampainya di rumah Gladys, sudah ada Reno di depan pintu rumah dengan raut wajah cemasnya. Dia sudah menyiapkan mobil yang akan membawa adiknya ke rumah sakit.

Sejak kapan Bang Reno jadi alay gini? Gue cuma demam biasa, eh dia langsung mau bawa ke dokter.

"Dys, gue gak bisa lama-lama. Bentar lagi bel masuk bunyi. Gue duluan, ya?"

Gladys melirik benda yang yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Lo ke sana naik apa, Fre? Harusnya tadi bawa mobil lo aja. Maafin gue, ya?"

Miracle [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang